Bab 7- Mengelabuhi

84 13 0
                                    

Tw// unreasonable behavior (not appropriate to be an example)

"Ma pa, Senan mau batalin perjodohan." kata Senan yang menghasilkan hening di ruang makan, mama dan papa Senan saling pandang sebelum menatap sang anak yang sedari tadi menatap keduanya.

"Boleh mama tau alasannya?" tanya sang mama menatap lembut wajah Senan.

"Senan belum mau nikah ma, Senan masih mau belajar, ngejar cita-cita Senan, Senan juga masih mau bebas." ujarnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca siap menumpahkan tangisan kapan pun ia mau.

"Bukannya kamu masih di kasih semua itu setelah menikah nanti?" giliran sang papa bertanya.

"Ayolah pa ma, kalian pikir Senan gak tau kehidupan pernikahan itu kayak apa? Oke kalo emang semua itu masih di kasih ke Senan, tapi gimana nanti pikiran Senan? Pasti terbagi-bagi, Senan di kasih kebebasan tapi pikiran Senan enggak, pikiran Senan pasti tetap stuck di rumah, di kak Jordan, Senan gak mau gila pa ma." ujarnya terus terang, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya, kalau sudah begini papa dan mamanya masih kekeuh ingin Senan dan Jordan bersatu, maka tak ada pilihan lain selain mengakhiri hidupnya sendiri. Senan lebih memilih mati, daripada pikirannya bercabang-cabang entah kemana. Senan masih terlalu muda untuk memikirkan banyak hal.

"Sayang, di coba dulu. Kamu gak kasian sama bundanya kak Jordan? Dia udah dari dulu menginginkanmu untuk di jadikan menantunya, dari kamu bayi sayang." bujuk sang mama membuat Senan tergelak, Senan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Oke," Senan beranjak ke kamar untuk menangis sepuasnya, tetapi setelah ia pikir-pikir tidak ada gunanya ia menangis, Senan pun mengambil tas, ponsel dan powerbank setelahnya keluar untuk menjernihkan pikirannya.

"Kalian ngapain disini? Ada perlu sama aku?" tanya Senan saat melihat Garra, Tama dan Nanda baru saja turun dari taksi.

"Eh kebetulan ketemu disini, ke markas yuk? Aku pengen ketemu sama kak Mada." ajak Garra yang langsung di tolak oleh Senan.

"Eum.. kalian aja deh aku lagi pengen sendiri," kata Senan membuat yang lain mengernyit.

"Kamu lagi ada masalah?" tanya Nanda.

"Eum.. kurang lebihnya sih gitu, makanya pengen sendiri, sorry ya aku gak ikut kalian dulu, aku duluan." ucap Senan berjalan menjauh dari ketiganya, Garra, Tama, dan Nanda pun saling pandang.

"Eum.. mungkin kalian aja deh yang pergi, lagian aku disana nggak ngapa-ngapain juga kan? Aku mau ngikutin Senan aja, kasian dia kalo sendiri." kata Nanda melihat Garra dan Tama yang sedikit tak yakin.

"Yakin kamu?" tanya Garra terlihat kekhawatiran di raut wajahnya membuat Nanda tersenyum dan mengangguk.

"Yakin, udah sana temuin ayang kalian dulu, kangen kan? Aku bakal baik-baik aja." ucap Nanda meyakinkan kedua temannya.

"Yaudah deh, nanti kalo ada apa-apa cepet hubungin kita ya? Jangan ngilang." ucap Tama memeluk sebentar Nanda yang tersenyum menanggapinya.

"Iya bawel deh,"

"Yang bener Nanda.." sela Garra sedikit merengek, ia benar-benar khawatir.

"Iya Garra, nanti aku kabari kalo ada apa-apa." ucapnya tersenyum lalu melambaikan tangan ke Garra dan Tama yang sudah masuk kembali ke taksi yang sedari tadi menunggu mereka.

🍂

Nanda mengikuti Senan yang benar-benar pergi kemana pun sendiri, Senan benar-benar me time dengan keadaannya yang bisa di bilang tidak baik-baik saja. Nanda pun benar-benar memberikan waktu untuk Senan sendiri, Nanda benar-benar tidak menggangu me time Senan. Awalnya semua berjalan baik, sampai Nanda sadar bahwa orang yang ada di belakang Senan dari tadi mengikuti temannya yang ingin sendiri itu.

Suddenly; Bl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang