12. OBROLAN SINGKAT

44 8 0
                                    

Irene lebih banyak terdiam ketika obrolan di meja tersebut di mulai. Namun, di satu sisi ia juga merasa begitu kikuk dan malu. Bagaimana tidak, David yang sejak awal duduk di hadapannya itu hanya memandang ke arah Irene begitu lekat, seperti hendak menerkam perempuan itu tentunya.

"Apa yang ia pikirkan sampai-sampai melihatku seperti itu?" gumam Irene seorang diri saat David tertangkap basah tengah menatapnya secara terang-terangan.

"Nak, David ini merupakan seorang dokter. Bahkan, ia telah menjadi seorang dokter spesialis muda di keluarganya," ujar Sean kepada Irene yang saat ini

Irene menatap pria itu sekali lagi dan mencoba untuk memberanikan dirinya untuk tersenyum. Namun, rupanya pria itu sama sekali tak membalas senyumannya.

"Baiklah, senyuman pertama dan terakhir, sombong sekali rupanya," gerutu Irene kemudian.

Tiba-tiba saja, suansana di meja mereka hening sejenak. Hal tersebut lantas membuat Irene menatap ke arah kedua orang tuanya secara bergantian. Namun, entah mengapa mereka justru saling bertatapan dan memberikan sebuah kode kepada kedua orang tua David yang ada di seberang sana.

"Begini, sebenarnya, pertemuan perdana kita ini merupakan hal yang telah di nantikan sejak lama. Jadi, saya sebagai orang tua dari Irene akan mewakili untuk memberitahukan hal penting kepada kalian berdua," ucap Sean pada akhirnya.

Irene mencoba untuk fokus dan mendengarkan apa yang akan di sampaikan kepada mereka, walaupun kali ini ia merasa berdegup sekali.

"Kalian akan di jodohkan," lanjut Sean kemudian.

Kedua mata Irene membulat lebar ketika mendengarnya, "Apa? Perjodohan?"

Pandangan Irene mengarah kepada Zara, namun wanita itu justru tersenyum dan mengangguk.

Tak ada yang bisa ia lakukan lagi, karena mereka semua nampak senang dan berharap jika keduanya segera menikah.

Bahkan, Irene sempat melihat reaksi dari David yang tentu saja tak menunjukkan apa pun setelah Sean mengatakan demikian.

"Jadi, kami berharap jika kalian mulai saling mengenal satu sama lain sekarang, bagaimana?" tanya Nathan.

Irene masih terdiam sesaat ketika ia mendengar pertanyaan dari Ayahanda David.

"Tak masalah jika soal itu," jawab David dengan santainya.

Seulas senyuman semringah mulai terpancarkan dari keempat orang tua itu. Bahkan, Zara begitu antusias sekali saat mendengarnya langsung dari David.

"Baiklah, itu merupakan awal permulaan yang bagus sekali. Kalau begitu, bagaimana jika kita membiarkan mereka berdua di sini? Memberikan waktu untuk saling mengenal tentu saja," tanya Melati sambil melirik ke arah David yang sampai saat ini masih memandang ke arah Irene.

Bahkan tanpa menunggu persetujuan dari Irene, mereka pun telah bangkit berdiri dan pergi berlalu dari meja tersebut. 

"Kau bahkan tak masalah jika pulang di tengah malam nanti. Kami mempercayai keluarga mereka, apalagi anaknya tampan sekali, bukan? Bersenang-senanglah, sayang," bisik Zara sebelum pergi berlalu meninggalkan mereka berdua.

Irene mencoba menghela napas panjang sambil memandang ke arah di sekeliling mereka. Hanya terdapat beberapa orang saja yang tengah menikmati makan malam mereka sejauh ini.

"Masih tersisa beberapa, itu akan memudahkanku berteriak dan meminta tolong jika pria ini melakukan hal-hal aneh," gumam Irene kemudian.

"Aku tak menyangka bahwa kita bertemu lagi, bahkan di saat situasi yang tak terduga seperti ini."

Irene menatap ke arah pria itu, "A-apa maksudmu?" tanya Irene kemudian. Lebih baik berpura-pura tak mengenalinya agar masalah tak semakin panjang nantinya.

 Marriage by DesignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang