31. Savior 🥀

122 20 0
                                    

Hari demi hari telah Nathelia lewati didalam bilik ini sendirian meskipun suasana cukup ramai karena kunjungan dari saudara iparnya selalu berdatangan tetapi ia tetap saja merasakan kesepian. Yang dibutuhkannya saat ini hanya satu yaitu Aideen berada disampingnya, tapi jangankan mengharapkan hal itu, datang berkunjung saja Aideen tak ada, tiga hari Nathelia telah melalui masa kritisnya meskipun tubuhnya kerat terasa nyeri dan goresan dipipinya yang perih.

Riuhnya kamar ini tak mampu mengusir rasa kesepian Nathelia. Aideen sungguh menghindarinya dan menghilang dari pandangan matanya bahkan ketika ia bertanya dengan saudara Aideen, merekapun tak ada yang menjawab hal tersebut yang mereka katakan hanya kegiatan Aideen yang semakin banyak dan sibuk. Arisha pernah mengatakan bahwa mereka dilarang oleh Aideen untuk membawa Niel dan Nia ke rumah sakit karena alasan tertentu.

Di penghujung hari, Nathelia duduk bersandar sendirian setelah semua orang pamit pulang. ia hanya memandang kosong hamparan langit yang mulai menguning disenja ini. Kedua tanganya mengusap perut yang semakin hari semakin membesar itu.

'Lain kali tolong diperhatikan, beruntung janin kembar yang berada diperut anda kuat, kalau tidak anda bisa kehilangan mereka dan tak bisa memiliki keturunan lagi, jangan disia-siakan, diluaran sana sangat banyak yang tidak seberuntung anda'

Ucapan dokter dikala itu bagaikan pisau yang menghujan keras jantung Nathelia. Pantas Aideen begitu kecewa dengan dirinya, hampir saja ia kehilangan dua orang sekaligus namun betapa beruntungnya dia bahwa Tuhan masih menyelamatkan mereka tiga. Tapi apakah benar Aideen hanya marah karena Nathelia tak bisa menjaga kandungannya dengan baik ataukah ada hal yang lain.

Jasper dan tim yang menemukan keadaan memgenaskan dirinya saat terjatuh di rerumputan tinggi menjulang, karena khawatir mereka menghubungi Aideen yang masih melakukan operasi dadakan dirumah sakit. Hal ini kesalahan fatal baginya. Ia menghilangkan kepercayaan Aideen. Setelah semua ini ia berniat akan berhenti dari pekerjaan ini jika hal itu bisa membuat Aideen memaafkan dirinya. Nathelia mengalihkan pandanganya kearah box makanan yang tak pernah kosong bahkan susu hamil miliknya selalu berada disana. Entahlah mungkin Luna atau  Violetta yang membantunya, padahal sebelumnya itu adalah tugas Aideen, karena Nathelia hanya bisa meminum susu yang dibuatkan oleh suami tampannya.

Semalam Aleen datang diam-diam dan membawakan baju Aideen yang belum dicuci karena lelaki itu tau bahwa Nathelia kesulitan tidur terlebih jika tanpa Aideen. Nathelia berkecamuk dengan perasaanya sendiri sebegitu marahnya Aideen kali ini.

Nathelia mulai membaringkan tubuhnya, lampu yang tadi menyala kini ia matikan tak lupa ia peluk erat baju Aideen, matanya terpejam sekedar untuk beristirahat sementara. Lagi dan lagi dikeadaan yang kurang tepat ini perutnya semakin sakit bahkan kram. Nathelia meringgis sampai tubunya meringkuk, erat ia peluk perut besar dan baju suaminya itu.

klek

Pintu terbuka membuat Nathelia sedikit bernafas lega matanya mencoba mengenali sosok yang membuka pintu tadi dengan mata yang menyipit. "Dok, tolong" Racau Nathelia bahkan kini kakinya bergerak dengan gelisah. Seseorang yang memakai jubah dokter itu mendekat, lalu ia meletakkan tanganya diatas perut Nathelia dan mengusapnya pelan. Nathelia terkejut, rasanya begitu aneh ketika sakit itu menghilang sekejap seolah telah di hilangkan dengan sebuah mantra.

Nathelia melihat lagi kearah dokter yang begitu tenang mengusap perut dan punggung tangannya. Mata Nathelia membola ketika menyadari siapa yang berada dihadapanya saat ini. Ia pun segera bangkit dari posisinya lalu mengadahkan wajahnya untuk menatap lebih dalam figur wajah tegas yang ia rindukan itu.

"Jangan lewatkan jadwal makanmu juga minum vitamin mu seperti yang telah di jadwalkan dokter" Ucapnya sedikit dingin

Nathelia bergerak maju lalu masuk kedalam pelukan lelaki itu. Sejenak Nathelia bernafas begitu lega, ia hirup wangi yang menguat begitu ia rindukan itu meskipun tak ada pelukan balasan. Nathelia tetap memeluknya erat dan meletakkan kepalanya di dada lelaki itu. "Sebentar saja, aku tau kau kecewa" lirih Nathelia dengan air mata yang tertahannya.

Now, You and Me | Jaedeen x Nathelia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang