18. PURA-PURA TAK TAHU

17 3 0
                                    

Irene terdiam seketika saat menerima sebuket bunga mawar merah yang cukup besar itu. Bahkan tak di sangka-sangka jika rupanya itu merupakan bunga pertama yang ia dapatkan dari seorang lawan jenis selama ini.

"Anggap saja ini merupakan tanda awal dari perkenalan kita, kuharap kau menyukai bunga mawar merah," ujar Sam yang tentu saja ia begitu kikuk sekali saat melihat Irene yang telah menerima pemberiannya itu.

Irene tersenyum saat melihat bunga mawar tersebut, "Cantik sekali, tentu saja aku sangat menyukai bunga seperti ini. Terima kasih."

Mendengar hal tersebut lantas membuat Sam tersenyum. Astaga, ia bahkan begitu senang sekali saat mengetahui bahwa Irene menyukai pemberiannya itu.

"Senang sekali jika kau menyukainya. Ngomong-ngomong, di mana mobil milik Sandra? Aku akan mengantarkanmu untuk membawa bunga ini menuju ke mobilnya," tanya Sam kemudian.

Sial! Apakah ini merupakan sebuah jebakan?

Irene nampak menatap ke arah belakang Sam untuk saat ini. Bahkan mobil itu terparkir dengan begitu jelas di sana. Ia juga berharap jika Sam tak membalikkan arahnya.

"Ehm, tak masalah. Aku bisa membawanya sendiri, dan saat ini aku sedang menunggunya untuk-"

"Dokter Sam, Anda di sini rupanya. Maaf, jika saya mengganggu kalian berdua, tapi untuk Anda, seseorang sedang mencari Anda di dalam ballroom," ujar Sandra kemudian.

"Sungguh? Siapa yang mencariku?" tanya Sam kemudian.

Sandra nampak cukup bingung kali ini, namun ia dengan asal menyebutkan satu nama, "Dokter Reza."

"Ah, baiklah. Kalau begitu aku permisi dulu. Sampai jumpa," ujar Sam kemudian dan segera pergi berlalu menuju ke arah ballroom dengan langkah panjangnya itu.

Irene menghela napas lega kali ini. Ia sangat berterima kasih kepada temannya itu, "Aku tak tahu harus mengucapkan terima kasih seperti apa kepadamu. Pada intinya, terima kasih."

"Ucapan terima kasih itu harus kau ubah menjadi banyak cerita yang harus kau beri tahu kepadaku mengenai Sam dan David," jawab Sandra seketika.

Baiklah, kali ini cukup membuat Irene menjadi pusing seketika. Mengapa Sandra seketika membahas mengenai pria itu?

"Baiklah, apa pun itu. Aku akan melakukannya besok saat perkuliahan tiba. Lebih baik kau juga kembali pulang sekarang, sebelum Sam kembali ke sini," jawab Irene kemudian, dan keduanya pun memilih untuk berpencar sesuai dengan keberadaan mobil masing-masing.

Irene memutuskan untuk mencoba untuk membuka pintu mobil tersebut, dan rupanya tak terkunci. Ia cukup bingung, namun tetap masuk ke dalam sana secara perlahan akibat dress yang ia gunakan beserta dengan buket bunga yang cukup besar itu. Beruntung keduanya bisa masuk ke dalam Ferrari tersebut.

"Bunga yang sangat cantik."

Irene membulatkan kedua matanya dan seketika menoleh ke arah sampingnya yang rupanya telah terdapat David di sana.

"Ah, kau rupanya. Sejak kapan kau berada di sini? Aku mengira jika kau masih berada di dalam," ujar Irene yang mencoba untuk berbasa-basi kali ini.

Tak ada sahutan dari pria itu. Ia lebih memilih untuk fokus dengan kegiatan menyetirnya kali ini. Apalagi, mereka berdua harus tiba sebelum makan malam kali ini di mulai.

Selama di perjalanan, Irene nampak menikmati bunga tersenyum. Sangat cantik dan juga harum sekali. Ia menyukainya, dan di sana juga terdapat kartu ucapan yang tertuliskan sesuatu, Irene bahkan belum sempat untuk membacanya tadi.

Dengan cepat, ia pun mulai membacanya dan tersenyum seorang diri. Kata-kata yang sangat manis untuk hari ini.

"Bunga yang cantik untuk seseorang yang cantik," gumam Irene secara perlahan, tentu saja David masih mampu untuk mendengarnya.

Entah pemikiran dari mana, pria itu tiba-tiba saja melakukan rem mendadak terhadap mobilnya, dan hal itu membuat Irene meletakkan buket bunganya ke arah depan tubuhnya sebagai penyangga dan tentunya membuat bunga tersebut sedikit rusak akibat tertahan oleh tubuhnya.

Kedua matanya membulat lebar dan membuat Irene segera membenahi posisi bunga yang cukup bergeser di sana, "Astaga, untuk saja hanya sedikit berantakan."

Seulas senyuman penuh arti dari pria itu seketika mulai terbit.

***

Irene dan juga David telah tiba di rumah perempuan itu. Nampak di sana jika seseorang baru saja pergi berlalu dari rumah tersebut, dan membuat Zara yang sejak tadi berada di depan rumah mereka merasa membulat lebar saat sang putri tercinta keluar membawa sebuah buket bunga mawar merah yang cukup besar.

"Wah, rupanya kalian baru tiba. Ayo, makan malam akan segera kita lakukan," ujar Zara kemudian, dan nampak di sana David yang menyapa Zara lalu berjalan lebih dahulu menuju ke dalam rumah mereka.

"Ia begitu manis sekali, bukan? Kami sudah menduganya sejak awal," bisik Zara kepada Irene dan setelah itu memilih untuk pergi berlalu menyusuli David.

Irene mengeryit saat mendengarnya, "Apakah Mama mengira jika buket bunga ini berasal dari David? Sepertinya begitu, walaupun pemikirannya itu sangatlah salah."

Irene akan meluruskannya nanti, ketika pria menyebalkan itu telah kembali pulang tentunya.

Acara makan malam dadakan itu telah di mulai. Nampak Sean dan juga Zara yang mulai membicarakan banyak hal dengan David. Apalagi pria itu sangat pandai dalam menciptakan suasana menjadi hangat dengan para orang tua.

"Kau bisa datang sesuka hatimu untuk bertemu dengan Irene, atau sekadar mengajarkannya terkait dengan dunia medis. Ia masih banyak perlu belajar, benar begitu, Nak?" tanya Sean kemudian dan hal tersebut lantas membuat Irene tersenyum kikuk.

"Terima kasih, aku akan sesering mungkin untuk datang menemui Irene," jawab David kemudian seraya menatap ke arah perempuan yang berada di hadapannya untuk saat ini.

Perempuan itu menghela napas panjang dan mulai mengabaikan pandangannya. Ia sangat ingin sekali jika David segera menyelesaikan makan malamnya itu dan setelahnya kembali pulang.

"Apakah kalian tak memiliki keinginan untuk berlibur bersama nantinya?" tanya Zara seketika, dan tentu saja pertanyaan itu berhasil membuat Zara menoleh terkejut.

"Mama, Irene begitu sibuk dengan perkuliahan, dan David juga pasti sangat sibuk dengan tugasnya di rumah sakit. Jadi, tak ada liburan sampai kapan pun," jawab Irene seketika yang tak menerima hal itu jika terjadi.

"Hanya sekitar kota ini saja, sayang. Tak masalah, kalian tak perlu pergi jauh-jauh hanya untuk sekadar berlibur. Toh juga kalian harus saling mengenal lebih dalam lagi," ujar Sean yang mencoba untuk membantu Zara kali ini.

"Kami akan segera mendiskusikannya bersama. Mungkin, minggu depan, aku akan mencoba untuk mengosongkan jadwal milikku," jawab David yang bahkan berada di luar nalar.

Baiklah, kali ini Irene tak bisa berbuat apa pun. Ia merasa jika David-lah yang menjadi anak mereka di rumah ini. Bukan dirinya.

Lihat saja, bahkan kedua orang tuanya sangat pro sekali dengan pria yang satu ini.

Diam-diam, Irene juga mencoba untuk menatap pria yang berada di hadapannya kali ini. Nampak di sana bahwa David yang tengah meneguk minumannya seraya menatap ke arahnya dengan begitu tajam, seperti hendak menyampaikan sesuatu dengan suara ketusnya itu.

***

 Marriage by DesignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang