"Hati hati. Cinta bisa tumbuh dari kebiasaan."
~ Alexander Sakti El-Kiev****
"Eh, lepasin dong."
"Ih lepasin, nggak."
"Aauuww. Sakit tau, kenceng banget sih nariknya. Leeppaaasiiiiinnn......"
"Astaga, heh! Lepasin tangan gueee.....!"
"Lo tuh kenapa sih?!?. Lepasin, please!. Kalau nggak..."
Revan menghempaskan tangan Ailee ketika tiba di lorong sekolah. Tempat itu sekolah terlihat sepi sekarang hanya ada beberapa siswa yang lewat di sana. Gantari, Crystal, Rabetha berhasil menyusul mereka berdua dan berdiri di samping lorong. Disusul Sakti, Gentala, Alva, Bintang dan Ares. Wajah mereka sama sama tegang.
"Kalau nggak, kenapa?." Tanya Revan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Revan semakin mendekati Ailee. Tatapannya menyorot mata Aletta dan menguncinya.
Melihat Ailee yang terus bungkam, Revan terus berjalan lebih mendekat ke arah Ailee dan membuat Ailee mundur ke belakang hingga tubuhnya hanya tersisa beberapa jengkal dari tembok. Tubuh Ailee sedikit gemetar.
Ailee tersentak. Dengan tangan yang gemetar, ia menahan dada Revan yang mendekat kepadanya. "Lo apa apaan sih. Nggak usah deket deket."
"Jawab dulu pertanyaan gue. Kalu nggak kenapa?. Tanya Revan kembali ke arah pembicaraan.
Dahi Aletta menyerngit. "Maksudnya?."
"Selain tukang salahin orang. Lo ternyata juga lemot ya." Ejek Revan.
"Jaga mulut lo. Jangan sembarangan. Enak aja lo sebut gue lemot. Gue punya otak pinter kali."
"Trus kalo nggak lemot apa?." Balas Revan membuat Ailee menahan geram dengan kedua tangan yang mengepal di kedua sisi tubuhnya.
"Lo yang bilang dan lo yang tanya. Guna dikit kek."
"Van, mulut lo mau gue sumpel pake sepatu, hah?!. Jangan asal dong." Bentak Rabetha turut tersulut emosi.
"Aduh, Betha cantik. Jangan galak galak dong. Nanti cantiknya hilang lo." Ujar Alva dengan menepuk pelan bahu Rabetha
"Bodo amat!. Diam lo." Bentak Rabetha menoleh sinis ke arah Alva.
"Loh, gue bicara serius Betha. Jangan marah marah! Nanti gue tambah gemes sama lo." Alva mengedipkan sebelah matanya menatap gemas gadis galak di sampingnya ini.
"Ishh, apaan sih. Genit banget. Minggir sana lo! Jauh-jauh dari gue!." Rabetha menepis kedua tangan Alva yang setia bertengger di bahunya lalu mencubit keras lengannya.
Alva meringis memegangi lengan sebelah kirinya yang memerah. "Arrgghh, sakit Betha! Ganas banget sih. Untung sayang." Ujarnya membuat Betha mencibir sinis.
Ailee mengepalkan kedua tangannya. "Lo punya mulut kalo ngomong disaring nggak sih?!. Punya mulut dijaga!. Nggak usah asal ngomong!."
"Lah emang bener, kan?."
"Bos, udah bos. Nggak usah diterusin." Ujar Ares menggaruk kepalanya.
"NGGAK!. Mentang mentang lo ketua geng besar disini trus lo caci maki orang orang yang nggak punya pangkat kaya lo? Hm?." Ujar Ailee membuat Revan terdiam.
"Ehh buset, bisa galak juga ni cewek." Ujar Gentala bergidik ngeri melihat Ailee yang menatap nyalang ke arah Revan.
"Kenapa bisa ngomong gitu? Lo tau gue? Nggak kan?."
Pernyataan Revan membuat Ailee menampar pipi Revan keras. Semua orang disana terdiam. Crystal menutup mulutnya kaget.
"Al, udah Al." Ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLENA: Beauty Dancer Incaran Iceboy
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang pria kasar dan keras kepala harus bertemu dengan seorang gadis cantik sejuta mimpi, Ailee Ellena Cabriell. Seperti namanya, siapaun yak bisa menolak pesonanya, ia memberi cahaya pada gelapnya hati Revan Adi Bagaskara...