ELLENA 15 : Bertemu Kembali

9 2 0
                                    

"Karena setiap rasa yang hadir, akan kembali kepada pemiliknya yang asli."
~Aiko Halena Yamazaki

****

Di dalam ruangan unit darurat, suasana sangat tegang dan sarat dengan kesibukan. Cahaya putih terang yang menyinari setiap sudut ruangan menciptakan bayangan-bayangan tegang di wajah para medis. Suara mesin monitor detak jantung berdenging teratur, namun bunyi tersebut seolah menjadi penanda waktu yang semakin mendesak.

Para perawat dan dokter bergerak dengan cepat dan penuh koordinasi, seperti sebuah tarian yang dipenuhi tekanan dan urgensi. Alat-alat medis berserakan di meja, sementara mereka mempersiapkan berbagai instrumen yang diperlukan. Suara instruksi dan pertanyaan terdengar nyaring, seiring dengan tekanan waktu yang semakin mencekam.

"Ayo, cepat! Kita butuh akses vena sekarang!" teriak salah satu dokter, suaranya tegas dan dipenuhi otoritas, namun jelas dipengaruhi oleh rasa urgensi yang mendalam.

Perawat segera menyiapkan infus dan jarum, berusaha menemukan vena Ailee yang tampak kecil dan rapuh di kulitnya yang pucat.

"Banyak darah yang hilang, kita harus segera transfusi!" Ujar dokter lain sambil memeriksa hasil pemeriksaan awal.

Mereka bergerak cepat, menekan luka dan berusaha menstabilkan kondisi Ailee. Setiap detik terasa seperti penundaan yang sangat berarti.

Di tengah hiruk-pikuk tersebut, suara napas Ailee yang lemah menyatu dengan bunyi detak jantung di monitor, terasa semakin lambat. Semua orang di ruangan itu menyadari betapa gentingnya situasi ini. Ailee sangat membutuhkan darah dengan segera, namun darah yang cocok belum tiba.

"Apa darahnya sudah sampai?!" Tanya seorang perawat dengan nada panik, matanya mencari jawaban dari siapa saja di ruangan itu.

"Belum, kita masih menunggu." Jawab seorang dokter dengan wajah serius, sambil terus bekerja untuk menahan agar Ailee tetap stabil.

Mereka berusaha keras, meskipun hanya memiliki dua kantong darah B Rhesus Negatif yang tersisa di rumah sakit ini, dan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.

Dengan tangan yang terampil, seorang dokter terus memeriksa tekanan darah Ailee, memastikan agar dia tidak jatuh ke dalam kondisi yang lebih parah sementara yang lain sibuk menyiapkan segala sesuatunya.

Keringat mengalir di dahi mereka, namun tidak ada yang berhenti sejenak. Mereka tahu bahwa kehidupan Ailee ada di tangan mereka, dan mereka tidak boleh gagal.

Ketegangan di ruangan itu semakin meningkat ketika seorang perawat dengan wajah pucat mendekati dokter utama.

"Dok, kita cuma punya dua kantong darah B Rhesus Negatif yang tersisa di rumah sakit ini." Suaranya gemetar. Semua orang di ruangan itu seketika terdiam, meskipun hanya sebentar, sebelum realitas situasi menghantam mereka.

Dokter utama menatap perawat itu dengan mata serius, pikirannya berputar cepat. "Kita butuh tujuh kantong darah. Dua kantong nggak akan cukup," gumamnya, hampir tidak percaya dengan situasi yang mereka hadapi.

Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke tim medis lainnya. "Kita harus lakukan transfusi dengan yang kita punya, dan segera cari tambahan darah dari pihak manapun yang terdekat. Waktu kita sempit!"

Perawat segera menghubungi bank darah, suaranya terburu-buru dan penuh tekanan. "Ini unit gawat darurat Rumah Sakit Taruna. Kami butuh lima kantong darah B Rhesus Negatif secepatnya. Kondisi kritis!"

Sementara itu, dokter lain dengan cekatan mempersiapkan dua kantong darah yang ada untuk transfusi pertama. Mereka tahu bahwa ini hanya akan memberi mereka waktu tambahan, tetapi tidak cukup untuk menyelamatkan Ailee sepenuhnya tanpa tambahan darah.

ELLENA: Beauty Dancer Incaran IceboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang