Anything 4 u - Arash Buana
Sejak saat itu, saat aku mengetahui jika perasaanku terbalas oleh orang yang ku suka, rasanya setiap hari adalah hari yang membahagiakan.
Ya kalian bayangkan saja orang yang kalian suka ternyata menyukai kalian juga? Plot twist yang sangat membahagiakan, bukan?
Tetapi, kami berdua belum pacaran:(
Kak Keenan cuma bilang suka doang! Tapi engga menyatakan perasaannya agar aku menjadi pacarnya!
Masa harus aku sih? Aku kan malu.
Namun tak mengapa, mengetahui dia menyukai ku juga sudah cukup bagiku sekarang.
Bel masuk sudah berbunyi, dan aku belum melihat Kak Keenan hari ini. Menyebalkan, waktu tanpa adanya Kak Keenan di sampingku adalah waktu yang ku benci.
Walaupun aku tau engga bisa 24 jam bersamanya, tapi tetap saja. Dengan berat hati, aku masuk ke dalam kelas, menyapa kedua sahabatnya dengan lemas.
"Lemes banget lu kek ga punya tulang aja. Semangat dong!" Kata Chelsea menyemangati ku.
Bahkan jika satu kabupaten menyemangati ku, aku tidak akan merasa semangat. Sebegitu ngaruhnya Kak Keenan, dasar. Dia pasti memakai pelet supaya aku begini.
"Lemes, belum disemangatin ayang." Balasku.
Nina mendengarnya seakan mau muntah, "alay banget!"
Tapi memang benar, ada juga tidak ya orang yang tidak semangat jika belum disemangatin sama orang yang kita suka?
Aku salah satunya, ku harap, aku tidak sendirian yang merasakan hal itu.
"Emang punya ayang?" Tanya Chelsea, aku tau dia sebenernya meledekku.
Jadi, ku balas pertanyaan dia dengan mengacungkan jari tengah ku.
Malas dengan mereka berdua, aku pun berpindah tempat, duduk di samping Yuli yang sedang sibuk mengerjakan tugas.
Asal kalian tau, Yuli ini pacaran sama salah satu temennya Kak Keenan. Aku pun memanfaatkan itu dan terus bertanya tentang Kak Keenan kepadanya.
"Yul."
"Apa?"
"Kak Keenan kemana?"
"Belum ketemu emang?"
"Belum, yul. Galau banget aku."
Yuli tertawa, mungkin dia merasa geli karena aku terlalu alay.
Sambil terus melanjutkan tugasnya, Yuli dan aku terus berbincang. Berkat Yuli, aku sedikit senang.
Beberapa menit berlalu, dan seseorang memanggilku. Aku menghampiri nya, ternyata di luar ada Kak Giselle.
Kak Keenan dimana? Biasanya, jika ada Kak Giselle pasti ada Kak Keenan.
"Woy, cil."
"Cal, cil, cal, cil. Emangnya gue cilok apa." Balasku, masih kesal dengan kakak kelas di depanku ini karena kejadian kemarin.
"Wes, galak bener ni bocil."
Tuh, dia memang menyebalkan.
"Mau apa?"
"Nih, dari Keenan."
Mendengar nama orang yang ku sayang, aku langsung tersenyum. Kak Giselle memberikanku jajanan yang katanya dari Kak Keenan.
Melihat bungkusannya, aku tertawa keras. Ada-ada saja Kak Keenan ini.
Kak Keenan juga menulis surat, katanya..
Hai, Nana.
Aku hari ini engga masuk sekolah, sakit soalnya. Semangat ya buat kamu, dan jangan jajan sembarangan!Dari: Keenan.
Tawaku berhenti, dan aku tambah engga semangat waktu tau Kak Keenan lagi sakit.
"Sakit biasa, demam doang. Tapi udah kayak mau mati."
Mataku melebar. "Hah? Mau mati?!!!"
"Asli, Keenan kalau demam tuh kayak orang sekarat."
Makin khawatir aku.
Pulang sekolah, aku berniat untuk menjenguk nya. Ku tanyakan alamat rumah Kak Keenan kepada Kak Giselle.
Namun jawabannya membuatku ingin sekali memukulnya.
"Bayar dulu baru gue kasih tau."
Gapapa deh, yang penting aku tau alamatnya rumah Kak Keenan. Ku keluarkan selembar uang yang berwarna ungu dan memberikannya kepada Kak Giselle.
Wajahnya terlihat senang sekali. "Lumayan ni buat bensin! Hachachac."
Yeu dasar.
Akan ku adukan kelakukan dia kepada Kak Keenan.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Notebook
Romance→_→ Ku tuliskan semua tentangnya dan tentang bagaimana kita bisa bersama. Grey, 2024