Bab 16. Bodoh

663 102 0
                                    

Aku masih menatap layar ponsel yang
menampilkan foto kita berdua, lengkap dengan caption yang membuat senyum- senyum tak menentu.

Duniaku, terima kasih sudah menjadi takdir yang tak terduga. Menjadi alasan untukku kembali tersenyum dan tertawa. Menjadi alasan untukku kembali berbahagia. Terima kasih telah menjadi seseorangg yang aku
cintai dan mencintaiku dengan tulus, dengan kepolosanmu yang kelewat bodoh. Untuk saat ini dan seterusnya, aku akan melihatmu ketika bangun tidur, saat makan siang, minum kopi, atau bahkan saat mata akan terpejam. Duniaku sekarang berporos padamu,  Terima kasih sudah menjadi seseorang yang melunakkan hati si es batu. Salam sayang, istriku.

Apalagi kalimat terakhir yang menyebutku sebagai istrinya. Ah, rasanya seperti terbang hingga melampaui puncak gunung kembar, eh, maksudnya Semeru. Ia mencium puncak kepalaku dengan lembut.

Ya Tuhan! Aku baru ingat sesuatu, dengan gamblang Freyan menulis bahwa aku istrinya? Hal itu seharusnya tidak boleh diumbar atau
semua orang akan tahu, terutama guru di sekolah.

" Istriku-nya dihapus aja, nanti kalau guru tahu kita bisa dikeluarin," pintaku.

"Kan tujuannya biar semua orang tau kalau gue punya istri yang cantik."

Tersipu, pipi merona mendengar pujian Freyan, tapi sama saja itu bunuh diri. Terlebih lagi papa sudah bilang untuk menutupi status ini sampai aku lulus sekolah.

Setelah sempat ada perdebatan kecil akhirnya Freyan mengalah dan menghapus kata is triku itu.

Pagi harinya di sekolah, kesialan
menimpaku. Christy yang dikenal rajin dan selalu mengerjakan tugas sekolah hari ini harus dihukum. Pekerjaan rumah yang diberikan guru matematika lupa aku
kerjakan. Sungguh sial.

Datang terlambat, lupa mengerjakan PR, dan tidak membawa buku catatannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah dihukum
masih saja melakukan kesalahan, mimpi apa aku semalam? Ini semua salah Freyan yang menggangguku
saat aku mengerjakan PR. Ia menarik
rambutku dan memainkannya. Belum lagi ia menoel perutku yang katanya terlihat gendut.

Entah mengapa ia malam tadi sangat
manja, padahal aku masih begitu lemas dan mencoba mengerjakan tugas. Memang suami laknat.

Saat ini aku sedang berada di taman
belakang. Awalnya aku hanya dihukum mengikuti pelajaran dari luar kelas. Tapi entah mengapa tiba-tiba Freyan datang dan mencium bibirku tepat ketika Bu Shanju menatap ke arahku. Beliau marah lalu
memberi aku dan Freyan hukuman setimpal.

Katanya setimpal, nyatanya bertimpal-timpal. Bayangkan saja kami harus memunguti sampah di taman yang luasnya mirip lapangan sepak bola.

Aku melirik Freyan dengan kesal, sedangkan yang kulirik hanya menatap dengan wajah datarnya.

"Apa liat-liat?"

"Gak."

"Kitty capek."

"Duduk dulu sana, biar gue yang lanjutin."

"Gak mau."

"Nurut lo nggak bisa, ya?"

"Ya kan Kitty mau bantu juga, kan yang dihukum kita berdua"

Wajahnya terlihat berkedut, mungkin dia merasa kesal padaku? Biarkan saja, namun saya juga tak tega jika membiarkan melakukan hukuman ini sendiri.

"Biar gue yang pergi" katanya lalu memutar pergi meninggalkanku.

Aku menatap langkah kakinya yang
menjauh, kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong celana. Aku mendengkus melihat sikapnya yang menyebalkan.Bukannya aku ingin membantah perkataannya, tapi, ah, kau sudah tahu.

NIKAH SMA (FreChris) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang