Haechan berlari meninggalkan ke tiga teman nya yang tertinggal jauh di belakangnya.
Saat ini yang ada di fikirannya hanya lah renjun. Setelah sampai di depan kamar renjun, tiba tiba saja haechan berhenti. Nafasnya ter engah seiring dengan detak jantung nya yang bekerja lebih cepat dari seharusnya. Matanya terlihat sayu dan entah apa yang kini sedang ada di dalam fikirannya namun raut wajah nya benar benar sulit untuk di artikan.
Ia bahkan mengabaikan luka di tangan nya akibat pertarungan nya dengan anak xavier beberapa menit lalu.
Dengan perlahan tangan nya bergerak menyentuh knop pintu yang ada di depan nya, hingga tak butuh waktu lama pintu ber cat putih itu pun terbuka dan memperlihatkan beberapa orang yang sudah ada di dalam sana.
Jisung, bunda nya renjun dan satu orang pria paruh baya dengan jas putih nya.
Ke tiga orang itu berhasil menghalangi pandangan haechan dari seseorang yang sedang terbaring di ranjang nya.
Menyadari kedatangan haechan, ke tiga nya pun langsung menoleh dan dengan perlahan membuka jalan agar haechan bisa mendekat ke arah ranjang itu.
Dengan langkah pelan, haechan mulai mendekat. Saat itu juga detak jantung nya semakin cepat seiring dengan langkah kaki nya yang semakin dekat pada pria kecil nya yang sedang terbaring di ranjang itu.
Hingga saat haechan berada tepat di samping renjun yang sedang terbaring, air matanya tak bisa lagi di tahan hingga jatuh mengenai punggung tangan renjun yang berada di bawah nya.
"Ren." Lirih haechan dengan suara yang serak bahkan hampir tak terdengar.
"Chan.. "
Haechan mulai terisak saat suara serak dan lembut itu terdengar masuk ke telinga nya dengan sangat jelas.
Ini bukan mimpi. Ini terlalu nyata untuk sebuah mimpi. Kini haechan bisa mendengar suara yang sangat ingin ia dengar selama ini.
Seketika haechan menunduk dalam untuk menyembunyikan tangisan nya.
Hingga saat sebuah genggaman lembut di tangan nya berhasil membuat haechan kembali melihat ke arah renjun yang ada di depan nya.
Tangan haechan bergetar merasakan sentuhan dari tangan lembut milik renjun.
Air mata nya semakin deras saat ia sadar kalau tatapan nya kali ini terbalaskan. Renjun.. Kini pria kecil itu juga tengah menatap ke arah nya. Berbeda dari biasanya yang hanya sebuah tatapan kosong. Kali ini tatapan renjun penuh arti. Di tambah senyuman tipis dari wajah putih itu membuat haechan semakin di selimuti rasa syukur yang luar biasa."Ternyata preman kampus bisa nangis juga yah." Ucap renjun dengan suara yang serak dan sangat pelan namun itu masih bisa di dengar oleh semua orang yang ada di sana termasuk jeno jaemin dan mark yang sudah ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE | Hyuckren [END]
Teen FictionSesuatu yang kau anggap berharga justru bisa menjadi penyebab luka terparah dalam hidupmu.