ELLENA 12 : Crystal?

12 2 0
                                    

"Dunia dan semua yang ada di kehidupan ini pasti akan berubah. Bermula dari detik ke jam, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, tetapi cinta akan semua ingatanmu dan semua kenanganmu, tak akan pernah berlalu."
~Aletta Clarissa

****

BRAKK!

"Lo serius, kemarin ketemu anak Carios?" Tanya Rabetha dengan heboh menginterupsi, gafis itu bahkan sampai menggebrak meja. Rabetha mengetahuinya semenjak pagi karena para siswa siswi membicarakannya.

Ailee menghembuskan napas pelan, pandangannya terfokus pada gelas es jeruk yang ia aduk-aduk dengan sendok. Di kantin yang ramai, suara tawa dan percakapan bercampur menjadi satu, tapi teman-temannya tidak melepas pandangannya dari Ailee, menunggu kejelasan.

"Iya," jawabnya pendek, sengaja tidak menambahkan detail. Ia menatap Rabetha, yang masih menunggu, lalu bertanya, "Lo tahu dari mana?"

"Alva yang kasih tahu," jawab Rabetha santai.

Gantari, yang duduk di sebelah Ailee, menyandarkan punggungnya ke kursi. "Kalau Tari nggak tahu apa-apa. Baru tau tadi pagi pas anak-anak pada bicarain Ailee. Tari malah mikir, kenapa sih Binrang nggak pernah ngasih tau apa-apa ke Tari, kaya Betha yang sering diceritain Alva, padahal kan, Tari udah berusaha deketin dia baik-baik."

Ailee tersenyum kecil, tapi ada sedikit ketegangan di dalamnya. "Lo curhat?"

Gantari menggeleng. "Nggak, cuma cerita aja," jawabnya dengan sedikit getir. "Eh, kalo, Sakti kasih kabar ke lo soal Crystal?"

Crystal yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara, meski suaranya terdengar ragu. "Kasih tau sih, tapi nggak sejelas Alva yang kasih tau Betha. Lagian kenapa juga, nggak ada apa-apa"

"Nggak ada apa-apa gimana? Saling suka jelas ada, kok," Gantari menyanggah cepat, seolah-olah sudah memikirkan kalimat itu jauh-jauh hari.

Crystal tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan di dalamnya. "Ada hubungan gimana, sih Tari? Sakti nggak mungkin mau pacaran sama aku yang agak gila dan pendiem kaya begini."

"Ehhh, si Sakti udah confess ke elo ya, nyet!" Tambah Rabetha menggebu-gebu.

Ailee mengangkat alis, tertarik dengan pengakuan itu. "Tunggu, lo pernah dibully? Lo dikatain juga?"

Crystal mengangguk pelan, menundukkan pandangan. "Iya. Aku dulu sering dibully. Katanya mereka sering liat aku bicara sendiri, terus histeris sendiri. Padahal aku nggak ngapa-ngapain."

Gantari dan Rabetha saling bertukar pandang, mereka tahu lebih banyak daripada yang Ailee bayangkan. Mereka tahu betapa kerasnya perjuangan Crystal melawan halusinasi dan rasa takut yang terus menghantui pikirannya. Tapi mereka juga tahu bahwa Crystal sudah cukup menderita dengan segala cemoohan dan perlakuan buruk dari teman-teman sekolahnya.

Aile mengangkat alis terlihat bingung, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Crystal. "Bicara sendiri? Histeris sendiri? Maksudnya gimana, Tal?"

Crystal menghela napas panjang, seolah mencari keberanian untuk melanjutkan ceritanya. "Aku nggak tau. Aku nggak sadar. Tau-tau aku udah keringetan dan suaraku serak kaya habis teriak."

Ailee menatap Crystal dengan penuh perhatian, merasa bahwa apa yang sedang dihadapi temannya ini jauh lebih berat dari yang ia duga. "Lo nggak sadar sama sekali, Tal? Nggak ada yang lo ingat sebelum itu terjadi?"

Crystal menggeleng lemah, matanya menerawang seolah mencoba mengingat sesuatu yang jauh di dalam pikirannya. "Enggak. Semua itu kayak... hilang begitu aja. Satu menit aku biasa aja, lalu tiba-tiba udah kayak habis lari maraton, suara serak, dan keringetan. Orang-orang bilang aku teriak-teriak nggak jelas, tapi aku nggak ingat apa-apa."

ELLENA: Beauty Dancer Incaran IceboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang