9. PERSIAPAN

53 7 0
                                    

Irene membuka kedua matanya secara perlahan. Langkah selanjutnya yang akan ia lakukan adalah memeriksa ponselnya.

10 panggilan tak terjawab.

Irene memutuskan untuk menghubungi kembali sang Ibu yang rupanya telah mencoba untuk menghubunginya beberapa kali sejak satu jam yang lalu.

"Maaf, nomor yang Anda tuju sedang sibuk."

Irene terdiam sejenak saat tak mendapatkan respon dari Zara di seberang sana.

Tok! Tok!

Irene menatap ke arah pintu kamarnya, ia bahkan memilih bangkit untuk duduk sejenak, "Tunggu sebentar."

Setelah mencoba mengumpulkan nyawanya sedikit demi sedikit, pada akhirnya Irene memutuskan untuk bangkit berdiri dan membuka pintu kamarnya.

Betapa terkejutnya perempuan itu ketika ia mengetahui bahwa Zara rupanya telah tiba lebih awal di rumah.

"Astaga! Apakah Mama menganggu tidurmu, sayang?" tanya Zara yang nampaknya baru saja tiba di rumah, terlihat jelas dari pakaian yang digunakan oleh wanita tersebut.

Irene tersenyum seraya menggeleng, "Tidak, Irene baru saja terbangun, Ma. Kalian rupanya telah tiba lebih awal dari yang telah dijanjikan semalam."

"Bagus kalau begitu, dan kau benar sekali, sayang. Itu berarti kita memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan diri menuju ke acara itu," ujar Zara kemudian seraya masuk ke dalam kamar Irene secara tiba-tiba, namun perempuan itu tentu saja tak melarangnya.

"Acara? Memangnya kita akan pergi ke mana?" tanya Irene yang masih nampak bingung.

Zara yang masih nampak melihat isi dari lemari pakaian sang buah hati tercintanya itu lantas menoleh seketika, "Ah, apakah Mama melupakan itu? Kau belum mengetahuinya sama sekali?"

"Mama bahkan belum memberitahukannya soal itu kepadaku," gumam Irene kemudian.

Zara terdiam sejenak, "Ehm, lebih baik kita berbicara sambil berbelanja, bagaimana? Sepertinya kau tak memiliki pakaian yang cocok untuk sore nanti."

Kebetulan sekali bahwa perempuan itu juga menyukai kegiatan perbelanjaan seperti sang Ibu. Tentu saja Irene tak menolaknya dan mereka pun memutuskan untuk pergi ke pusat perbelanjaan yang ingin dituju.

Sean lantas menatap ke arah Zara yang saat ini tengah bersiap untuk pergi bersama dengan Irene.

"Seperti biasa," ujar Zara kemudian dan setelah itu tersenyum sambil menunjukkan sebuah black card milik Sean yang tentu saja dipegang oleh sang istri tercinta.

"Baiklah, have fun, dan persiapkan untuk nanti," jawab Sean kemudian.

Tentu saja nampak Irene yang begitu tak memahami apa maksud dari kedua orang tuanya itu.

"Sepertinya acara itu sangat penting sekali," gumam Irene kemudian.

***

Zara mengajak Irene ke sebuah tempat di mana terdapat barang-barang branded yang begitu langka. Bahkan, terdapat beberapa pegawai toko yang tengah melayani keduanya.

"Apakah tidak terlalu berlebihan jika aku menggunakan dress ini?" tanya Irene kemudian, entah mengapa ia merasa jika ini sangatlah mewah.

"Bahkan tak ada yang berlebihan jika kau menggunakan apa pun. Dress merah ini semakin membuatmu terlihat seksi. Ahhh, pria mana yang tak suka melihatmu?" goda Zara kemudian, dan tentu saja wanita itu tertawa setelah melihat Irene yang baru saja menunjukkan pakaian yang ia gunakan itu.

Irene menghela napas panjang, "Ma, apakah pakaian seperti ini akan cocok dengan acara itu? Lagi pula aku bahkan belum mengetahui acara apa yang akan kita hadiri itu."

 Marriage by DesignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang