Kini bloodies tengah berkumpul di basecamp kampus. Setelah kejadian beberapa minggu lalu, haechan pun kini sudah mulai melakukan aktifitasnya dengan normal. Namun terlepas dari itu, ia tak pernah melewatkan satu hari pun tanpa melihat renjun yang masih dengan kondisi yang sama.
Setiap hari haechan selalu datang ke rumah renjun dengan membawa satu bucket bunga untuk kemudian ia taruh di kamar renjun.
Ia tak pernah lelah untuk berusaha mengingat semua tentang pria kecil itu. Karena haechan yakin kalau cinta nya pada renjun bisa mengembalikan semua kenangan mereka dulu."Katakan semua nya yang kalian tau tentang renjun san gue. Tanpa terkecuali. Sekalipun itu hal yang buruk. Gue mau tau semua nya. Gue yakin yang kemarin kalian bilang ke gue itu bukan semuanya." Telak haechan yang sedaritadi terlihat begitu serius tak berbeda dengan mark, jaemin, dan jeno.
Jeno hanya bisa menghela nafas panjang lalu mengalihkan pandangan nya dari haechan, mencoba untuk tidak peduli. Sedangkan mark dan jaemin saling melihat satu sama lain sebelum akhirnya jaemin mengangguk pelan mencoba meyakinkan mark.
Setelahnya, mark mulai memceritakan semua nya dari awal dan berakhir pada kejadian beberapa minggu lalu yang membuat haechan hilang ingatan dan renjun depresi seperti saat ini.
Tangan haechan terlihat mengepal kuat, rahang nya pun mengeras dan tatapan nya yang mulai menajam membuat mark sedikit khawatir karena mark juga menceritakan soal jaemin yang pernah berhubungan dengan renjun tanpa sepengetahuan mereka.
"Chan." Panggil mark terlihat sangat tegang.
Sedangkan jeno dan jaemin malah terlihat sangat tenang.
"Anggap gue maafin lo jaem, karena pada akhirnya renjun tetep jadi milik gue." Ujar haechan.
Jaemin hanya tersenyum miris kemudian bertanya.
"Terus kenapa muka lo kaya yang mau bunuh gue? Ga usah muna, gue faham ga segampang itu buat maafin orang." Tambah jaemin.
"Sayang nya gue ga pernah anggap lo sebagai orang. Jadi mudah buat gue maafin lo."
Jeno yang mendengar celetukan haechan hanya bisa menahan tawanya.
Sedangkan jaemin memutar bola matanya dan langsung membaringkan tubuh nya di sofa, hal yang sedaritadi ingin ia lakukan. Karena sungguh, mengobrol seperti ini membuatnya lelah.
"Lo bilang ada beberapa orang yang berhasil lolos pas kejadian itu kan?" Tanya haechan pada mark.
"Sebenarnya bukan lolos, tapi mereka bebas karena uang. Gue juga baru tau beberapa hari lalu. Dan sayang nya polisi yang ikut andil dalam pembebasan mereka tiba tiba hilang setelah jeno nemuin dia. Kalo lo mau tau keberadaan nya, coba tanya temen lo yang satu itu." Titah mark pada haechan sambil menunjuk jeno dengan dagu nya.
Haechan langsung melihat ke arah jeno yang sedang sibuk dengan ponsel nya.
"Lo bunuh dia jen?"
"Ga. Gue cuma ngasih dia pelajaran dan abis itu gue kasih dia uang supaya dia bisa pergi dari kota ini. Karena gue tau, kalo sampai lo inget semuanya, gue pastiin polisi itu ga akan bisa hidup lebih lama."
Jawaban jeno membuat haechan sadar kalo omongan jeno ada benarnya. Karena di antara mereka ber empat, haechan lah yang paling tidak bisa mengendalikan amarahnya. Dan jika ia sudah hilang kontrol pada dirinya sendiri, bahkan menghilangkan nyawa seseorang bukan hal yang sulit untuknya.
"Apa mereka masih anggota Xavier?" Tanys haechan lagi.
"Ya." Mark
"Markas mereka udah pindah atau masih di tempat yang sama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE | Hyuckren [END]
Fiksi RemajaSesuatu yang kau anggap berharga justru bisa menjadi penyebab luka terparah dalam hidupmu.