"Bagaimana dengan Sam? Kenapa kau tak pergi bersama dengannya?" bisik Sandra kemudian ketika mereka berdua tengah menikmati segelas minuman masing-masing.
Pandangan Irene kembali mencoba untuk mencari keberadaan Sam, namun sejauh ini ia belum bertemu dengan pria itu. Apakaha ia tak hadir dalam acara kali ini?
"Ia sudah mengajakku, namun aku menolaknya dan mengatakan jika aku pergi bersamamu," jawab Irene kemudian secara jujur.
Sandra nampak menghela napas panjang, ia lalu mulai mendekat ke arah perempuan itu, "Kenapa kau berbohong? Kau tahu, mungkin saja ia akan memberikanmu kejutan ketika kau datang hari ini, atau sejenisnya, mungkin? Karena jarang sekali seorang pria akan mengajak seorang lawan jenis ke dalam acara seperti ini."
"Sudahlah, yang terpenting, kau harus merahasiakan ini dari siapa pun," jawab Irene kemudian, bersamaan dengan Sam yang tengah berjalan menuju ke arahnya.
Ngomong-ngomong, pria itu nampak tampan sekali dengan penampilannya kali ini.
"Hai Irene, Sandra," sapa Sam kemudian.
Sandra seketika membalikkan tubuhnya dan setelah itu ia pun terlihat tersenyum kikuk, "Ah, hai Dokter Sam. Apakah kau sudah tiba sejak tadi?"
"Ya, aku sudah tiba sejak tadi, hanya saja aku menghabiskan sedikit waktuku di taman belakang dari tempat ini. Rupanya Dokter Reza mengundang banyak sekali dokter-dokter di sana," jawab Sam kemudian.
Irene yang sejak tadi hanya tersenyum saja saat mendengarnya, tiba-tiba merasa jika perutnya itu mulas. Astaga, mengapa di saat seperti ini ia harus merasakan hal yang bahkan tak ia inginkan sama sekali?
"Irene, apakah kau-"
"Aku akan segera kembali, kalian mengobrol saja," potong Irene kemudian dan meletakkan minumannya di atas meja lalu pergi berlalu dari mereka semua. Ia harus segera mencari toilet yang entah di mana itu.
Diam-diam, nampak David yang merasa aneh di sini. Tentu saja pria itu menatap ke arah mereka bertiga sejak tadi.
"Tidak, sepertinya apa yang sedang ku pikirkan sangatlah salah," gumam David seorang diri, namun langkahnya kali ini berjalan mengikuti Irene yang entah ke mana perginya. Tapi, David melihat bahwa perempuan itu nampak terburu-buru sekali.
Untuk saat ini, Irene tengah berada di dalam toilet. Beruntung sekali karena terdapat seseorang yang memberitahukannya mengenai keberadaan toilet tersebut.
Setelah cukup lama berada di dalam bilik toilet, ia pun memutuskan untuk keluar dari dalam sana dan mencuci tangannya.
"Rasa lega itu memang tak terkalahkan sekali," gumamnya seorang diri dan setelah itu ia pun memutuskan untuk segera kembali ke dalam ballroom tersebut dan menemui Sandra di sana.
"Bagaimana rasanya? Kau sangat senang, bukan?"
Pertanyaan itu seketika tertuju kepadanya. Tentu saja Irene terdiam seketika saat ia telah keluar dari dalam toilet wanita itu dan kali ini pandangannya tertuju kepada seorang wanita.
"Maaf, siapa Anda? Ada keperluan apa?" tanya Irene yang masih tak paham dengan keadaan tersebut. Bahkan ia sama sekali tak mengenali wanita yang satu ini.
"Kau tak perlu berpura-pura seperti itu. Sejak awal kau keluar dari dalam mobil miliknya, aku sudah mengetahuinya bahwa kau adalah seorang perebut."
Baiklah, Irene cukup paham kali ini letak permasalahannya.
"Tenang saja, Mbak. Saya tidak akan merebut milikmu. Ia hanya rekan Ayah saya," jawab Irene kemudian, dan setelah itu pergi berlalu.
"Kau tak perlu berasalan seperti itu, dasar perempuan perebut. Lihat saja, jika kau masih terus saja mendekati David, maka kau akan tahu akibatnya," ujar wanita tersebut yang tak lain adalah Lisa - seorang suster di rumah sakit tempat David bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage by Design
RomanceIrene Permata Putri, seorang gadis berusia 19 tahun yang dipaksa oleh orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan masuk ke program studi Kedokteran. Hingga suatu hari, Irene tanpa sengaja melihat seorang dokter di rumah sakit...