CHAPTER 4: MARAH BOLEH TAPI JANGAN MEMBAWA LUKA

217 8 0
                                    


"Mereka memarahiku karna bersuara di atas rasa menderitanya nazilla"

"Hampir seluruh orang merasakan sakit, tapi orang di luar sana! Mereka gak tau apakah perkataanya akan bisa melukai hati seseorang?"

-kania mesya anaira
 

                          

_________

Sepulang sekolah kania menginjakkan kakinya di lantai yang cukup dingin ia melihat keadaan rumah nampak sepi serta gelap munkin akan turun hujan sebentar lagi Kania berjalan menuju dapur lulu duduk dan meraih gelas air

"Nong kania udah pulang? Kenapa nong pulang telat?" Tanya bi intan

"Itu bi sih pak jojo, lama banget bi. Untung aja gak hujan ya bi" jawab kania setelah minum air "oh iya bi, dirumah kok sepi banget nazilla kemana bi?" Tanya kania melihat lantai atas

Bi intan yang tadiknya tersenyum kini menunduk lalu duduk disamping kania ia gak tau mau ngomong apa "anu nong, ibu sama bapak mengajak nazilla ke taman kota" jawabnya

"Acara apa bi?"

"Katanya sih nazilla hari ini ulangtahun. Emangnya nong teh gak tau ya?" Tanya bi intan dengan suara khasnya

Kania terdiam sesaat ia baru ingat kalo hari ini adalah ulangtahun nazilla dan mengapa orangtuanya tidak menunggunya?

Kania menggeleng "aku ingat kok bi. Tapi kenapa papa sama mama gak nungguin kania pulang? Kania pengen juga merasakannya apa itu ulang tahun, seperti apa pesta itu jika merayakannya" lirihnya dengan suara pelan ia menunduk

Bi intan tersenyum ia mengusap kepala kania "yang sabar ya nong, bapak sama ibu gak bilang apa-apa soal ini, bapak berpesan pada bibi kalo kamu udah pulang kamu harus belajar nong"

Kania lagi-lagi tersenyum getir ia muak mendengarkan kata itu lagi dirinya seperti dikurung oleh papanya. Dilarang bebas seperti nazilla

"Yaudah bi, aku naik ya bi"

"Kepala nong gimana? Masih sakit nanti bibi gantiin perbannya ya. Nanti bibi antarin makanan siang nong di atas kamar"

"Gak usah bi luka kelapa aku bisa aku urus. dan makasih ya bi selama ini bibi sudah bertahan berkerja selama ini" ucap kania

Bi intan mengangguk "sama-sama nong yaudah bibi siapin makanan ya, kamu naik belajar aja yang fokus biar cepat meraih kemenangan"

Kania tersenyum lagi lalu bangkit menuju kamarnya ia membersihkan dirinya serta perban di kepalanya ia melihat dirinya di pantulan cermin banyak sekali luka baru di seluruh tubuhnya mulai dari wajah,leher, tangan hingga kaki dari kepala hingga kaki. Serta luka lama belum kering apalagi di tambah luka baru sehingga luka lama semakin bertambah besar.

"Ya tuhan aku pengen sekali banggain papa sama mama,kapan aku bisa banggakan mereka? Apa mereka nunggu kematian aku saja baru dia bangga?" Tanya kania pada diri sendiri lalu tersenyum

"Kalo itu beneran terjadi, tolong kasiklah aku sedikit kebahagiaan sebelum aku pergi. walaupun bahagianya gak sebesar orang lain rasakan, aku bersyukur karna bisa mendapatkan kebahagiaan" senyum kania lalu dia duduk di meja belajar dan membuka buku diarynya

Kania Mesya AnairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang