Bab 01. Bento Box

386 114 156
                                    

"Cinta itu natural, datang tanpa terduga dan pergi pun tanpa di minta!"






Ruangan besar dengan setumpuk berkas di atas meja, tampak tidak tersusun. Layar komputer masih menyala, menampilkan grafik-grafik kinerja perusahaan beserta data-data pengelolaan barang yang di produksi.

Seorang pria tengah memijat keningnya, membaca berkas satu demi satu kemudian mendata tangani.
Ia kadang menyeruput kopi yang sudah tinggal setengah lagi.


Kriing...

Suara telepon yang tiba-tiba masuk itu sungguh mengganggu, si laki-laki dengan wajah kusut tersebut sedikit menggerutu terlebih saat ia melihat nama yang tertera di ponsel, ia menghembuskan nafas lebih dahulu sebelum mengangkat teleponnya.

"Hallo!" Ujar si pria sembari mencopot lensa yang sudah bertengger cukup lama di matanya.

"Aduh!! Chaka Chaka, gimana kamu ini. Perusahaan papa kalo kaya gini terus bisa collapse, kamu yang bener dong kerjanya!" Orang tua di seberang telpon itu mengomel dengan nada mencemooh. Heriawan Pamudji, papah Chaka yang dulu memegang perusahaan itu mengeluhkan cara kerja si sulung.
Ia beberapa kali mendapatkan kabar jika pemasukan dan pengeluaran barang dari perusahaannya selalu turun setelah di pindah tangankan.

"Kamu usaha dong Chak, kalo jawaban kamu cuma iya-iya doang Pas papa nasihatin perusahaan kita ga bakal naik!"

"Pah saingan kita tuh berat, mereka bahkan udah kolaborasi sama banyak perusahaan bahkan luar negeri" jelas Chaka mencoba agar nada bicara nya setenang mungkin.

"Ya kamu mikir gimana caranya agar Pamu' Corporation naik, putar otak!" Kata-kata Heriawan penuh tekanan, kemudian telepon pun di putusnya secara sepihak.

Chaka menghempaskan tubuhnya di dasaran kursi, ia mendongakkan kepala sembari membuang nafas panjang. Kepalanya makin terasa berdenyut, keringat sudah bercucuran membasahi dahi dan baju kemeja yang ia kenakan.

Ia membuka jas kemudian menaruh nya di atas kursi, pria itu berjalan keluar ruangannya sembari menggulungkan lengan baju sebatas siku serta melonggarkan dasi dan membuka dua kancing kemeja teratasnya.

"Rud!" Panggil Chaka pada salah satu OB.
Sang office boy yang bernama Rudi segera menghampiri bosnya yang terkenal dermawan dan tampan itu.

"Kenapa pak?" Tanya Rudi sembari menampilkan gigi, menampilkan wajah seceria mungkin agar tidak kena omel sang bos besar.

"Tolong panggilin teknisi dong, AC di ruangan saya mati, Yang biasa suka ke sini aja ya?"

"Pak Karto itu ya?"
Chaka mengangguk singkat untuk menjawab pertanyaan Rudi.

"Pak, anu.. eeee!" Rudi tampak ragu, terlihat tangannya menggaruk di bagian tubuhnya beberapa kali padahal tidak gatal.

"Kenapa Rud?"

"Ee.. Anu pak, Wi-Fi yang di dapur mati, boleh ga ya sekalian di benerin?"

"Emang mati ya?"

"Udah lama pak, udah hampir seminggu, saya mau pap ke pacar saya aja susah!" Rudi terkekeh. Chaka  pun ikut tergelak, ia memegang pundak bawahannya kemudian menepuk-nepuk pundak Rudi.

"Gih benerin aja, lain kali langsung bilang kalo ada apa-apa!"

Rudi menegapkan badan, ia menaruh tangannya di pelipis, menghormati Chaka yang berada di depannya "Siap bos laksanakan!" Tegas Rudi, kemudian ia berjalan menjauhi Chaka dan bergegas menuju tempat teknisi yang sudah menjadi langganan kantor.

LOST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang