Bab 14. (Un)comfortable Home

83 49 91
                                    

"Cinta orang tua pada anak harusnya di bentuk dengan kesederhanaan, bukan paksaan".

Sebuah mobil sedan dengan pelan memasuki pekarangan rumah mewah ber-design American modern house

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah mobil sedan dengan pelan memasuki pekarangan rumah mewah ber-design American modern house.
Cat yang di dominasi warna putih itu menambah kesan megah dan indah. Halaman yang luas, taman yang penuh dengan bunga, serta marmer yang terpasang di sepanjang jalan memasuki teras.
Lampu berbagai model pun menyala dengan indah, memberi penerangan untuk sekitar, ada tiga mobil yang terpajang di depan rumah mewah tersebut dan beberapa pohon yang mengitari rumah milik orang tua Chaka, sehingga membuat halam rumahnya terasa sejuk.

Mobil sedan itu berhenti namun si pengemudi tak kunjung turun. Chaka, masih memandang rumah tempat ia menghabiskan masa kecilnya.
Tatapan matanya nampak penuh dengan keraguan, ada rasa rindu yang tidak bisa di ungkapkan, namun juga ada rasa penolakan dalam dirinya sehingga ia enggan untuk kembali.

Mesin yang sedari tadi menyala akhirnya di matikan, dengan penuh ragu Chaka membuka pintu mobil, dua orang  Security membantunya untuk mengambil tas dan beberapa barang keperluan milik Chaka.
Dua Security itu menundukkan kepala ketika sang tuan melewati nya, tanda mereka tengah memberikan penghormatan pada anak muda dengan gelar Chief  Executive Officer  tersebut.

Suara ketukan sepatu yang bertabrakan dengan lantai terdengar nyaring di dalam ruangan yang begitu luas, langkah besar Chaka menggema, memberikan kesan berwibawa yang semakin terpancar begitu jelas. Namun, raut wajah nya yang nampak kusut, tatapan mata yang kosong, membuat siapa saja yang melihat Chaka akan ber-empati, karena merasakan betapa menyedihkannya kehidupan sang tuan muda.

"Welcome home, my son!" Talitha, ibu Chaka menghampiri sembari merentangkan tangannya dan membawa sang anak sulung kedalam pelukan dengan wajah gembira.
Senyuman lebar dan antusias yang tinggi di berikan Talitha, menyambut kedatangan anaknya yang sudah lama tidak menginjakkan kaki ke dalam rumah. Tawa melepas kerinduan yang sudah tersimpan penuh-pun ia berikan, Talitha mencium kening dan pipi Chaka.

Syahla, adik perempuan Chaka yang berdiri di belakang sang ibu ikut tersenyum bahagia Karena kakak satu-satunya yang begitu ia sayangi akhirnya kembali pulang.

Berbeda dengan ibu dan adik perempuannya yang nampak bahagia, Chaka masih terlihat datar, bukan wajah kebahagiaan yang tercipta, hanya wajah lelah yang terpampang begitu jelas.
Pelukan Talitha dan Syahla pun tak di balas, ia hanya membiarkan kedua wanita yang  sedarah dengannya itu berbahagia. Walaupun dirinya tidak memiliki perasaan yang sama bahagia.


"Ah, kebetulan kamu pulang, Chaka!" Heriawan melangkah mendekati Chaka dengan tongkat yang membantu dirinya berjalan.
Ada beberapa permasalahan pada sendi-sendi Heriawan yang sudah tua, jadi pria paru baya itu sering kali berjalan di bantu dengan tongkat agar tidak merasa ngilu.

LOST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang