Bab 10- Rencana

181 23 0
                                        

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar.

•••

Drrtt.. drrtt.

Ponsel yang terletak di meja nakas samping tempat tidur milik Senan bergetar, membuat sang empu yang sedang membaca buku novel yaoi pun mengalihkan perhatiannya dari buku ke nakas. Sempat kesal karena mengganggu waktunya membaca, tetapi setelah melihat nama sang penelepon pun Senan tersenyum kecil tanpa sadar sebelum menjawab panggilan itu.

"Halo kak, kenapa?" tanya Senan memulai pembicaraan sebelum sang penelepon bersuara di seberang sana.

"Mama sama papa ada gak?" tanya Jordan, si penelpon yang mengganggu waktunya. Setelah waktu itu Senan memutuskan untuk berpura-pura mulai dekat dan terbuka dengan Jordan, dan kini ia benar-benar nyaman dengan itu dan tidak ada lagi unsur kepura-puraan itu, mereka pun tak canggung lagi untuk saling teleponan bahkan terkadang vc saat malam hari tiba.

"Ada di bawah, kenapa? Tumben banget nanyain?" tanya Senan yang memang penasaran tujuan Jordan menelepon dirinya.

"Kasih ke mereka, gue mau ngomong sama mertua gue."

"Dih, yaudah bentar gue turun dulu." ucap Senan yang di tanggapi deheman oleh Jordan di seberang sana.

"Ma, pa, ini kakak mau ngomong kalian." ucap Senan memberikan ponselnya pada papa saat sampai di ruang tengah tempat kedua orang tuanya yang sedang menonton tv saat ini, terdengar samar oleh Jordan.

"Halo ganteng, kenapa?" tanya mama yang selalu memanggil Jordan seperti itu, kalo kata mama mah, udah jadi kebiasaan sejak Jordan masih kecil manggilnya pake kata ganteng. Padahal kan Senan juga ganteng tuh, kenapa gak dipanggil ganteng juga biar adil gitu.

"Gini ma pa, besok kalo Jordan izin bawa Senan liburan bareng anak-anak markas boleh gak ya ma pa?" tanya Jordan langsung membuat Senan yang mendengar terkejut, ia tidak di beritahu apapun sebelumnya oleh Jordan.

"Boleh dong gant.."

"Gak, apa-apaan? Lo gak ada bilang tentang ini sebelumnya ke gue kak, kenapa tiba-tiba?" sela Senan saat mamanya belum menyelesaikan perkataannya.

"Yaa.. tadinya mau bilang sama mama papa dulu, kalo di izinin baru gue bilang ke lo.. gak usah ngambek gitu.."

"Gue gak ngambek ya kak, cuma ini tiba-tiba banget, gue bahkan belum ngapa-ngapain loh kak." ucap Senan panik.

"Sebenernya gak tiba-tiba juga Der, ini tuh udah jadi rutinitas setiap tahunnya dari the Devils untuk liburan gitu, cuma.. gue belum ada bilang sama lo, sorry ya?" jelas Jordan panjang membuat Senan terdiam sejenak, ia melirik kedua orang tuanya memberi kode untuk berbicara pada Jordan.

"Yaudah boleh, tapi anak kecilnya papa ini harus di jagain ya Arsen, jangan sampe lecet, kalo dia bandel disana cium aja pasti langsung diem, iya kan ma?" kata papa, kalo papa manggil Jordan tuh pake nama Arsen, dari kecil juga manggilnya kata papa. Pria itu meminta persetujuan dari mama yang sudah terkekeh saat mendengar pesan dari suaminya lalu ia mengangguk membenarkan.

"Papa.. Senan bukan anak kecil lagi, udah gede ini." protes Senan tak terima dibilang anak kecil oleh papanya di depan Jordan langsung, walaupun hanya teleponan, tapi kan sama aja malu.

"Oke pa, beres itu serahin aja sama jordan, Jordan sama yang lain pasti jagain Senan pa." ucap Jordan lagi setelah tadi terkekeh pelan mendengar protesan Senan yang tidak terima.

"Kami percayakan Senan sama kamu ya ganteng, jangan di kecewain." tutur mama lembut saat mengatakan itu.

"Iya ma, Jordan jagain pasti Senan nya, jadi beneran boleh ya ma pa?" tanya Jordan lagi memastikan.

Suddenly; Bl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang