Suasana masjid Darul Muttaqien Pondok Pesantren Darul Qur'an terlihat cukup ramai. Masjid putra di penuhi santri yang sedang tadarus, menghafal, dan setoran hafalan. Begitu pula dengan masjid putri. Alunan merdu seorang santri yang sedang membaca Al-Quran terdengar dari masing-masing speaker diatas kedua masjid tersebut.
Aisyah berjalan memasuki arena pelataran masjid yang dihiasi berbagai tanaman hias dan di selimuti rumput hias yang terpangkas rapih dan sebuah jalan setapak yang terbuat dari susunan batu-batu kecil nan halus. Setibanya didepan pintu masuk masjid yang agung, Aisyah menemukan Azizah, Syifa dan Afwah yang sedang mengobrol ringan di satu pojok masjid yang letaknya tak jauh dari pintu. Aisyah langsung mendekati tiga gadis itu. Ia sedang mencari seseorang.
"Assalamualaikum"
Mendengar suara salam itu, ketiganya langsung menjawab secara serempak dan menoleh, melihat Aisyah. Mereka langsung menunduk hormat dihadapan Ning nya.
"Kalian... Temennya Annisa yang punya suara bagus itu, kan?" Aisyah menebak, wajahnya terlihat riang dengan senyum manis yang mengembang. Ia yakin benar, karena ia pernah melihat Annisa dan Azizah pergi kesana kemari bersama.
"Eh, iya ning. Kami teman sekamar Annisa. Ada yang bisa di bantu, ning?" Azizah yang menjawab.
Aisyah mengangguk singkat. "Annisanya mana? Kok nggak ada?" Tanya perempuan itu.
Ketiga gadis dihadapan Aisyah terlihat saling tatap sejenak, kemudian Azizah kembali menjawab. "Annisa baru saja pulang, Ning. Apa Ning Aisyah ada perlu dengan Annisa?"
Aisyah terlihat sedikit kecewa. Ternyata orang yang dicarinya sudah pulang. "Kamu mau ke asrama?" Aisyah menatap Azizah.
"Tidak Ning" Azizah menjawab pelan. "Tapi jika Ning Aisyah ingin bertemu Annisa, saya bisa panggilkan. Sekalian mau ngambil Mushaf di asrama" lanjutnya.
Aisyah menggeleng. Itu akan merepotkan Azizah karena dia harus bolak-balik asrama-masjid. Walaupun Ia terlahir menjadi seorang Ning ia tidak pernah mau merepotkan orang lain. Tapi Uwais pengecualian. "Cari orang lain aja, yang mau ke asrama"
Aisyah menatap sekeliling masjid itu. Sedangkan tiga gadis di hadapannya tidak berani membantah. Tak lama kemudian, Aisyah memanggil seorang gadis yang baru saja selesai tadarus di speaker dan hendak keluar dari masjid. Gadis itu berjalan mendekati Aisyah.
"Iya Ning, ada yang bisa saya bantu?" gadis itu bertanya sopan.
"Kamu mau ke asrama ya?" Aisyah memulai pertanyaan.
"Eh, iya Ning" gadis itu terlihat agak gugup. Mungkin santri baru. Jadi tidak terbiasa berbicara dengan Ning Aisyah.
"Bisa sekalian tolong nggak? Panggilin Annisa ya." ucapnya. Senyum senantiasa menghiasi wajah ayu-nya sejak Ia keluar dari rumah. "Annisa kamer berapa Zah?" Aisyah bertanya pada Azizah.
"Kamar 12, Ning" jawab Azizah sopan.
"Kamar 12. Kamu kamar berapa? " Aisyah kali ini bertanya pada gadis yang barusan ia panggil.
"Kamar 14, Ning"
"Wah, pas. Tetanggaan dong. Bisa tolong panggilin Annisa nggak? Tolong suruh cepet-cepet kesini, ya" Aisyah memerintah dengan halus. Gadis di hadapannya hanya mengangguk pelan dan permisi.
"Ning Aisyah mau tadarus?" Syifa membuka obrolan.
"Iya. Tapi saya mau nunggu Annisa dulu. Jadi kalian duluan ya..." Aisyah menjawab dengan halus tanpa lupa memamerkan senyum manisnya.
Sejak pertama Ia melihat Annisa, Aisyah sudah merasa bahwa gadis itu memiliki aura baik. Terlihat dari wajahnya, Annisa termasuk gadis anggun dan kalem. Selalu berlaku baik dan memiliki rupa yang menawan. Ketika mendengar suaranya, Aisyah tahu kalau gadis itu termasuk gadis lugu, sopan dan pemalu. Karena Ia mengaji dengan suara pelan. Dan itu semua memang benar adanya. Gadis itu memiliki hati sejernih kristal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kahfi
Teen Fiction"Diantara miliyaran manusia di dunia ini, aku tahu Tuhan mempertemukan kita bukan tanpa alasan" Uwais Al-Qorni, seorang lelaki tampan pujaan kaum hawa. Hampir seluruh perempuan yang mengenalnya rela bertekuk lutut di hadapannya demi mendapat perhati...