24. Salah Paham

80 14 1
                                    

Saat diperjalan menuju rumah Isabella, Aideen terus mencoba menghubungi Nathelia tapi entah berapa kali ia mencoba istrinya itu tak bisa dihubungi. Aideen sedikit frustasi, ia hanya ingin mengatakan hal ini agar nanti tak ada yang salah paham. Ia sungguh sial malam ini, niat hati ingin langsung pulang namun tiba-tiba saja gadis itu sudah berada didepan mobilnya. Isabella terus terisak. Sebenarnya Aideen menyadari bahwa tadi Isabella sengaja melompat kearah mobilnya namun pikiranya melayang bahwa itu salah satu upaya si gadis menyelamatkan diri dari kejaran dua orang lelaki bertubuh besar itu.

Mobil hitam mengkilat milik Aideen berhenti didepan gerbang rumah bercat putih abu-abu. Aideen melihat kearah Isabella yang masih belum keluar dari mobilnya. Isabella melihat kearah Aideen dengan mata yang berkaca-kaca. "Maaf dok tapi, bisakah anda membantu saya masuk ke rumah Dok? Kaki saya teramat sakit dan tubuh saya masih lemas" Ucap Bella

Aideen nampak berpikir, akan panjang cerita jika ia berani masuk kedalam rumah seorang gadis terlebih ini sudah malam. Aideen memajukkan tubuhnya untuk melihat keadaan rumah Isabella yang terlihat begitu sunyi dan sepi. "Tidak ada orang dirumah mu? orang tua atau maid?" tanya Aideen melihat ke arah Isabella yang sejak tadi menunggu jawaban darinya

"Ayah dan Ibu sedang pergi ke London, Jam sekarang mungkin para Maid sudah terlelap aku tak tega membangunkan mereka" tukas Bella dengan wajah yang tertunduk. "Tapi jika dokter merasa keberatan atas permintaan ini, maka tak masalah, saya akan berusaha berjalan sendiri" Tukas Isabella seraya tanganya meraih gagang pintu mobil. "Aku akan membantumu sampai depan saja" Ucap Aideen lalu langsung keluar dari mobilnya. Senyum tipis terbit dikedua sudut bibir Isabella, ia menyemprotkan parfume padanya juga dijaket milik Aideen.

"Wangi sekali" Ucap Isabella setelah mencium permukaan jaket dokternya itu.

"Ayo"

Isabella berjalan sedikit tertatih dan dipapah oleh Aideen menuju depan pintunya. "Mau mampir dulu dokter?" tawar Isabella

"Tidak, terima kasih" ucap Aideen tanpa sepatah kata ia menekan bel rumah si gadis dan pergi begitu saja. Ia keterlaluan memang tapi ini demi menjaga matabatnya sebagai seorang lelaki yang telah beristri. Aideen berjalan cepat tanpa memperdulikan Bella yang memanggil namanya, pikiran Aideen hanya tertuju pada sang istri juga anak-anaknya. Selama diperjalanan menuju rumah entah mengapa Aideen merasa sangat menyesal dan merutuki dirinya sendiri.

"Dek, kayanya kamu harus hati-hati deh sama nurse Isabella"

"Memangnya kenapa kak? Dia Nurse yang begitu cekatan juga berdedikasi baik"

"Kekaguman seorang wanita kepada lelaki itu terlihat dimatanya, dan kau juga harus tau bahwa wanita itu terkadang begitu licik hanya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, ada baiknya kau menjaga jarak dengan Bella. Ini hanya nasehat kaka kepada adiknya, pilihanya terserah dirimu."

Aideen jadi teringat percakapannya dengan Arisha waktu itu, dia merenungi perkataan yang kaka iparnya itu lontarkan, tapi tak mungkin Isabella menyukainya, secara sudah memiliki seorang istri belum lagi dokter dan ahli bedah disana lebih tampan dan gagah darinya. Isabella mana mungkin menyukai dirinya.

Perjalanan pulang kali ini cukup panjang, ia harus memutar arah karena arah Isabella dan dirinya begitu jauh berbeda. tiga puluh menit barulah ia tiba dipekarangan mansion nya. Ia melihat kearah pergelangan tangan dan ternyata jam telah menunjukkan pukul sebelas malam. Niel dan Nia mungkin sudah terlelap.

Aideen membuka pintu dan benar saja ternyata ruang tengah sudah sangat gelap. Namun satu seluit mengalihkan perhatiannya, ia menghampiri sosok yang tengah terlelap diatas sofa tanpa selimut itu. Aideen berlutut dihadapan wanita yahg tengah tertidur itu, malam ini ia merasa sungguh menyesal, terlebih hubungan mereka beberapa minggu ini sangat renggang. "Hai" Sapa Nathelia tersenyum, lalu duduk, matany mengerjap beberapa kali.

Now, You and Me | Jaedeen x Nathelia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang