Pukul 20:00
Dari balik pintu kamar bertuliskan nomor 12 itu sebuah suara mengalun merdu. Suara seorang gadis. Tidak, gadis itu bukan sedang bernyanyi apalagi berpuisi. Gadis itu sedang mengalunkan ayat-ayat suci Al-Quran dengan suara yang lebih merdu dari lagu Hello karya Adelle atau Dear God karya Avenged Sevenfold.
Suaranya cukup hebat karena bisa membius setiap orang yang lewat.
Pemilik suara itu tak lain adalah Wanita Pembuka Surga yang menghuni kamar itu dengan empat gadis lainnya.
Annisa Fathul Jannah
Sebelum gadis itu datang, kamar selalu terasa sepi dan kosong. Bukan karena penghuni lamanya yang tidak pernah mengalunkan ayat-ayat suci, namun karena mereka lebih suka tadarus bersama santri lain di masjid sambil menunggu Umi datang untuk mendengar setoran hafalan para santriwati. Namun sekarang, kamar itu tidak pernah sepi. Setiap waktu, selepas shalat __wajib maupun sunnah__ gadis itu selalu membaca kitab sucinya.
Ketika salah seorang temannya mengajaknya untuk tadarus di masjid, gadis itu menolak dengan halus sambil berkata "Maaf Zah, bukannya aku nolak, aku cuma takut. Bacaan Quran ku belum terlalu lancar dan makhorijul huruf ku masih belum terlalu bagus. Aku takut bacaanku salah.. "
Azizah __salah satu temannya__ hanya mengangguk mafhum. Tidak mau terlalu memaksa, meski sebenarnya ia berharap mereka bisa tadarus bersama. Hasilnya, selama lebih dari enam bulan berada di pesantren ini, Annisa tidak pernah ikut tadarus bersama teman-temannya, yang dengan bangga membacakan ayat Al-Quran di speaker masjid.
"Nis.. Di masjid aja yuk tadarusannya. Temenin aku juga. Masa aku ke masjid sendirian." Azizah datang dan merengek di samping Annisa yang masih membaca Al"Quran nya sambil duduk di tengah ranjang.
"Biasanya sama Syifa, Afwah. Emang kemana mereka?" Annisa menjawab dengan suara lembut.
"Syifa kan lagi di jenguk Ibunya.. Kalo Afwah lagi 'udzur. Pada ga bisa semua. Ya.. Mau ya.. Temenin aku, sekali aja... Lagian kamu udah enam bulan lebih disini nggak perna ikut tadarus sama kita di masjid. Sekali ini aja ya... Pliss.." Azizzah memohon dengan wajah yang di imut-imutkan. Berharap dengan itu Annisa bisa luluh.
"Malu ih.. Kamu sama anak kamer lain aja gih.. Aku nggak bisa ngaji di speaker. Demam panggung aku.." Annisa mencoba ngeles.
"Ih.. Yang laen udah berangkat semua.. Apaan lagi demam panggung, kan tadarusnya bukan di panggung. Cuma di speaker doang. Yaa.. Mau ya.." Azizzah menyanggah. Ia tidak ingin menyerah membujuk Annisa.
"Ya.. Ya tetep aja. Di panggung sama di speaker itu sama aja. Nanti aku bisa gemetaran.. Suka grogi aku mah Zah.. Jadi kamu sama yang lain aja ya.." Annisa masih menolak secara halus.
"Yah.. Ayolah. Sekali aja. Lagian kenapa sih pake malu segala? Suara kamu bagus gitu juga. Ya, mau ya.." Azizzah tak patah semangat. Ia terus membujuk Annisa sampai temannya itu menyerah.
Annisa terdiam beberapa menit. Merenungkan segala hal. Hingga akhirnya ia mengangguk, mengiyakan. "Yaudah, tapi__"
"Yeyy.. Akhirnya,.. Ayo capcus.. Kita udah ketinggalan banget ini.." tanpa menunggu lanjutan kalimat Annisa, Azizzah langsung menarik lengan temannya itu menuju masjid.
∞
Di pesantren ini, seluruh santri diwajibkan menghafal Al-Quran. Dan salah satu kebiasaan yang dilakukan para santri pada malam hari adalah tadarus di masjid. Tidak sedikit juga santri putra yang gemar beritikaf. Sebenarnya, speaker yang tersambung pada bagian santri putri memiliki suara yang bisa dibilang kecil. Jika kita melangkah keluar ke gerbang masjid, suara speaker itu sudah tidak lagi terdengar. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga para santriwati. Sebab, suara perempuan termasuk aurat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kahfi
Teen Fiction"Diantara miliyaran manusia di dunia ini, aku tahu Tuhan mempertemukan kita bukan tanpa alasan" Uwais Al-Qorni, seorang lelaki tampan pujaan kaum hawa. Hampir seluruh perempuan yang mengenalnya rela bertekuk lutut di hadapannya demi mendapat perhati...