Misunderstanding

863 105 12
                                    

Seminggu berlalu setelah kejadian yang hampir menghancurkan bloodies.
Namun ternyata dibalik kejadian itu ada kekuatan persahabatan yang akhirnya membuat bloodies kembali bersama. 

Saat ini, ke empat anak muda itu tengah berada di basecamp mereka dan kembali melakukan kegiatan yang biasa mereka lakukan di sana.

Jaemin sibuk dengan game nya, mark masih asik dengan gitar di tangan nya, jeno yang sejak tadi bergulat dengan samsaknya, dan haechan.... Pria berkulit tan itu terlihat hanya diam terlentang di sofa sambil menutup matanya menggunakan lengannya.

Kegiatan itu sudah berlangsung hingga setengah jam lamanya.

"Jen, lo ga pegel apa daritadi ninjuin samsak itu? Kasian anjir, dia ga salah apa apa tapi lo sampe segitunya." Celetuk mark tanpa melihat ke arah jeno karena matanya masih saja fokus pada gitar di tangannya.

"Gue ga liat ini sebagai samsak." Jawab jeno tak menghentikan pukulan nya.

"Terus?" Kini giliran jaemin yang bersuara.

"Gue anggap ini si brengsek renjun."

Baik jaemin maupun mark, terlihat terkejut lalu mereka berdua pun saling pandang dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Jen. Kita udah sepakat buat ga nyebut nama itu lagi." Tungkas mark terdengar sangat hati hati. Lalu detik itu juga perhatian nya langsung tertuju pada haechan yang tak bereaksi sedikitpun.

"Abisnya gue masih kesel sama bocah sialan itu. Bisa bisa nya dia mau ngancurin persahabatan kita." Emosi jeno dengan nafas ter engah engah dan keringat yang memenuhi seluruh permukaan wajahnya.

"Oke guys. Mulut gue udah asem banget. Jen, bantu gue cari cemilan yuk." Ajak jaemin mencoba mencairkan suasana dan langsung beranjak setelah sebelumnya ia mematikan game di mesin itu.

"Lo mau yang rasa apa?" Jeno menyeringai lalu mengambil jaket kulitnya untuk kemudian dia pakai.

"Apa aja deh. Yang penting mulut gue ga asem."

"Gladis. Anak kelas sebelah. Gue baru kenal 3 hari yang lalu. Dan gue rasa dia ga cocok buat gue. Jadi, buat lo aja."

"Si anjir. Gue di kasih bekas."

Setelah itu kedua orang itu pun pergi keluar dari basecamp dan menyisakan mark dan haechan yang sedaritadi tak bergeming.

"Chan. Gue tau lo ga tidur." Panggil mark.

"Mm." Hanya gumaman pelan yang keluar dari mulut pria berkulit tan itu.

Entah sejak kapan, mark pun sudah berada di sofa yang ada di dekat haechan kemudian menyingkirkan tangan haechan yang menutupi sebagian wajah nya.

Haechan menyerit merasa silau dengan cahaya yang ada di ruangan itu. 

"Apa?" Tanya haechan dengan suara yang sangat rendah.

"Mau sampai kapan lo kaya gini?" Tanya mark to the point.

"Sejak kita balik ke sini, gue rasa cuma raga lo yang ikut pulang. Tapi hati dan fikiran lo ga ada di sini." Lanjutnya..

"Itu perasaan lo aja." Tungkas haechan lalu kembali menutup matanya menggunakan lengan nya kembali ke posisi semula.

"Ya.. Ini emang perasaan gue. Dan lo tau kan kalo perasaan gue ga pernah meleset." Ujar mark.

Haechan terdiam. Namun perlahan mulai membuka tangan yang menutupi matanya kemudian beranjak duduk.

Helaan nafas panjang pun terdengar begitu jelas keluar dari pria itu.

"Terus lo mau gue ngapain sekarang?" Tanya haechan dengan suara yang terdengar parau.

"Perasaan lo masih sama ke renjun meskipun lo udah tau semua kenyataan ini."

REVENGE  |  Hyuckren  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang