Bab 09. Craving

120 64 96
                                    

"Runa, dunia itu keras. Jika kamu tidak kuat biar aku yang menguat kan mu, biarkan aku menjadi laki-laki hebat yang sudah menjaga wanitanya".




Aruna berjalan gontai menghampiri sang Kaka yang tengah asyik bermain handphone, TV-nya di biarkan menyala, menayangkan sebuah kartun anime favorit Daniel.

Aruna duduk di samping Daniel membuat pria dengan baju santai nya itu melirik adiknya singkat.
Ia melihat wajah Aruna yang sedikit cemberut, ia memukul-mukul ringan bantal kecil yang biasa ada di atas sofa.

Melihat adiknya yang tengah kesal yang tidak di ketahui penyebabnya itu, Daniel menutup ponselnya dan menaruh di atas meja, ia mengalihkan fokus nya.
Daniel menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan sangat adik.

"Masih pagi udah cemberut terus, kenapa?" Tanya Daniel pada Aruna, yang di tanya masih tidak membuka suara.
"Bad mood  kenapa, hey?" Bukannya menjawab, Aruna malah menangis, jarinya terus memainkan bantal, menekan-nekan nya seperti anak kecil yang lagi ngambek.

Daniel tentu saja bingung, ia tidak pernah melihat adiknya sekesal ini, ia juga tidak pernah melihat Aruna merengek-rengek.

"Kenapa, bilang sama aku!"

"Ka-kangen!" Ujarnya terputus-putus karna sesenggukan.

"Kangen siapa?"

"Kangen Chaka!"

Daniel tentu saja melongo mendapatkan jawaban dari Aruna, karna pasalnya Chaka baru saja pulang, dan adiknya sudah merindukan sang kekasih.
Daniel pikir, Aruna akan menjawab rindu mamahnya karna sudah tidak lama bertemu, karna sang mamah berada di luar negeri, tetapi Aruna malah rindu Chaka yang baru saja keluar dari rumah Daniel.

"Loh, kan baru tadi ketemu!" Kata Daniel terheran.

"Udah kangen lagi!" Kata Aruna sembari mencebikkan bibirnya. Sesenggukan-nya belum juga hilang.

"Astaga, kamu mau apa? Nanti aku yang cariin deh!"

"Ga mau, maunya sama Chaka!"

"Chaka baru aja pulang, Run!"

Bukannya berhenti merengek, tangisan Aruna malah lebih kencang. Daniel yang bingung pun menggaruk tengkuknya padahal tidak gatal, ada sedikit rasa panik ketika tangisan Aruna tak kunjung berhenti.

Daniel mengambil handphone nya lagi dan mencari nama Chaka di kontak telepon.
Ia mencoba menghubungi kekasih adiknya itu, padahal Daniel tau Chaka pasti belum jauh dari rumahnya karena ia baru saja pergi.

"Hallo!" Terdengar suara berat dari ponsel Daniel membuat Aruna mendongakkan kepala, ada sedikit senyuman di bibirnya, ia menghapus air mata yang membasahi pipi kemudian memandang sang Kaka yang masih kebingungan.

"Lagi di mana ya, Ka?" Tanya Daniel, ia melihat adik nya sekilas, lagi-lagi ia menggaruk pelipis yang tidak gatal itu.

"Gue lagi nyetir nih Bang, lagi di jalan ke kantor!"

"Aduh gimana ya bilangnya"

"Kenapa, bang?"

Daniel lagi-lagi melihat ke arah Aruna, tatapan memohon dari mata Aruna membuat Daniel tidak tega.

"Bisa balik lagi ga?" Tanya Daniel mencoba memastikan.

"Waduh, gue lagi mau ada meeting lagi!"

Mendengar jawaban dari Chaka, Aruna kembali cemberut, ia menundukkan kepalanya lagi.
Daniel yang melihat adiknya kembali bete  berusaha dan mencoba lagi untuk  membujuk Chaka.

LOST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang