2

304 39 0
                                    

Langit mulai memancarkan cahaya jingga dari arah timur, kicauan burung yang berirama, dan semilir angin yang sejuk menandakan pagi hari telah tiba.

"Sekarang kamu sudah melewati tahap kedua masa pertumbuhan naga dan mempelajari banyak hal, jadi pergi dari sarangku segera" kata Eruhaben dengan acuh.

"..." Tentu saja Raizel hanya diam saja dan menatap elf tampan itu.

"Apa? Naga harus punya sarangnya sendiri"

"Harus?"

"Tentu saja, naga adalah makhluk sombong yang tidak suka berbagi"

"Kamu suka"

"Haahhh...tentu saja aku berbeda bodoh, aku naga yang cukup memiliki hubungan dengan berbagai ras, tapi mereka juga tidak pernah tinggal di sarangku begitu lama" elf pirang tersebut menjelaskan sambil mendesah lelah.

"Aku tidak ingin"

"Apa?" Eruhaben terkejut tidak hanya dengan penolakannya tetapi tatapan mata yang tegas dari Raizel juga. Dia memang menduga naga muda ini berbeda dari yang lain, tapi dia tidak tau apa alasannya. Eruhaben frustasi, dia tidak ingin naga yang ia besarkan melihat saat-saat terakhirnya di hidup yang panjang ini. Benar, usianypa hampir mencapai 1000 tahun, kurang beberapa tahun lagi dia akan menyebar ke alam.

"Aku tidak ingin pergi dari sini, kakek"

Raizel tau umur Eruhaben tinggal sedikit lagi. Oleh kerana itu, dia ingin bersamanya, bersama makhluk yang telah mengajarkannya banyak hal ketika dia tidak mengerti tentang dunia ini. Raizel sadar bahwa tidak hanya Frankenstein yang dia pedulikan, tetapi naga yang berpolimorf menjadi elf pirang ini juga.

"Terserahmu" kata naga emas yang langsung memalingkan wajahnya dengan telinga yang sedikit memerah. Raizel tersenyum kecil mendengar jawabannya.

"Aku ingin keluar. kakek ikut"

"Terserahku ingin ikut atau tidak bocah. Tapi karena ini pertama kalinya kamu keluar, aku akan ikut." kata Eruhaben sambil memegang tangan Raizel untuk teleportasi.

Setelah itu, mereka berdua sampai di gang kecil.

"Hmm Roan ya. Tidak masalah, kita jalan-jalan dari timur dulu"

"Ini dimana kakek?"

"Kita sampai di Henituse"

________________________________

Di tempat lain...

Pria itu bisa merasakan seseorang menepuk bahunya dengan lembut. Tangan kasar itu membuatnya teringat pada tangan orang tua yang kelelahan, hangat sekali.

"Tuan muda, ini sudah pagi"

Suara itu sangat dalam hingga membuat tubuh pria itu menggigil dan tanpa sadar membuka matanya. Alih-alih sinar matahari dari jendela, yang dilihatnya justru seorang lelaki tua yang berdiri dengan ekspresi puas di wajahnya.

"Sungguh mengejutkan anda bangun dengan sekali percobaan"

"Apa?"

"Tuan ingin sarapan bersama. Sepertinya hari ini bisa dilakukan"

Pria itu melihat cermin di balik bahu lelaki tua itu, yang menampilkan seorang pria berambut merah yang terlihat kebingungan.

'aku rasa itu aku'

"Tuan muda Cale?"

Pria itu menoleh ke sumber suara. Dia mendengarnya dengan jelas. Nama yang diucapkan terdengar familiar.

"Cale Henituse?"

Pelayan tua itu menatapnya seperti sedang menatap cucunya sendiri.

"Iya. itu nama anda, tuan muda."

Trash Count Meets With Noblesse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang