8. INTIM

112 8 0
                                        

Makan malam kali ini begitu intim dan juga mengasyikkan. Irene bahkan mulai terbiasa dengan panggilan Sam tanpa embel-embel "dok" pada bagian depan dari nama pria itu.

"Tapi, aku masih merasa aneh, padahal mobil milik temanku berada di lingkungan restoran ini. Tapi, mengapa ia tak terlihat sedang berada di dalam restoran ini?" gumam Sam kembali.

"Mungkin mereka merupakan pemilik mobil yang berbeda?" ujar Irene kemudian seraya kembali menyantap Goulash.

Sam menyetujui pendapat dari Irene untuk kali ini, "Aku sempat memikirkan hal yang sama dengannmu. Tapi sudahlah, lagi pula aku tak bertemu dengannya sampai sejauh ini."

Irene tersenyum saat meresponnya. Obrolan mereka pun kembali berlanjut hingga makanan mereka habis tak tersisa.

"Aku akan pergi ke toilet sebentar," ujar Irene kemudian, dan nampak seorang pelayan restoran yang hendak mengantarkannya.

Sam mengangguk dan membiarkan perempuan itu pergi sejenak ke arah toilet.

Jangan ditanya bagaimana perasaan pria itu untuk saat ini.

Senang?

Tentu saja. Ia bahkan harus berterima kasih dengan David setelah ini.

"Kuharap mobil Ferrari yang berada di depan itu merupakan miliknya," gumam Sam kemudian seraya menyesap minumannya kembali.

Di satu sisi, setelah menyelesaikan kegiatannya di dalam toilet, nampak Irene yang tengah mencuci tangannya sambil menatap dirinya di hadapan pantulan cermin besar yang berada di dalam toilet tersebut.

"Baiklah, ayo kembali," gumam Irene seraya beranjak dari posisinya itu menuju keluar dari dalam toilet tersebut.

Namun, pandangannya tiba-tiba tertuju ke arah sepasang insan yang tengah bermesraan di antara lorong toilet itu. Irene mencoba untuk tak menghiraukannya dan tetap melanjutkan langkahnya menuju ke arah lift.

Tanpa perempuan itu sadari, diam-diam seorang pria yang tengah bermesraan tersebut menatap ke arah lift yang hampir tertutup rapat itu. Seulas senyuman penuh arti pun mulai terbit dari bibir pria tersebut, bersamaan dengan deringan ponsel yang telah mengganggu kegiatan mereka kali ini.

Saat memeriksanya, ia pun mulai melepaskan perempuan yang sejak tadi menempel di tubuhnya itu, "Aku harus pergi, kita bisa melanjutkannya lain waktu."

"Ah, kenapa terburu-buru sekali? Lalu bagaimana dengan hotel yang telah kau reservasi itu?" tanya perempuan tersebut.

Sambil merapikan pakaiannya sejenak, pria itu tersenyum ke arah perempuan tersebut, "Kau bisa menggunakannya sesuka hatimu, lagi pula aku sudah membayarnya. Sampai jumpa, manis."

Langkahnya pun pergi berlalu menuju ke arah lift yang berbeda tentu saja, karena ia memiliki akses lainnya di dalam restoran tersebut.

***

Setelah menyelesaikan makan malam mereka, Sam memilih untuk mengajak Irene menuju ke sebuah taman yang tentu saja cukup ramai oleh pengunjung malam itu.

"Apakah besok kau memiliki jadwal perkuliahan?" tanya Sam yang mencoba untuk berbasa-basi.

"Tentu, tapi sejauh ini kita masih belum mendapatkan informasi lebih lanjut terkait waktu dan tempat perkuliahan besok," ujar Irene kemudian.

"Baiklah, kalian bisa menunggu sampai besok, atau mungkin tak ada perkuliahan sama sekali," ujar Sam kemudian, dan tentu saja keduanya tertawa seketika.

Tak ada obrolan setelahnya, dan hal tersebut membuat Sam merasa kikuk kembali dengan suasana malam itu.

"Apakah kau pernah berjalan-jalan di malam hari seperti sekarang ini?" tanya Sam. Apa pun itu, ia harus membangun sebuah topik yang membuat keduanya tak merasa kikuk atau pun sejenisnya.

 Marriage by DesignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang