CPS 22 || Kebenaran

225 19 3
                                    

📖 Happy reading 📖

(bacanya bisa sambil dengerin musik di atas)🙌

Abu abu.

Hanya kata itu yang bisa mendeskripsikan kan pemandangan sekarang. Langit mendung serta geludung yang bersahut sahutan, menyuarakan bahwa hujan akan segera tiba. Jalanan sepi karna sepertinya di daerah lain telah turun hujan. Angin dingin malam serasa merasuk ke dalam daging. Membekukan kulit kulit yang hangat. Tak hanya awan, pikiran Kenzha pun dilanda mendung.

Kata kata yang di lontarkan Jevan tadi sore, berkeliling ria dalam pikirannya. Kenzha berjalan dengan tatapan kosong, ia tak tau harus mengarah kemana. Ia hanya berjalan terus berjalan, menghiraukan dering telpon masuk yang berbunyi seperti alarm lupa dimatikan.

~~~

"Ada apa om-"

"LOH?? Bukannya dia yang nolongin Jeff om?"

Jevan menghela nafas berat, terjebak diantara ayah dan anak yang menyeramkan sungguh tidak enak.

"Dia orang yang terakhir bersama mama kamu Zha."

"Om salah! yang terakhir sama mama itu aku! Bukan orang itu!"

"Zha, jangan gitu dia papa kandung kamu." Kenzha membeku mendengar 7 kata yang keluar dari mulut Jevan.

Kenzha tidak bisa berkata kata, orang yang di depannya adalah orang yang waktu itu memberikan tumpangan untuk Jeffrich. Bagaimana bisa? Ia mendesah tak percaya.

"Hah! Papa kandung katanya? Papa kandung mana yang membiarkan putrinya terlantar selama 6 tahun tanpa wali om? Papa kandung mana yang biarin putrinya makan roti basi saat gada lagi yang bisa di makan?? PAPA MANAA?!! Papa mana yang biarin anak umur 10 tahun kelahi sama preman demi bertahan hidup?? Papa mana omm??" lirih Kenzha di akhir kalimat

Jevan menunduk tak berani menatap wajah sendu Kenzha. Ia sudah menganggap anak perempuan itu sebagai anaknya, ia sungguh tak sanggup melihat wajah sedih Kenzha.

"Om, biar aku beri tau satu hal! Aku. Gapunya. yang namanya Papa. Aku anak bunda. Di bumi ini cuma bunda orang tua aku!" tegas Kenzha sembari menatap nyalang ke arah orang yang mengaku dirinya ayahnya.

"Kenzhaa, om mohon tolong dengerin-"

"DENGERIN APA LAGI OM??!!! HARUSS GITUU, AKU DENGERIN ORANG YANG UDAH NELANTARIN AKU??? AKU LEBAM LEBAM DIA ADA DIMANAA?!! AKU SEKARAT DIA ADA DI MANAA??? BUNDAA SAKIT DIA ADA DIMANAA?!! GAADAA OM GAADAA!!! Setelah semua hal susah yang aku lewatin dengan terbiasa tanpa di bantu, sekarang dia baru mau berperan sebagai ayah? Haha bullsh*t! "

Kenzha menyibak rambutnya frustasi, ia merasa bersalah sudah membentak Jevan namun sekarang ia diliputi rasa amarah. Kenzha menunduk sebentar menetralkan raut wajahnya lalu menatap orang itu tanpa ekspresi.

"Saya udah maafin anda atas semua kesalahan anda, karna saya udah anggap anda mati."

~~~~

"Bun, Zha harus gimana? Hati Zha sesak Bun."

Entahlah sulit untuk mendeskripsikan perasaan Kenzha saat ini. Ia sudah terlalu terbiasa dengan semua hal yang terjadi. Ia bahkan sudah tidak mengharapkan kasih sayang yang fana itu.

Sekarang ia hanya ingin hidup tenang hingga ia bisa kembali bertemu dengan ibunya kelak. Apakah itu salah? Kenapaaa di saat Kenzha sudah mulai berdamai dengan kondisinya, baru sekarang ada variabel yang berusaha menghancurkan tembok tegap nya?

Ia bingung saat ini. Ia tak pernah mengharapkan hadirnya seorang ayah. Ayah yang ia tau adalah orang tak tau malu yang hanya memikirkan soal uang dan reputasi. Tapi apa ini? Seolah olah alam semesta sedang mentertawakan perjuangannya.

Cegan Preman Sekolah (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang