20. TANYA JAWAB

43 5 0
                                    

"Ada kelas, Non?" tanya Rasti yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya itu.

"Iya, Mbak," jawab Irene kemudian sembari menikmati makanannya itu.

"Pasti sedang menunggu Sam?" goda Rasti kemudian.

Irene menggeleng seraya menghela napas panjang, "Bukan, tapi satunya lagi."

Tawa itu seketika pecah dan membuat Irene menahan senyumannya tersebut.

"Selamat siang."

Sapaan tersebut lantas membuat keduanya menoleh ke arah sumber suara, nampak David yang begitu berbeda kali ini. Ia menggunakan pakaian santainya dan begitu.. menarik.

"Oh, halo dok. Ayo, duduk dulu. Saya buatkan minum," ujar Rasti kemudian, namun David menggeleng.

"Tak perlu, kami akan segera pergi sekarang," jawab David kemudian.

Irene telah pergi berlalu lebih dahulu, dan hal tersebut telah menjadi kebiasaannya tentu saja.

"Kalau begitu, hati-hati di jalan," ujar Rasti kemudian, dan ia juga mendapatkan seulas senyuman manis dari pria tersebut sebelum mereka benar-benar pergi berlalu.

Di dalam mobil tersebut, nampak Irene yang tengah memainkan ponselnya. Ia tahu bahwa jam perkuliahannya tersebut masih cukup lama, entahlah mengapa David memilih menjemputnya lebih awal sekali untuk hari ini.

"Kita akan pergi untuk makan siang terlebih dahulu," ujar David seketika.

Irene menatapnya seketika, "Pantas saja kau menjemputku lebih awal."

David tak menjawabnya. Ia lantas memilih untuk tetap fokus dengan kegiatannya itu.

Setelah tiba di tempat tujuan, Irene lantas menatap ke arah restoran tersebut. Cukup klasik dan sedikit ramai, tak seperti biasanya. Pria ini akan selalu datang ke sebuah restoran mahal dan sangat privasi, namun kali ini berbeda.

"Apakah kau sering mendatangi tempat ini?" tanya Irene seketika.

"Tidak juga," jawab pria itu dan seketika keluar dari dalam mobilnya.

Irene memutar kedua matanya. Ia bahkan telah mencoba untuk berbasa-basi kepadanya, namun tetap saja pria itu tak menghiraukannya.

Di dalam sana, nampak seorang pria paruh baya yang menyapa hangat David. Bahkan Irene pun juga mendapatkannya.

"Apakah makanan di sini enak?" bisik Irene ketika mereka telah mendapatkan tempat duduk.

"Lidah kita berbeda, jadi kau coba saja sendiri," jawab David seketika.

Irene memilih untuk berdiam diri. Sial, pria ini begitu dingin ketika sedang bersamanya, berbeda sekali ketika terdapat orang tuanya.

Irene memilih untuk memainkan ponselnya. Ia bahkan terlihat begitu senang saat mengetahui rupanya Sandra telah tiba di kampus tersebut lebih dahulu karena perempuan tersebut merasa bosan berada di rumah.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?"

Pertanyaan tersebut spontan membuat Irene menoleh ke arah depannya. Nampak di sana David yang tengah menatapnya dengan pandangan aneh.

"Aku sedang membaca sebuah pesan dari temanku, ia sangat lucu," jawab Irene kemudian.

"Oh, baiklah. Aku mengira jika kau sedang-"

"Maaf mengganggu, ini dia pesanannya," ucapan David seketika terhenti akibat seorang pelayan restoran yang membawakan pesanan mereka. Namun, Irene lantas menatapnya bingung.

"Kita bahkan belum memilih menu makanan yang ada di sini," gumam Irene seketika.

"Tak perlu, kau harus mencoba makanan yang telah ku pesan tadi. Mungkin kau menyukainya jika memiliki selera yang sama denganku," ungkap David kemudian sembari menyantap menu tersebut.

Semangkuk Soto Lamongan berhasil membuat Irene menatap ke arah David yang saat ini begitu lahap sekali dengan makanannya. Bahkan ia begitu cepat untuk menikmati semuanya.

Tanpa menunggu lama lagi, perempuan itu pun mulai menyantapnya. Setelah beberapa saat menikmatinya, barulah ia mulai mempercayai pria itu.

"Wow, ini sangat lezat," gumam Irene kemudian. Walaupun ini bukan kali pertama ia menyantap semangkuk soto, hanya saja menu kali ini begitu lezat dan membuatnya mempercayai pria ini.

Tak perlu waktu lama bagi David untuk menyantap keseluruhan dan tentu saja, telah habis tak bersisa.

"Seleraku memang tak pernah salah, bukan?" ujar David seketika. Entah mengapa ia juga merasa senang ketika melihat Irene yang rupanya begitu menikmati makanan pilihannya.

***

Untuk saat ini, Irene telah tiba di kampusnya. Nampak di luar sana begitu panas, ia juga tak membawa jaketnya kali ini.

"Pakailah ini, tapi jangan sampai hilang karena harganya mahal," ujar David yang memberikan sebuah hoodie berwarna hijau kepada perempuan tersebut.

Irene memutar kedua matanya dan nampak menggeleng, "Oh, tidak perlu jika seperti itu, aku akan berjalan ke dalam kelas tanpa apa pun."

"Maksudmu, kau akan melepaskan pakaianmu secara keseluruhan?" gumam David kemudian.

"Ya Tuhan, tentu saja bukan seperti itu maksudnya. Yang aku maksud adalah tanpa menggunakan jaket," pekik Irene yang begitu gemas dengan pria yang satu ini.

David menahan senyumannya, ia lalu tetap memberikan hoodie hijau miliknya kepada perempuan tersebut, "Pakailah, aku hanya bercanda. Di luar sangat panas dan aku yakin kelasmu berada cukup jauh dari tempat parkir ini."

Irene cukup dilema kali ini, apalagi ia cukup sensitif dengan sinar matahari di siang hari.

"Baiklah, aku pinjam," jawab Irene kemudian dan setelah itu ia pun menggunakannya sebelum keluar dari dalam sana.

Setelah itu, nampak David yang tersenyum saat melihat Irene yang telah pergi berlalu.

"Irene, tunggu."

Irene segera menoleh ke arah belakangnya, dan di sana ia mendapati Sandra dengan kantung belanja nya. Sepertinya perempuan yang satu ini baru saja menyelesaikan kegiatan perbelanjaannya.

"Aku baru saja membeli beberapa camilan. Di dalam kelas masih sangat sepi, jadi aku memutuskan untuk menunggumu di depan minimarket itu. Tapi.." ucapan Sandra terhenti saat melihat sebuah mobil yang baru saja berlalu di belakang mereka. Pandangannya pun seketika mengarah kepada Irene yang saat ini tengah menunjukkan wajah polosnya itu.

"Baiklah, kau harus menceritakan semuanya kepadaku. Kenapa mobil yang mengantarkanmu itu sama persis dengan mobil yang berada di acara pernikahan Dokter Reza kemarin?" tanya Sandra seketika.

"Aku tak tahu harus menceritakannya dari mana, karena ini semua terjadi begitu saja dan tak terduga," gumam Irene kemudian, mereka pun berjalan menuju ke arah kelas.

"Baiklah, katakan saja siapa sosok yang berada di dalam mobil itu, karena aku sangat penasaran sekali dengan semuanya, apalagi dengan Dokter David yang kemarin sempat mencarimu," ujar Sandra setelah mereka berada di dalam ruang kelas. Benar saja dengan perkataan Sandra, rupanya tak ada siapa pun di dalam kelas mereka sejauh ini, mengingat kelas baru akan di mulai satu jam kedepan.

Irene melepaskan hoodie hijau milik David tersebut dan meletakkannya di atas meja, "Ya, itu dia. Kau tepat sekali."

Sandra yang tengah meneguk segelas jus, tiba-tiba saja merasa bingung dengan jawaban dari Irene, "Apa? Apanya yang tepat sekali? Aku bahkan hanya menyebutkan Dokter.."

Kedua mata Sandra membulat lebar, ucapannya juga terhenti setelah ia mulai menyadari sesuatu dengan sebuah kode yang diberikan oleh Irene kepadanya.

"KAU DI ANTAR OLEH DOKTER DAVID? WHAT?!!?

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Marriage by DesignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang