17. Fly Me To The Moon

108 19 2
                                    

Satu jam beristirahat di apartement akhirnya dua insan itu memilih melangkahkan kakinya keluar dari tempat itu. Karena masih terasa lelah, akhirnya mereka berdua memilih untuk berkeliling di sekitaran kota saja, mereka berdua juga memilih berjalan kaki dibandingkan menggunakan alat transportasi roda emoat mewah yang di sediakan oleh Hendry.

Matahari telah meninggi sejak beberapa jam yang lalu tetapi rasanya masih terasa dingin yang luar biasa. Maklumlah jadwal perubahan iklim yang berada di negara Canada dan Swiss berbeda, saat ini Swiss telah memasuki musim dingin terkadang jika beruntung mereka bisa melihat salju-salju kecil berjatuhan. Nathelia yang tak terlalu kuat dengan dingin pun selalu merapatkan dirinya kepada sang suami, padahal pakaian yang ia kenakan cukup tebal ditambah penghangat yang ia simpan di saku coat yang menutupi tubuhnya.

Mereka berdua mengitari setiap sudut perkotaan Swiss yang menyajikan banyaknya kekayaan alam negara tersebut, terlebih setiap sudut kotanya didesain sedemikian rupa. Nathelia terlihat begitu bahagia, mulutnya tak berhenti bertanya ini dan itu kepada Aideen, dan dengan sabar pula Aideen selalu menanggapi apapun yang Nathelia ucapkan. Aideen jadi tersadar bahwa wanitanya itu sangat suka bercerita, Noted, pulang dari Swiss Aideen akan lebih sering mengajak wanitanya bercengkrama setidaknya sebelum tidur.

Larut dalam perjalanan sehingga tak begitu terasa bahwa kini waktu berjalan sangat cepat. Cahaya kemuning itu mulai terlihat di pelupuk mata mereka berdua. Hangatnya cahaya senja tak mampu mengalahkan dinginya suhu yang semakin meninggkat kadar dinginnya. Nathelia benar-benar tak tertahankan lagi, ia tak bisa menjauhkan diri dari Aideen sedikitpun.

Perlahan sang surya yang terang benderang mulai menurunkan dirinya sehingga cahaya terangnya berganti dengan warna-warna jingga, lampu kuning jalanan mulai menyala satu persatu ditambah kini ada butiran kecil yang turun dari langit. Aideen mengaitkan syal dileher istrinya kemudian memakaikan topi rajut yang hangat di kepala Nathelia. Lelaki hebat itu menggosok kedua belah tangannya hingga hangat lalu ia letakkan di atas wajah dingin sang istri. Mata Nathelia berkaca-kaca, mengapa cinta yang ia dapatkan begitu hebat, sampai ia merasa tak percaya diri. Aideen mencintainya tanpa pamrih juga syarat.

"Kenapa?" Tanya Aideen yang merasa ditatap penuh oleh istrinya

Setets bulir air mata mengalir begitu saja membuat lelaki yang berprofesi sebagai dokter itu kelagapan dan menghapusnya dari pipi merona sang istri. Tolong, Tolong bilang ke Tuhan bahwa hati Nathelia begitu lemah, ia memuja Aideen dan mengagumi semua yang lelaki itu lakukan. Tolong sampaikan kepada lelaki ini, meskipun tak terucap dimulutnya tetapi kini Nathelia tau kemana ia harus pulang dan menyandarkan cintanya.

Nathelia masih tanpa suara, ia meraih kedua tangan suaminya lalu ia satukan dan ia sentuh ujung jari itu dengan dahinya. Nathelia sedang berdoa kepada Tuhan dengan perantara sang suami. "Kebaikan apa yang telah aku lakukan, sehingga Tuhan hadirkan lelaki yang sempurna ini untuk melengkapi kehidupan ku yang tak seberapa. Aku bingung, haruskah aku bersyukur saja atau harus bagaimana" lirih Nathelia tanpa sadar dengan luruhnya bulir being itu sehingga membasahi syal yang berada dilehernya.

Aideen meletakkan tangan kanannya diatas kepala Nathelia, mata indah lelaki itu terpejam. Sungguh restu dan segala harapnya hanya untuk wanita yang kini mendapinginya dan bersedia membuka hatinya untuk Aideen. "Nath, sayangku, kita itu tidak sempurna dan cacat sana sini tetapi Tuhan yang takdirkan dan satukan sehingga kekurangan itu menjadi kesempurnaan dan cacat itu menjadi hiasan terindah didalam kehidupan kita." ucap Aideen syahdu sampai menyentuh relung hati Nathelia yang semakin terkesan dengan sikapnya.

Kecupan singkat di kening itu menjadi penutup perbincangan singkat mereka. Malam telah datang sepenuhnya dengan rembulan yang mulai menimbulkan dirinya. Kedua insan itu saling merangkul dalam kehangatan dan berjalan kembali menuju apartement mereka. Senyum kebahagiaan saling bertukar begitu juga tatapan yang begitu memuja satu sama lain. Bukan perihal siapa yang beruntung, tetapi siapa yang bersedia dan membersamai bersama kekurangan dan hal itu mereka lakukan sehingga terciptalah kesempurnaan.

Now, You and Me | Jaedeen x Nathelia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang