Bab 12. Insiden (18+)

871 135 6
                                    

Itu tadi apa?

- Anggelina Christy Putri Natio -
____________________________________

Kami berjalan beriringan di koridor menuju kelas X IPS-1, kelasku. Tangan Freyan selalu mengisi sela jari-jariku. Ia seolah-olah tak ingin melepaskan genggamannya meski sejenak saja. Bagiku, ini sangat manis. Namun, yang masih membuat bingung adalah sikapnya.

Di awal perjodohan kami, ia berpura-pura seolah tak ingin ada aku di hidupnya, mungkin ia juga membenciku. Aku tahu cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Tapi apa secepat ini? Kami baru
menikah tiga hari, dan dia sudah
mencintaiku atau aku yang terlalu percaya diri?

Kami telah sampai di depan kelas. Bukannya segera pergi, ia malah tetap
berdiri di depanku dengan senyuman yang sangat manis. Aku melihat ke sekeliling, banyak cewek yang menatap Freyan dengan lapar. Aku mengintip melihat hal itu. Aku tak
suka jika senyuman Freyan dinikmati oleh wanita lain.

"Ya ampun, Kak Freyan tersenyum."

"Manis banget."

"Meleleh hati gue anjir!"

"Jangan senyum begitu," kataku sebal.
Pipiku menggembung dengan kedua mata membuka.

"Iya, Istriku," bisiknya di telingaku dan itu membuat aku sangat-sangat malu. Lebih malu lagi ketika ia tiba-tiba mencium bibirku, tepat di depan mata banyak orang. Rasanya aku ingin menghilang sekarang
juga. Namun, aku juga senang ketika melihat wajah frustasi dari cewek-cewek kurang belaian itu.

"Gue ke kelas, ya, pulang tunggu gue." Aku mengangguk mengiyakan.

Ia melangkah menjauh hingga menghilang di tikungan. Aku menutupi wajah dengan tangan seraya berjalan menuju tempat duduk. Di sana sudah ada Flora yang heboh sendiri karena melihat kejadian tadi.

"OMG, CHRISTY!" teriakannya sangat kencang.

Ketika saya duduk di kursi, banyak dari mereka yang mendekat dengan beragam tanya yang sudah memenuhi otak mereka.

Aku menggerutu dalam hati, karena sikap Freyan yang tak tahu tempat maka aku mendapat masalah.

"Lo pacaran sama Kak Freyan?" tanya Muthe, bendahara kelas yang centil dan sangat mengidolakan Freyan.

"Emm, Kitty udah nik-"

"Iya Christy pacaran sama Kak Freyan, baru jadian hari Sabtu."
Ucapanku terpotong karena Flora langsung menyahut. Aku tahu apa yang dikatakan Flora itu untuk melindungi dari masalah karena mulut sialan ini.

"Ya Allah, patah sebelum jadian."

"Pupus berharap gue apa adanya."

"Beruntung banget, harusnya gue."

Itulah beberapa tanggapan dari teman-temanku. Biarkan saja, yang penting Freyan tetap menjadi milikku.

Mereka membubarkan diri dan kembali ke tempat masing-masing meninggalkan aku dan Flora di tempat duduk kami. Kulihat
Flora menatap dengan tajam. Aku tahu kenapa dia seperti itu, karena mulutku.

"Bego ya lo, bisa-bisanya mau bilang kalau kalian udah nikah." Benar kan, dia memarahiku. Tak apa, memang aku yang salah.

"Jaga tu mulut, untung gue nyaut."

"Ya maaf, Kitty gak bisa bohong," kataku.

"Makannya latihan bohong."

"Mengetuk-"

"MANA YANG NAMANYA Christy?!"

Aku menoleh ketika seorang cewek dengan rambut di cat merah dan kuning seperti anak ayam dengan rok setengah lutut dan baju seragam yang sangat ketat masuk ke dalam kelas dan menggebrak meja paling depan. Di belakangnya ada satu cewek
dengan rambut berwarna hijau, dengan baju yang sama seperti anak ayam itu.

"Saya, Kak." Aku mengangkat tangan secara spontan. Namun, sebelah kanannya digenggam oleh Flora. la memberi isyarat untuk tidak melakukan hal itu.

"Oh, jadi lo yang udah ngerebut Freyan dari gue!"

