Lee Haechan. Sosok pemilik nama itu sibuk kerjakan pekerjaan rumah. Lantai jadi sedikit basah, hasil dari sebuah kain pel yang senantiasa digerakkan di atasnya. Bersyukurlah dia pernah lihat pembantu di rumahnya membersihkan lantai, kalau tidak, mungkin berapa hari lalu dia kena damprat Jaemin sebab tidak mengerti cara mengepel lantai.
"Haechan, kemeja biru saya di mana? Kenapa gak ada di lemari?" Suara Jaemin tiba-tiba mengisi heningnya suasana, ia bertanya masih dengan kaos dan celana sebatas lutut, berdiri di salah satu anak tangga. Menunduk melihat Haechan yang sibuk di bawah sana.
Sedikit mengingat kemeja yang ditanyakan, "Oh, ada kok di lemari walk in closetmu, saya taruh di sana." Jawab Haechan menengadah, sebuah decak jadi balasan.
"Ck, nggak ada, Haechan. Makanya saya nanya ke kamu, karna saya gak ketemu sama kemeja yang itu."
Mendebat Jaemin sama saja dengan mencari perkara baru, dan tentunya Haechan menghindari itu. Berakhir Haechan melepas gagang pel dalam genggaman, beranjak dari sana untuk carikan kemeja biru milik sang tuan rumah.
"Sebentar, saya carikan." Begitu ucapnya ketika mereka menapak anak tangga yang sama. Berjalan naik ke lantai 2, Jaemin mengekor di belakang.
Tapi, sebentar. Jaemin tak benar-benar perhatikan jalan di depannya.
Melainkan sepasang tungkai kaki yang terus maju ke depan.
Oh.
OH~
Itu dia. Kaki jenjang milik Haechan berhasil curi atensinya.
Pada setiap langkah yang diambilnya, Jaemin bertanya dalam diam. Sejak kapan Haechan punya kaki jenjang yang siap menarik perhatiab untuk dipuja? Atau dia yang baru saja memperhatikannya? Sepasang kaki mulus tanpa bulu, halus, walau sedikit bekas luka kena pecahan piring masih ada di sana, tetap tak bisa kurangi keindahan yang sedang Jaemin perhatikan sekarang ini.
Haechan hanya pakai celana sebatas paha yang hampir tidak terlihat karena tertutup kaos kebesarannya. Itu, adalah hasil belanja suster yang dahulu diserahkan Jaemin untuk beli semua keperluan sosok manis yang sekarang membelakanginya.
Hingga suara Haechan memecah fokus si tampan, "Kamu masuk aja, nanti saya bawain ke kamar kamu kalo udah ketemu kemejanya."
"Hm?" Wajahnya diangkat ke atas menatap Haechan, sambil pikirannya cerna apa yang baru saja Haechan ucap. "--Oh, oke."
Jaemin belok masuk ke kamar, sedangkan Haechan sedikit maju beberapa ke depan. Pintu masuk walk in closet milik Jaemin ada di sebelahnya. Sengaja, ruangan itu dibuatkan 2 pintu. Satu terhubung dengan kamar Jaemin, satu lagi di luar ruangan yang sekarang sedang Haechan buka pintunya. Agar orang yang membawa masuk pakaiannya tidak perlu masuk dalam kamar si tuan muda.
Cahaya lampu jadi sambutan, Haechan menuju deretan kemeja dalam lemari kaca. Tangannya pilin satu persatu pakaian di sana, susuri setiap barisnya. Untuk cari kemeja biru yang Jaemin maksudkan.
Memang ada beberapa dengan warna yang sama --biru--, tapi Haechan paham 'kemeja biru' yang ditanyakan Jaemin padanya. Sewarna langit ketika cuaca cerah. Salah satu kemeja yang sering Jaemin pakai.
Dan benar saja, apa yang Jaemin minta ada di sana. Benar ada di dalam lemari, namun diselip di dalam kemeja yang lain. Sengaja. Supaya Jaemin minta bantuan.
Haechan lantas balik badan, menuju kamar Jaemin lewat jalan pintas yang memang sengaja tidak Jaemin tutup pintu penghubung antara kamarnya dengan ruangan itu.
"Jaem, ini kemejanya."
Suara itu, segera dapat perhatian oleh sang pemilik nama. Masih duduk di kursi dengan tumpukan berkas di atas meja, Jaemin menoleh dengan raut tanya. "Ketemu di mana?" dia penasaran, karena tak temukan pakaian itu ketika tadi dicarinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/371458034-288-k177860.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When the day comes | NAHYUCK (ON HOLD)
FanfictionAnd he became the obsessed one. bxb