ELLENA 21 : Kisah Lama

10 2 0
                                    

"Apakah ini hanya sekedar pertemuan biasa, atau ada kisah yang lebih dalam dan belum terungkap di baliknya?"

****

Tiga hari telah berlalu sejak kejadian itu, namun Ailee masih belum membuka matanya. Gadis itu terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit, tubuhnya terhubung dengan berbagai alat medis yang memenuhi ruangan sempit itu.

Masker oksigen masih membingkai wajahnya, yang kini tampak begitu pucat, seolah seluruh warna kehidupan telah terkuras habis dari kulitnya.

Kabel-kabel yang terpasang di dadanya terus mengingatkan setiap orang yang datang betapa gentingnya kondisi Ailee saat ini. Monitor di samping ranjangnya menunjukkan denyut jantung yang lemah, namun masih ada. Napasnya teratur, begitu tenang.

Revan berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit, langkah-langkahnya menggema di lantai keramik yang dingin.

Seragam sekolahnya masih lengkap terpakai, menunjukkan bahwa dia datang langsung dari sekolah tanpa sempat berganti pakaian. Wajahnya tegang, mencerminkan kekhawatiran yang sejak tadi membayangi pikirannya.

Di tangan kanannya, handphone masih menempel di telinganya, percakapan dengan seseorang di seberang sana terus berlanjut.

"Iya, Tante. Aku ke ruangan Ailee sekarang. Aku sudah di rumah sakit," ucapnya dengan suara rendah namun tegas.

Langkahnya semakin cepat, tak ingin membuang waktu sedikit pun. Pikirannya hanya terfokus pada Ailee yang saat ini terbaring di ranjang rumah sakit.

"Sama-sama, Tante,"

Revan menutup telepon, mengakhiri percakapan dengan Andini, yang memintanya untuk menemani gadis itu karena ada urusan mendesak yang harus ditangani.

Setelah menutup telepon, Revan mempercepat langkahnya lagi, matanya terfokus ke depan, tak peduli dengan keramaian rumah sakit di sekitarnya.

Kekhawatiran memuncak ketika mengingat Ailee sempat drop kemarin yang membuatnya jatuh kembali ke dalam kondisi seperti tiga hari lalu.

Revan tiba di depan pintu kamar rawat Ailee, jantungnya berdebar kencang. Dengan napas yang masih sedikit tersengal karena tergesa, dia menggenggam gagang pintu dan perlahan membukanya.

Pintu berderit pelan saat ia mendorongnya, dan Revan melangkah masuk dengan hati-hati, seolah takut mengganggu ketenangan yang ada di dalam.

Pandangan Revan segera tertuju pada Ailee yang terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya yang biasanya cerah dan penuh semangat kini tampak begitu pucat dan rapuh, nyaris tak mengenali gadis yang selalu ia kenal.

Masker oksigen masih membingkai wajahnya, dan berbagai alat medis yang terhubung ke tubuhnya membuat Revan sadar betapa kritis kondisi Ailee saat ini.

Ruangan itu sunyi, hanya ada suara lembut dari monitor yang menunjukkan denyut jantung Ailee, seolah menghitung setiap detik yang berlalu dengan perlahan.

Revan merasakan hatinya tercekat, rasa khawatir yang selama ini ia pendam terasa semakin nyata saat melihat keadaan Ailee dengan mata kepala sendiri.

Dengan langkah pelan, Revan mendekati ranjang Ailee, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya di balik wajah yang tegar. Dia menarik kursi yang ada di samping ranjang, lalu duduk, menatap Ailee dengan penuh perhatian.

Dalam hati, ia berdoa agar Ailee bisa melewati masa sulit ini, agar ia bisa kembali membuka matanya dan tersenyum padanya seperti biasanya.

"Hei, Ai... gue di sini," bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar, namun penuh dengan rasa sayang dan harapan.

ELLENA: Beauty Dancer Incaran IceboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang