"Ni ya guys, kita tu harus hidup seperti bulu ketek"
"Kenapa emang?"
"Walaupun dia terhimpit tapi tetap tumbuh dan berkembang"
"SYALAN AHAHAHA"
Tawa menggelegar mendengar candaan tidak berfaedah keluar dari mulut salah satu pria dari segerombolan yang baru saja memasuki cafe sebagai percakapan awal. Candaan demi candaan tidak ada hentinya sekedar mengisi pertemuan mereka untuk hari ini.
Bahkan kebisingan mereka, mereka anggap lumrah dan tidak memperdulikan tatapan-tatapan tidak nyaman pengunjung lainnya yang juga tengah berada di cafe.
Mulai dari membuka pintu, berdiri di depan cashier, hingga mendudukkan tubuhnya pada sofa dengan bilik kecil berbentuk melingkar di pojok dekat pintu pembatas toilet yang dimana setengah ke atasnya hanya dilapisi dinding berbahan kaca, yang berarti ketika mereka berdiri sedikit dari bagian tubuh dari dada ke atas akan terlihat dari luar.
Ruangan khusus dengan pancaran cahaya terlihat sedikit gelap namun tetap memberikan suasana mengesankan.
Tak
Hening.
Pria berkulit sawo matang, tinggi berkisar 180 ke atas dengan postur tubuh ideal, melempar setumpuk kertas keatas meja lalu tersenyum angkuh. "Gimana menurut kalian?" Mereka saling melempar tatapan satu sama lain, lalu seseorang diantara mereka mengulurkan tangannya untuk meraih kertas itu.
Beberapa saat yang terdengar hanya suara kertas yang di buka bolak-balik beberapa kali. Sebagian dari mereka yang tadinya hanya fokus menatap handphone nya kini ikut memperhatikan dan menunggu respon yang akan keluar dari salah satu mulut temannya. Melihat dari wajah tidak bersahabat temannya si seharusnya bukan kabar gembira.
"Oh God" Ucap salah satu dari mereka kemudian mundur memijat pelipisnya. Mereka yang bingung melihat reaksi temannya pun dengan cepat merebut kertas itu lalu membaca dengan seksama isinya. Namun belum selesai mengeluarkan suara, pria berbadan sedikit berisi mengeluarkan suara.
"WAHAHAHA" Tawa seketika menggelegar. Mereka yang tadinya berusaha menahan mau tidak mau juga ikut tertawa.
"Ikan hiu naik kapal, kok lo bisa hidup si bangsal ahahaha"
Pria yang melempar kertas tadi mengernyit bingung, apa yang salah dari proposal penelitian nya?
Ya, kertas tadi merupakan proposal penelitian seorang Adipati Anom Restu pria tampan berkelahiran Bandung yang kini menempuh pendidikan di salah satu universitas yang ada di kota Jakarta sebagai mahasiswa semester akhir Pendidikan Kedokteran.
"WAHAHAHA"
"WOYLAH ANJ**G MANA BESAR BANGET LAGI FONT NYA"
"SHIBALLL SAKIT BANGET PERUT GUE"
"ANOM SYALANNN EMANG"
KAMU SEDANG MEMBACA
WAITERS
RomanceHai...Kamu. Yang kutemui di persimpangan jalan kemari. Yang kutemui saat kenyataan mengobrak-abrik relung jiwaku. Kamu...yang sekarang menjadi penduduk dan pemilik tahta tertinggi dihatiku. Yang sekarang menjadi obat pada saat gundah gulana menyeran...