Aku mengernyitkan dahi bingung. Kenapa aku disebut telah merebut Freyan darinya? Memangnya apa hubungan Freyan dengan si
anak ayam ini?

"Maksud Kakak apa ya?" tanyaku dengan wajah polos.

"Jangan sok gak tau, Freyan itu pacarnya Kathrin!" Cewek yang berada di belakang anak ayam bernama Kathrin itu menyahut dan
menjambak rambutku dengan kasar.

Tak sampai disitu saja, mereka bergantian menampar wajahku hingga terasa sakit dan perih. Dan yang paling parah, Kathrin merobek
baju bagian depanku hingga membuat sesuatu terlihat di sana.

Di belakangku Flora menjawab tak tahu harus bagaimana. Aku mengisyaratkan ia untuk mengambil ponselku yang berada di dalam laci dengan gerakan tangan. Ia seolah mengerti dan mengambilnya, ia juga
mengerti ia harus apa.

Di tengah isak tangisku yang tertahan dan jambakan di kepalaku yang terasa semakin keras, kedua tangan menutupi bagian d**a yang terekspos bebas. Teman-temanku yang melihat keadaan seperti ini pun hanya bersantai dan menonton. Raut wajah
mereka seperti ketakutan.

"jalang!"

Semua orang yang ada di sana menoleh ke arah sumber suara. Ya, tepat di depan pintu Freyan dan teman ketiga berdiri. Wajahnya
menampilkan kemarahan yang sangat
nyata. Kedua tangan mengepal hingga
membuat uratnya terlihat.

Ollan, Zean, dan Aldo memegang
kedua tangan dari dua orang gila itu. Kulihat mereka berdua meronta ingin dilepaskan. Sedangkan Freyan mendekatiku dan memelukku, kubalas memeluknya dengan
begitu erat. Menangis menahan sakit, sedih, malu, dan segala rasa yang tak dapat aku definisikan.

la melepaskan baju seragamnya dan
menyisakan kaos dalam berwarna putih, lalu memakaikannya padaku, hampir tenggelam dalam kemeja yang kebesaran. Aku mendekati Flora dan memeluknya karena merasa ketakutan, Sangat berterima kasih pada Flora yang sudah paham dengan kode yang saya berikan. Aku juga berterimakasih pada Freyan dan tiga
temannya yang sudah datang tepat waktu.

"Lo salah bermimpi sama gue." Kalimat itu penuh dengan tekanan yang diucapkan Freyan pada Kathrin.

"Gue gak suka lo deket sama dia, lo itu
punya gue!"

"Apa lo bilang? Gue punya lo? MIMPI!"

Aku semakin mendelik dalam pelukan Flora ketika mereka saling berunding. Apakah benar cowok itu Freyan? Sepeduli itu kah dia saya?

"Lo punya gue!" Teriak Kathrin seraya
memberontak melepaskan genggaman tangan Ollan.

"Lo mau tau gue punya siapa?"

Freyan mendekati dan menarikku dengan kasar. Tanpa aba-aba ia melumat bibirku dengan rakus. Tangannya berada di pinggangku, menarikku agar lebih intens saat itu, tubuh kami bersentuhan. Ada
sesuatu yang aneh dalam tubuhku, seperti sebuah sengatan yang tiba-tiba muncul begitu saja.

Semakin lama aku semakin tertarik untuk masuk ke dalam adegan panas itu. Tak lama lagi, aku membalas ciuman itu. Memberikan akses masuk lebih dalam lagi.

Lima menit berlalu, Freyan mengakhiri adegan itu. Kulihat mata Kathrin yang berkaca-kaca, hidungnya memerah, begitu pula wajahnya seperti menahan amarah.

"Gw punya dia!"

Freyan menunjukku, sedangkan aku
menunduk karena malu. Banyak mata yang menatap aneh selkaligus takjub. Si gadis polos dan kekanakan yang bisa melakukan adegan sepanas itu.

"Lu jahat!" kata Kathrin

"Dari dulu gue jahat." Freyan mengangkat wajah Kathrin dan ditatap tajam matanya.

"Lo sentuh dia lagi, lo bakal mati di tangan gue."

"Digilir aja," sahut Ollan dengan semangat yang diangguki oleh Aldo dan Zean.

"Serah lo bertiga. Gara-gara |***e ini gue harus ngomong panjang lebar."

"Woy author ikutan juga dong hehe"



Segini dulu

NIKAH SMA (FreChris) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang