Bab 19. Behind the story

66 37 90
                                    

"Selama saling terbuka tidak akan ada luka dalam cinta"





"Lo mau tinggal di mana?" Tanya laki-laki asing pada Shofia yang kini sudah duduk di dalam mobil bersamanya. Shofia tidak membuka suara, ia hanya menggeleng kan kepala.
"Ke rumah gue dulu, mau?" Ajak nya. Pria itu terus fokus pada jalanan yang cukup sepi di malam hari ini.

"Ada siapa ya di rumah Lo?" Tanya Shofia, ia cukup trust issue. Pertama kali bertemu dengan Baskara pun seperti ini, bedanya pada saat itu ia tengah di kejar preman dan bersembunyi di mobil Baskara. Jika saat ini, pria jangkung yang memakai vest berwarna hitam tersebut menolong nya dari maut, karena Shofia yang akan nekat mengakhiri hidup.

"Lumayan rame sih, adek gue baru lahiran soalnya. Anaknya cewe"

"TMI banget!" Ujar Shofia.

Si laki-laki hanya tertawa renyah. "Nama gue Daniel, Lo?"

"Shofia!" Jawab Shofia singkat.

"Jadi, mau gak mampir dulu, buat sementara aja!" Ajak Daniel lagi.

"Rumahnya masih jauh?" Tanya Shofia sekali lagi.

"Nggak kok, udah lumayan deket!" Jawab Daniel sembari menunjuk arah rumah' nya. "Gimana mau gak?"

"Boleh deh!"

Mendengar jawaban mantap dari Shofia, Daniel pun membawa gadis itu menuju tempat tinggal nya.

Setelah beberapa jam perjalanan, Daniel memarkirkan mobil nya di depan  halaman rumah.
Shofia tercengang ketika mobil nya berhenti di rumah yang pernah ia injakan kakinya pada saat itu.
Tatapan ragu pun terpancar dari matanya, tangannya tidak berhenti meremas dress yang di pakai.
Shofia tak kunjung turun, rasa takut itu menguasai diri Shofia.

"Kenapa? Ayo turun?"  Ajak Daniel.

"Kayanya gue mau cari penginapan aja deh!" Jawab Shofia ketika lamunannya membuyar karena suara Daniel.

"Udah malem banget, tanggung, ayo turun aja. Adek gue baik, siapa tau Lo bisa bantu-bantu dia ngurusin bayi!"

Aruna memang baik, tapi posisi nya di sini Shofia lah yang jahat. Ia takut di benci oleh Aruna, takut ada penolakan ketika ia memasuki rumah.

"Udah, ayo!" Daniel menarik tangan Shofia, sehingga gadis itu mau tidak mau menuruti permintaan Daniel yang terkesan memaksa namun untuk kebaikannya juga.

Daniel memasuki rumahnya, pintu yang awalnya terkunci ia buka, Daniel dan Aruna sama-sama memiliki kunci rumah agar tidak kesulitan. Apa lagi Daniel sering pulang larut dari kantornya, jadi mereka berdua memegang kunci serep masing-masing.

"Loh, kenapa masih di luar?" Tanya Daniel ketika melihat sang adik masih bermain di ruang tengah dengan Annalise di temani Chaka.

Chaka dan Aruna menoleh bersamaan sembari tersenyum. "Iya nih, Annalise nya  gak mau bobo!" Jawab Aruna.

Senyum merekah dari Chaka dan Aruna kini luntur karena matanya menangkap seorang gadis yang ia kenali betul tengah berdiri di belakang Daniel.

Chaka pun terkejut dan memandang Shofia dengan penuh emosi. Tangannya sudah mengepal erat, kejadian pada saat di mana Shofia hendak menghancurkan hubungan nya dengan Aruna masih terekam jelas.

"Oh iya, ini Shofia. Dia tadi di jalan lagi stress banget kayanya sampe mau bunuh diri, jadi gue kasian sama dia dan bawa dia ke sini, soalnya Shofia udah gak tau mau tinggal di mana!?" Jelas Daniel, memperkenalkan Shofia pada Aruna dan Chaka yang sudah mengenali Shofia lebih dulu dari pada dirinya.

LOST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang