19. WANITA DENGAN KACAMATA COKLAT

31 5 0
                                    

Irene membuka kedua matanya secara perlahan ketika ia merasa jika wajahnya mulai terkena pantulan sinar matahari pagi.

Rupanya benar sekali bahwa kali ini waktu telah menunjukkan pukul 8 pagi. Perempuan itu seketika bangkit untuk duduk dan mulai menatap ke depannya dengan tatapan kosong akibat seluruh nyawanya yang belum terkumpul.

Pandangannya tiba-tiba saja tertuju ke sebuah buket bunga yang sangat besar. Di sana nampak terlihat bunga mawar merah yang sangat banyak.

"Siapa yang memberikan bunga ini? Bahkan ukurannya begitu besar sekali," gumam Irene kemudian, bersamaan dengan rasa penasarannya itu. Ia lalu memilih untuk berjalan menyusuri anak tangga dan menuju ke arah ruang tamu.

Namun, tak ada siapa pun di sana. Tak ada tamu, apalagi kedua orang tuanya yang ia yakin telah pergi sejak pagi tadi.

"Ada apa, Non?" tanya Rasti yang hendak membuang sampah.

"Mbak, bunga mawar yang ada di kamar Irene pagi ini-"

"Ohhhh, iya. Itu dari Dokter David. Tadi jam 6 pagi dibawakan langsung sama kurir. Katanya, Non harus cek pesan pagi ini dari Dokter David," potong Rasti kemudian.

Dengan cepat, Irene segera melesat pergi menuju ke arah kamarnya. Bahkan hal tersebut membuat Rasti menatapnya dengan penuh rasa heran.

"Bunganya besar, orangnya cakep," gumam Rasti seraya terkekeh. Ia pun kembali dengan pekerjaannya itu.

Untuk saat ini, nampak Irene yang tengah mengecek ponselnya. Beberapa pesan dari Sam dan juga David di sana. Namun, ia akan membuka isi pesan dari David lebih dahulu.

"Hai, aku yakin kau sudah terbangun dari tidurmu itu ketika membaca pesanku ini. Ngomong-ngomong, aku mengirimkan bunga itu hanya sebagai formalitas saja. Jangan terlalu merasa berlebihan. Ingat, tetaplah berpura-pura di depan orang tua kita. Walaupun kau bahkan masih terlalu awam untuk melakukannya. Tapi tak masalah, aku akan mengajarimu untuk melakukan 'kepura-puraan' itu."

Irene segera mengecek satu pesan yang lainnya, tentu saja masih mengenai David.

"Satu lagi, mulai hari ini aku akan mengantarkanmu ke kampus. Bersiaplah dan jangan pergi seorang diri, biarkan aku yang mengantarkanmu."

Irene terdiam seketika saat membaca keseluruhan isi pesan tersebut. Ini begitu aneh tentunya.

"Untuk apa formalitas ini ia lakukan? Aku bahkan tak memerlukan formalitas-formalitas seperti itu," ujar Irene dengan begitu kesal.

Di tambah lagi, pria itu mengatakan jika ia akan mengantarkan Irene untuk pergi ke kampus mulai hari ini. Lalu, setelah itu, apalagi yang akan dilakukan oleh David kepadanya?

Entah keberanian dari mana yang membuat perempuan itu mulai untuk menghubungi David secara tiba-tiba. Ia bahkan sama sekali tak pernah menghubungi pria itu.

Tak perlu waktu lama, ia pun telah menerima sahutan di seberang sana.

"Hm? Ada apa? Apakah kau merindukanku?"

"Tetaplah bermimpi. Apa maksudmu mengirimkan buket bunga itu pagi ini? Mengantarkanku untuk pergi ke kampus? Lalu, apalagi yang akan kau lakukan kepadaku?"

Mendengar hal tersebut, spontan membuat David tertawa seketika, "Apakah kau tak membaca isi pesanku secara keseluruhan?"

"Aku sudah membacanya, kau tak perlu khawatir. Jawab saja pertanyaanku itu."

"Memainkan sebuah peran agar perjodohan itu cepat dilaksanakan. Kau tahu, tak ada kesulitan sedikit pun jika melakukannya di hadapan mereka semua. Setelah itu, kau bahkan bisa bebas dekat dengan siapa pun dan pergi kemana pun di balik layar."

 Marriage by DesignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang