Bab 2. Permintaan Maaf

1.1K 170 11
                                    

Selamat membaca

Hari ini Christy bangun lebih awal, mungkin pukul lima pagi. Setelah menyingkap selimut yang menutupi tubuh dan meregangkan otot serta menguap lebar. Christy yang hanya
mengenakan hotpants dan tanktop tanpa bra itu bangkit dari tidur dan berjalan menuju dapur. Melakukan saran Flora untuk memasak nasi goreng demi sebuah permintaan maaf pada Freyan.

Dengan setengah sadar ia mulai memotong sosis, bakso, bawang dan cabai. Menaruhnya di dalam mangkuk yang sudah disediakan. Lalu mundur beberapa langkah karena matanya terasa begitu berat. Tak
sengaja menjatuhkan panci yang berada di meja belakang hingga menimbulkan suara gaduh.

Tak lama lampu dapur dinyalakan,
menampilkan Cio, Shani dan Chiko yang memegang sapu. Mereka menatap dengan heran, begitu pula Christy. Ternyata sedari tadi belum menyalakan lampu, pantas saja gelap.
Shani menghampiri Christy seraya
mengernyitkan dahinya bingung. Ia menatap dengan tatapan bertanya, seolah meminta untuk menjelaskan semua.

"Mau bikin bekal Ma," jawab Christy.

Chiko mendekat, ia meletakkan sapunya di atas meja. Lalu ia menjitak kepala adik cantiknya ini hingga membuatnya terpekik dan sontak mengelus kepala.

"Gue pikir maling, udah mau gue pukul pake sapu," jelasnya. Christy hanya nyengir merasa tak bersalah.

"Udah biar Mama aja yang buatin. Kamu minggir sana," usir Shani, membuat Christy mengerucutkan bibir sebal.

"Kitty mau buat yang spesial. Makanya maumasak sendiri."

Cio menatap curiga, matanya memicing menelisik ke wajah anak gadisnya itu lalu tersenyum, begitu pula Shani dan Chiko.
Christy bingung, apa yang membuat mereka tersenyum.

"Lagi jatuh cinta, ya?" tanya Cio.

Christy terkejut bagaimana bisa papanya menebak seperti itu? Lagipula untuk apa jatuh cinta
pada cowok bringas seperti Freyan?

"Enggak, Pa, Kitty mau buat nasi goreng spesial buat Flora soalnya dia udah bantu Kitty kemarin," jelasnya gugup. Mereka bertiga hanya tersenyum. Syukurlah mereka tak bertanya lebih jauh.

Cio dan Chiko pergi ke kamarnya masing-masing. Tersisa Christy yang melanjutkan kegiatan memasak tadi. Serta Shani yang memasak untuk sarapan pagi ini.

Christy memasukkan satu per satu bahan yang sudah disiapkan dan dipotong, begitu pula nasi yang masuk paling akhir.

Setelah merasa sudah matang, ia
mengangkat wajan itu dan menaruhnya di tatakan. Terasa tak terlalu panas, ia mulai menata nasi goreng itu ke dalam tempat makan dan menambahkan telur mata sapi
dan saos yang membentuk love di atas nasi itu.

"Akhirnya selesai" gumamnya pada diri sendiri. Namun, ternyata Shani mendengar ucapannya itu.

"Pinter anak Mama. Mana dikasih love segala lagi," katanya membuat Christy malu.

Skip

"gw harus gimana, nih, Flo?"
Bingung, Sea tak tahu bagaimana caranya memberikan bekal ini pada Freyan. mengenalnya saja tidak. Tak tahu pula dari kelas apa. Sedangkan Flora yang menyarankan juga sedang kebingungan memikirkan bagaimana caranya.

"Udah ayo gue anter ke kelasnya aja,"
katanya. Christy mengangguk dan mengekor di belakang.

Mereka menaiki tangga yang
menghubungkan lantai dua dan tiga.
Sekolahnya itu memiliki 3 lantai. Di lantai 1 untuk kelas 10, jumlah ruang kelasnya ada 10. Di lantai 2 untuk kelas 11, dan lantai 3 untuk kelas 12.

Christy masih mengikuti Flora yang terus berjalan tanpa ragu. Hingga berhenti tepat di depan pintu kelas 12 IPA-3. Ia melongok ke dalam, terlihat sosok Freyan yang duduk di pojok dengan earphone di telinganya. Kedua kakinya berada di atas meja.

"Nyari siapa?" tanya seorang cowok yang cukup ganteng.

"Kak Freyan," jawab Flora. Christy mengangguk lalu tersenyum.

"Fre, ada yang nyariin." cowok itu berteriak, sepertinya memanggil Freyan, lalu ia pergi begitu saja.

Tak berselang lama, Freyan muncul di depan pintu, masih dengan earphone di telinganya. Aura yang dipancarkan pun terlihat tak bersahabat. Jika ia macan, mungkin akan menerkam mereka berdua. Flora menyikut perut Christy, seolah ia menyuruh untuk segera berbicara apa tujuan kami kesini. Christy yang seolah gagu
pun hanya terdiam, tangan yang memegang bekal makanan itupun bergetar.

"Apa?" kata Freyan, membuatnya mendongak dan menatapnya.

"Ma-mau kasih bekal, buat permintaan maaf soalnya kemarin udah nabrak Kakak. Kemarin gak sengaja, kok. Sumpah, deh, Christy
gak bohong," katanya dengan wajah
memelas, setengah ingin menangis.

Christy menyerahkan bekal itu pada Freyan, beberapa pasang mata menatap ke arah mereka, ada seorang cewek yang berdiri di belakang Freyan, tatapannya seolah tak suka,
dari pada Christy mati karena tatapan
kakak kelas yang mematikan itu lebih baik pergi.

Christy berlari meninggalkan Flora yang masih membatu di tempat. la menghentakkan kaki di lantai dengan begitu keras. Seolah ada kesenangan yang bercampur dengan rasa gugup yang terasa setelah berbicara dengan es serut.

Skip

Ini hari keempat Christy memberikan bekal makanan untuk Freyan. Seolah-olah itu adalah hal wajib yang harus dilakukan setiap paginya. Terkadang ia juga menyisipkan
sekotak susu putih di dalamnya.
Ini juga hari keempat ia merasakan betapa dinginnya seorang Freyan si ketua Elang.

Respon yang ia berikan selalu sama, hanya menerima, menggumam, lalu berpaling begitu saja, atau mungkin Christy yang selalu kabur duluan?

Hari ketiga, tepatnya hari Kamis, Christy baru tahu kalau seorang cowok yang pertama ditemui di kelas Freyan itu adalah anggota
gengnya, namanya Zean.

Dihari-hari berikutnya, anggota geng Elang lainnya ikut menggodanya, namanya Ollan, menurut Christy orangnya asik, tidak menakutkan. Ganteng juga, tapi lebih
ganteng Freyan.

Yang terakhir namanya Aldo, orangnya santai, gak banyak omong, tapi gak dingin. Ya, tipe manusia normal, lah.

"Hai cantik, mau nyari abang, ya?" ujar Zean. Christy hanya tersenyum lalu menggeleng. Bisa dilihat wajahnya berubah murung karena ditertawakan temannya.

Christy menghampiri Freyan yang duduk di kursi depan kelasnya. Memberikan bekal makanan itu, sambil tersenyum, lagi.

"Ini buat Kakak, jangan lupa dimakan ..." katanya dengan malu-malu. "Dengan cinta,"
lanjutku, setelahnya berlari meninggalkan Flora lagi.

Rasanya seperti orang bodoh yang tiba-tiba memberikan bekal lalu berkata dengan cinta, dan Christy yakin mereka yang mendengar ucapanku melongo tak percaya.

-Cio Andreas putra natio: ayah Christy
-Shani Indira putri natio:udah tau lh y
-Chiko Andreas putra natio: abangnya

Udah segini dulu ya guys author udh double up

NIKAH SMA (FreChris) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang