Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiga hari lamanya aku dan Kak Keenan tidak bertemu, tidak saling bertukar kabar, kalian bisa bayangkan bagaimana rindunya aku pada calon pacarku?
Sangat! Sudah meluber kemana-mana. Karena aku tidak mau lagi menunggu, celengan rinduku juga sudah penuh, aku berakhir di depan pintu rumahnya.
Tanganku terangkat menekan bel, sedikit merasa dejavu saat pertama kali aku datang ke rumahnya.
Namun sekarang, pintu segera dibuka oleh si pemilik rumah. Namun yang keluar bukan Kak Keenan, namun cewek cantik yang wajahnya mirip dengan Kak Keenan.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Saya mau ke Kak Keenan."
Cewek itu diam memperhatikan wajahku, apa? apakah ada yang aneh?
Dia bertanya, "Wilona?"
Aku mengangguk pelan.
Setelahnya cewek itu tersenyum. "Keenan! Ini pacar mu nih!" Dia berteriak memanggil seseorang di dalam rumah untuk segera keluar, menemui ku.
Tapi mendengar panggilan dari cewek itu membuatku tersenyum malu.
Aku pacarnya Kak Keenan katanya.
Kak Keenan pun muncul, terlihat dari wajahnya yang kurang segar, kantung matanya hitam, dan juga mengantuk itu langsung sumringah saat melihat ku.
"Nana!" Sapanya, mendorong cewek yang belum ku kenal itu ke dalam dan menutup pintu rumah.
"Kak Keenan!" Sapaku balik dengan antusias.
"Cantiknya aku!"
"Iya, cantiknya kamu!"
"Aduh, betapa senangnya hatiku ini."
"Kamu senang? Aku juga senang."
"Kalau begitu, sedikit pelukan untuk aku yang kelelahan." Dia melebarkan tangan, menyuruhku masuk ke dalam pelukannya.
Lucu banget!
Dengan segera aku menubrukkan tubuhku dengannya, memeluknya erat, walaupun dia belum mandi pun aku tetap menenggelamkan wajahku di bahunya.
Kami masih berpelukan, walaupun katanya sebentar, namun sepertinya rasa rindu kami berdua belum puas.
Sampai akhirnya,
"Woy, masuk ke dalam rumah kek! Diliatin tetangga! Malu!"
[]
Ternyata cewek yang membukakan pintu untukku adalah kakaknya Kak Keenan, namanya Kak Iren.
Tidak heran jika mereka berdua terlihat mirip, wong adik kakak.
Aku berbincang dengan Kak Iren selagi menunggu Kak Keenan membereskan projeknya.
Pipiku terasa hangat saat mengetahui jika aku sudah diakui sebagai pacarnya Kak Keenan karena katanya Kak Keenan sering sekali menceritakan tentangku pada Kak Iren.
Sampe gumoh asli -iren
Kak Iren datang kemari karena katanya Kak Keenan ga bisa dihubungi.
Calon pacarku memang sulit dihubungi! Aku langsung menyetujui itu dan melaporkan kepada Kak Iren jika tiga hari terakhir Kak Keenan tidak mengabariku.
Walaupun aku mengerti jika Kak Keenan banyak projekan, tapi tetap saja, minimal ngabarin kek gitu.
"Iyaaa-iyaaaa, maaf yaaa. Janji ga lagi-lagi." Katanya Kak Keenan, dia duduk di sampingku, tersenyum sebentar lalu merubah posisinya menjadi tiduran dan menggunakan pahaku sebagai bantal.
Tanganku secara otomatis mengelus rambutnya.
"Kalau ingkar?"
"Aku janji lagi."
Ku cubit hidungnya dengan keras. Merasa kesal karena seakan-akan mengabari itu bukanlah hal yang penting.
Padahalkan kuncinya langgeng itu komunikasi!
Kak Iren tertawa. "Akhirnya ada yang bantu kakak buat urus kamu."
"Emangnya aku anak kecil apa?"
"Emang." Jawabku dan Kak Iren berbarengan.
"Siapa juga coba orang yang takut sama burung? Harus aku usir dulu burungnya baru mau lewat."
Kak Iren mengangguk setuju. "Terus, siapa yang pelupa banget dan engga teliti sampe harus diingetin berkali-kali kalau bukan anak kecil."
"Ada lagi, kak." Kataku. "Siapa lagi yang sedih karena engga bisa beli jam tangan ultramen yang nyala kalau bukan anak kecil?"
"Terus ya, siapa lagi yang ngoleksi mobil-mobilan kalau bukan anak kecil?"
Kak Keenan menganga dan bertepuk tangan. "Wahh, hebat-hebat. Lanjutkan aja ya anak kecil ini mau bobo." Katanya dan bersiap-siap untuk tertidur.
Aku dan Kak Iren tertawa, lalu kami melanjutkan obrolan kami sampai aku menyadari jika Kak Keenan beneran tertidur.
Kak Iren mengambil selimut, aku pun terdiam menatap Kak Keenan. Untungnya saja dia tidak kenapa-kenapa.