Kitty bakal belajar jadi istri yang baik.
- Anggelina Christy Putri Natio -
Tok.. Tok.. Tok
Aku yang masih terlelap terpaksa harus membuka mata dan meninggalkan mimpi.indahku. Bagaimana tidak, jika pintu sedari
tadi diketuk dengan sangat keras. Aku
terbangun dengan terpaksa,mengucek
mata yang terasa sangat lengket sambil sesekali menguap."Christy! Freyan! bangun sarapan."
Suara itu terdengar lagi dibarengi ketukan yang semakin keras. Kulirik jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi, benar saja mama membangunkanku.
"Iya, Ma, bentar, Kitty mau cuci muka dulu," kataku.
Suara mama pun sudah tak terdengar lagi, hanya suara langkah kaki menjauh itu masih menggema. Aku bangkit dari duduk dan mendekati Freyan yang tertidur di atas sofa. Hmm, sebenarnya tadi malam aku harus berdebat tentang di mana kita akan tidur. Setelah melalui debat
yang panas, akhirnya Freyan memutuskan untuk tidur di sofa dan aku di kasur.Kubangunkan Freyan yang masih terlelap dengan selimut penutup dari ujung kepala sampai kaki. Aku mendekatinya dan menyentuh bahunya pelan seraya sedikit
menggoyangkannya."Kak," panggilku.
Dia merentangkan tangan untuk meregangkan otot. Itu membuat selimut yang menutupi wajahnya yang menarik turun, matanya
masih sangat tertutup. wajahnya terlihat begitu damai, dan ... tampan. Tersirat rasa lelah jika dilihat dari wajahnya. Rasanya aku tak tega jika harus membangunnya sekarang. Biarlah, nanti akan kubawakan
makannya kemari.Aku segera menuju kamar mandi yang berada di dekat sofa untuk mencuci muka. Aku memperhatikan wajahku yang masih penuh dengan riasan kemarin. Mungkin bagi
kebanyakan pengantin, malam itu adalah malam yang begitu indah. Namun, mungkin sebaliknya. Bukannya bahagia aku malah dibuat kesal karena ia tak mau membantuku
membuka resleting gaun yang berada di punggung. Karena tangannya sangat pendek untuk mencapai resleting itu.Setelah selesai aku segera menuju ruang makan yang berada satu tempat dengan dapur. Masih mengenakan baju tidur berwarna pink dengan gambar ikan serta sandal rumahan dengan bulu-bulu halus, aku duduk di samping papa.
"Pagi, Ma, Pa," sapaku. Papa hanya
tersenyum lalu melanjutkan kegiatannya membaca koran."Suami kamu mana, Nak?" tanya mama.
"Masih bobok, Ma."
"Semalam kalian abis itu kan?" sahut papa seraya meletakkan korannya yang telah dilipat itu di atas meja.
"Apa itu, Pa?"
"Buat anu." Aku mengernyitkan dahiku, sungguh aku tak tahu apa yang mereka bicarakan.
"Adek."
"Kitty mau punya adek baru?" tanyaku polos,karena kenyataannya aku memang tak mengerti.
Papa memutar bola matanya sebal, lalu meminum kopi yang tersaji di atas meja. Sedangkan mama sambil tersenyum menggeleng. Aku tak memperdulikannya, mereka aneh, tak jelas.
Aku mulai memasukkan sesendok makanan itu. Tak ada lagi yang berbicara, hanya dentingan sendok dan piring yang mengisi. Aku menghabiskan makanan itu hingga tak bersisa satu biji nasi pun. Setelah itu meneguk habis air yang berada di dalam gelas.
Aku mengambil piring bersih dan mengambil beberapa centong nasi putih dan lauk ke dalamnya. Mama melihat tanpa berkedip, seolah bertanya sedang apa. Aku tak
mengindahkannya, hingga deheman papa membuat kegiatan itu terhenti sejenak."Kamu harus latihan jadi istri yang baik ya, Nak." Aku mengangguk seraya tersenyum. Memang sudah seharusnya belajar bukan? Aku tak ingin mengecewakannya.
"Kitty ke kamar dulu ya, Ma, Pa," kataku, mereka hanya mengangguk.
Aku berjalan perlahan karena takut
makanan dan minuman yang berada di sini akan tumpah. Aku menaiki satu persatu anak tangga yang membawa menuju kamar.Sesampainya di depan kamar, aku men coba membuka pintu itu dengan perlahan. Setelahnya aku menaruh makanan itu di atas meja. Mataku melirik ke arah sofa, Freyan sudah
tidak ada di sana. Mungkin saja sudah
terbangun dan sedang berada di kamar mandi. Pikirku,mungkin bisa membersihkan kamar dulu sambil menunggu ia selesai di
kamar mandi. Aku merapikan, bantal, guling, dan selimut yang berserakan karena ulah sendiri, menatanya dengan rapi. Merasa sudah enak dipandang, aku duduk di tepi kasur seraya mengayunkan kaki maju dan
mundur.Tak lama Freyan keluar dari kamar
mandi, dengan handuk yang menutupi bagian pusar sampai lutut, sedangkan bagian atas tak mengenakan apapun. la tengah mengusap rambutnya yang basah
karena habis keramas.Melihat hal itu, wajahku seolah terbakar. Bagaimana tidak, aku harus menyaksikan.seorang pria yang hanya mengenakan handuk dan bertelanjang d**a. Itu yang benar
saja!, Aku menutup kedua mata dengan bantal.Setelah agak lama, memastikan apakah Freyan sudah memakai baju lengkap atau belum. Aku melihat sekeliling, tapi aku tidak melihatnya sama sekali. Apakah dia sudah pergi? Lalu untuk apa aku membawakannya
makanan?"Suapin."
Aku kaget dan langsung menoleh ke belakang. Ternyata lelaki itu ada tepat di belakangku, duduk di sana sambil memainkan ponsel.
Tadi dia minta aku melakukan apa?
Menyuapinya? Benar?
Aku masih diam memikirkan apakah yang terdengar itu nyata atau tidak.
"Cepat."
Aku yakin itu benar, sangat yakin.
Dan... aku sangat senang!
Kuambil piring makanan itu dan
menyuapinya dengan perlahan. Matanya bahkan seperti tak ingin melihat, karena sejak awal tak lepas dari benda pipih yang ada di genggamannya.Saat ingin memberinya minuman dengan tanganku, ia menyahutnya dengan agak kasar. Jujur saja bingung, tadi dia menyuruh.untuk menyuapinya dan sekarang dia
mengambil gelas minuman itu dengan kasar. Jika di ingat lagi, ada beberapa sikapnya yang memang terlihat manis, dan sisanya seolah tak peduli serta kasar.Tak ingin memikirkan hal itu, mungkin saja dia memang begitu. Aku meletakkan piring yang kosong di atas meja lalu bergegas ke kamar mandi.
Menanggalkan semua pakaian dan mulai berendam di dalam bak mandi. Tak perlu menunggu lama, ritual mandi telah selesai.
Tanganku meraba ke gantungan handuk yang terletak di sebelah kanan. Namun, yang dicari tak ada. Kau pasti tahu apa yang aku cari bukan? Ya, handuk, handukku tak ada. Aku baru ingat bahwa handukku dipakai tadi untuk mengelap rambut Freyan. Dan tentu saja sekarang masih ada padanya.
"Kak, tolong bawain handuk Kitty, dong!. Yang tadi kakak pakai buat lap rambut," kataku dengan sedikit berteriak.
"KAK, HANDUK KITTY MANA?!" Teriakku setelah lima menit
menunggu handuk itu tak datang.Terdengar suara pintu yang terbuka. Aku melirik ke arah pintu itu, ada tangan yang terulur seraya memegang handuk. Aku mengernyit, kenapa dia tidak masuk saja?
Bagaimana bisa mengambil handuk itu sedangkan jarak kami lumayan jauh?"Masuk ih, tangan Kitty gak nyampe," kataku.
Namun, ia tak kunjung masuk, apa perlu aku berteriak lagi?
"MASUK AJA, KAK!"Guys author mau up frechris di luar jadwal juga tapi hari Kamis tetep up kok biar cepet tamat nanti author lebih ringan mikir alur dua cerita dan bisa lebih fokus ke freshan

KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH SMA (FreChris)
RomansaMenikah bagi orang yang usianya sudah menginjak kepala dua mungkin hal yang wajib. Apalagi pertanyaan-pertanyaan tak manusiawi selalu diucapkan. Contohnya, "Kapan nikah? Si A udah nikah, tuh." Namun, apakah sama halnya dengan Freyan dan Christy? Um...