Hai...Kamu.
Yang kutemui di persimpangan jalan kemari. Yang kutemui saat kenyataan mengobrak-abrik relung jiwaku. Kamu...yang sekarang menjadi penduduk dan pemilik tahta tertinggi dihatiku. Yang sekarang menjadi obat pada saat gundah gulana menyeran...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa follow untuk mengikuti Alternatif Universe (AU) mereka/ WAITERS by: nramynh
Instagram: @nramynh_ dan @wp.blackmayo Tiktok: @nramynh_ dan @blackmayo
Happy reading wopyuhhhhhh 😘 💕💋
****
"Van"
"Paan?" Jawab Vano ketus tanpa melirik Anom sambil terus berjalan. Tangannya sibuk membolak-balik lembar per lembar kertas yang berada di tangannya. Vano baru saja keluar dari ruangan selesai melakukan seminar proposal. Anom yang selalu menjadi sohib Soleh kata Anom sendiri pada temannya pun ikut menemani Vano.
Kalau kata Anom teruslah mendampingi teman-teman mu yang sibuk dengan segala tugas akhirnya, karena selain menjadi contoh teman yang baik, kamu juga bisa mengawasi sahabat mu sendiri agar tidak nekat bunuh diri karena stres.
Sebenarnya kemarin yang mengadakan seminar proposal itu Anom, cuma karena giliran Vano, Anom memutuskan untuk ikut sambil menambah pengalaman dan menatap dosen-dosen cantik dan muda yang juga berada di tempat itu. Kapan lagi yakan.
"Lihat deh Van, pernah ga Lo lihat monyet reinkarnasi jadi manusia?" Tanya Anom.
"Belum, kenapa emang?"
"Noh nyender di tembok" Tunjuk Anom yang mau tidak mau membuat Vano melihat kearah seseorang yang dikenalnya sedang menyenderkan tubuhnya di tembok sambil sesekali tangannya terangkat untuk ngupil.
Puk
"Benar-benar set*n Lo ya Anom ahahaha" Ucap Vano terbahak-bahak setelah menimpuk dengan keras kepala Anom dengan kertasnya.
Dari kejauhan Vano dan Anom bisa melihat Rega yang sedang memasukkan jari telunjuknya kedalam hidung lalu mengusapkannya ke tembok disisi tempatnya menyadarkan tubuh.
"Beuhhh enak banget pasti-eh sialan di cium gaktuh"
"Woylah ahahaha" Baik Anom maupun Vano terlihat sangat puas tertawa. Mereka bahkan tertawa terpingkal-pingkal sangking lucunya, apalagi saat jarak mereka dengan Rega semakin dekat mereka nyaris berguling-guling melihat muka lawak Rega yang terlihat serius dengan dunianya.
Sampai mereka dihadapan Rega pun mereka masih cekikikan karena tidak bisa menahan. Rega yang melihat itu hanya berdiam menatap julid teman-temannya yang sudah nampak gila.
"Kenapa sih?" Tanya Rega tidak sabaran dan juga telah menampakkan wajah malasnya melihat Vano dan Anom hanya tertawa kecil sambil senggol menyenggol.
"Anu si bobi tadi cepirit dikit"
"Pfftttt" Lagi, Vano mati-matian menahan tawanya terlebih saat mendengar lawakan tambahan dari Anom. Anom kampret dalam hatinya.
"Stres!" Ucap Rega sambil menegakkan tubuhnya celingak-celinguk menunggu seseorang yang sudah lama tidak menampakkan dirinya. Hampir tiga bulan kalau tidak salah.