ELLENA 24 : Pesan

13 2 0
                                    

Langit kebiruan dengan sedikit semburat jingga di ufuk timur, menandakan hari yang baru saja dimulai. Udara masih segar, dengan embun yang masih sedikit menempel di dedaunan. 

Matahari baru saja terbit, menyinari bangunan sekolah dengan cahaya lembut keemasan, memberi kesan tenang sebelum kesibukan dimulai.

Tawa yang menguar pada para pelajar menciptakan atmosfer riang di tengah dinginnya pagi. Suaranya bergema di antara bangunan sekolah, menyatu dengan derap langkah kaki yang semakin cepat mendekati waktu masuk. Namun tidak pada ketiga cowok ini, situasi justru menegang.

Suara lembut dan bernada itu menghentikan langkah ketiga cowok tersebut secara bersamaan. Mereka langsung membalikkan badan, mendapati Ailee berdiri di sana dengan tatapan bingung.

Wajahnya tampak pucat, dan mata gadis itu berkaca-kaca, sepertinya telah mendengar percakapan mereka.

Keheningan terasa canggung, seolah-olah semua tawa para pelajar yang memenuhi udara mendadak lenyap di sekitar mereka. Tatapan mereka terpaku pada sosok gadis itu, yang tampak begitu anggun dengan rambut terurai.

"Maksud kalian apa?" Ulangnya sekali lagi.

Mata Ares melebar, terkejut bukan main. Mati gue! Kalo nih cewek tau bisa dibogem gue sama Sakti.

“Lo.. udah denger?”

Ailee mengangguk perlahan, suaranya bergetar saat dia bertanya, “Apa yang terjadi? Maksud kalian apa tadi?"

Gentala dan Alva juga tampak cemas, saling berpandangan sebelum akhirnya Gentala mencoba menjelaskan.

“Revan kena serangan dari segerombolan orang. Mereka cukup brutal. Untung aja kami datang tepat waktu buat bantuin dia.”

“Serangan? Tapi kenapa?” tanya Ailee, matanya semakin berkaca-kaca.

Alva menambahkan dengan nada yang penuh keprihatinan, “Mereka tampaknya tau tentang Revan dan keluarganya. Mereka mengejar Revan dan… yah, Revan kena tusuk.”

Mata Ailee membola terlihat semakin terkejut. “Jadi, dia... dia luka parah?”

Ares mengangguk dengan serius, “Iya. Tapi Sakti yang jaga di rumah sakit sekarang. Dia pastikan Revan mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.”

Mata Ailee semakin bersinar dengan air mata, mencerminkan betapa beratnya berita ini bagi dirinya. Satu tetes air mata jatuh di pipinya, dengan cepat gadis itu mengusapnya.

"Gue harus ke sana." Gumam gadis itu lalu berbalik pergi menuju gerbang sekolah dengan berlari.

Melihat Ailee yang berbalik dan mulai berlari menuju pintu keluar sekolah, Ares, Alva, dan Gentala seketika merasa panik.

“Ehhh, Ai. Mau kemana lo?” teriak Ares, mencoba mengejar langkah Ailee.

"Tuh, kan. Ini nih makannya Sakti nggak ngebolehin buat kasih tau tuh cewek. Panik, kan?!" Alva menggeleng frustasi. "Kenapa lo kasih gau jugaa?!"

Ares melirik sinis. "Sebelum dikasih tau Ailee udah denger sendiri kali!"

“Udah ributnya, ah! Susulin cepet!” seru Alva, berlari mengikuti Ailee dengan langkah cepat.

“Waduhh bisa diamuk Sakti kalo gini,” tambah Gentala, sambil berusaha mengejar mereka.

Ketiga cowok itu berlari menyusul Ailee, berusaha agar dia tidak pergi sendirian ke rumah sakit.

BRAKK!

Pintu kamar rumah sakit terbuka dengan keras, mengejutkan Revan dan Sakti yang berada di dalam ruangan.

ELLENA: Beauty Dancer Incaran IceboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang