Bab 6. Pelukan

989 154 10
                                    

Pelukan kakak itu nyaman, kitty suka!

- Anggelina Christy Putri Natio-

Mataku yang terasa berat ini dipaksa
terbuka. Kulihat mama berada di samping, sementara Freyan di sofa dekat kamar mandi. Tanpa disadari, air mata jatuh dengan sendirinya.

"Ma, Kitty mau peluk Kak Freyan," kataku.

Mama menatap dengan tatapan melarang. Bagaimana mungkin
mama mengijinkanku untuk berpelukan dengan seorang pria?

"Gak bisa, Kitty."

"Kitty mau peluk, Ma."

"Gak bisa, dengerin Mama, kalian belum sah. Mama gak mau buat dosa di antara kalian. Paham?"

"Kitty mau peluk Kak Freyan," kataku lagi dengan menambah volume suaraku.

Freyan yang tadinya asik menatap layar ponsel, kini mengalihkan perhatian pada kami. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu berjalan mendekat.

"Kitty mau sama Kak Freyan, Ma," kataku dengan isak tangis yang masih terdengar.

"Fre, kamu mau temani Christy sebentar?" tanya mama, aku menatapnya dengan penuh harap. Ia mengangguk.

"Baiklah, tante pergi dulu."

la duduk di tepi kasur, membungkukkan tubuhnya untuk melepaskan sepatunya. Dengan ragu aku mengulurkan tangan untuk memeluknya dari belakang. Berhasil!
Namun, tak bertahan lama, ia menyentak tanganku dari perutnya. Lalu ia berdiri dan menatap dengan marah. Biar saja dia berpikir bahwa
aku ini gadis murahan. Persetan dengan itu, yang aku mau hanya pelukannya. Sebentar saja.

Aku bangkit dari tidur, berjalan mendekat ke arahnya dengan sempoyongan. Lalu terjatuh tepat di pelukannya, aroma mint yang begitu menyegarkan memaksa masuk ke dalam penciumanku.

Kutatap wajahnya, jantungnya berdebar begitu cepat seolah habis lari maraton. Ia melihatku, atau lebih tepatnya di bibir? Aku terkejut ketika ia mendorongku ke belakang hingga terjatuh di atas kasur. la menatap dengan tajam, seolah ia ingin
menerkam saat itu juga.

"Maksud"

"Ma--maksud apa?" tanyaku dengan gugup.

"Maksud lo sentuhan gue."
Aku terdiam, air mata yang sempat berhenti pun menetes kembali.

"Mau pipis, Kak," kataku dengan malu. la bergerak ke samping, menyingkir.

Bagaimana bisa aku yang lemah seperti ini harus berjalan sendirian ke kamar mandi tanpa dibantu? Yang ada bisa terjatuh dan celaka.

"Bantuin."

la terkesiap dan melongo ketika mendengar ucapanku yang meminta untuk menemani ke kamar mandi. Kami sama-sama diam mematung. Aku yang menahan pipis, dan dia
yang bingung memikirkan sesuatu.

"Ayo, Kak. Udah mau keluar, nih!" rengekku.

Dengan wajah frustasi dan tidak ikhlasnya, ia membantuku berdiri. Meski tahu bahwa ia tidak ingin disentuh dan tidak ingin menyentuh. Mungkin karena mama telah
mengamanahkanku padanya. Atau mungkin karena dia merasa kasihan?

la membimbingku dengan perlahan dan berhenti tepat di pintu kamar mandi. Ia melepaskan pegangannya di kedua bahu, seolah meminta untuk segera masuk dan menyelesaikan ritual. Namun, aku menggeleng dan meminta untuk ikut masuk dan menemaniku.

Aku tak tahu apa yang dipikirkan gadis di depanku ini, hingga membuatnya meminta untuk menemaninya di dalam kamar mandi.
Bagaimana pun juga aku adalah pria normal dan lagi, aku tak mau menyaksikan orang kencing tepat di depan mata sendiri.

NIKAH SMA (FreChris) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang