Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jika ditanya bagaimana rasanya menjadi pacar Keenan Akadara? Maka aku menjawab, bahagia. Sungguh bahagia, benar-benar bahagia.
Keenan selalu mengutamakanku, dia akan selalu menjelaskan dan meyakinkanku ketika aku sedang salah paham. Memberiku kabar dan pengertian jika sedang sibuk. Aku sangat bahagia sekarang.
Dan sekarang aku tidak perlu memanggilnya 'kak' lagi, aku bisa langung memanggil namanya atau yang paling dia sukai adalah ketika aku memanggilnya 'sayang.'
Tapi aku malu. Juga tidak terbiasa, tidak seperti dia yang selalu memanggilku 'sayang' sekarang. Untungnya Keenan tidak keberatan, katanya aku boleh memanggilnya dengan sebutan apapun.
"Kee." Panggilku.
Kami sedang melakukan panggilan telepon, atau biasa dibilang sleepcall. Entah mengapa setiap mau tidur aku harus mendengarkan suaranya terlebih dahulu, jika tidak; maka aku tidak bisa tidur.
"Iya, sayang?"
Kan! Aku langsung senyum-senyum dan menenggelamkan kepalaku ke bantal. "Keenan."
"Iyaaa sayangku, ada apa panggil-panggil?"
"Aku mau tidur."
"Iyaaa, selamat tidur cantik."
"Tapi tidur ga mau aku, jadinya susah."
Keenan terdiam sebentar, sepertinya dia sedang memikirkan cara agar aku bisa tertidur.
"Mau aku nyanyi?"
"Boleh."
Keenan mulai bernyanyi, aku pun tersenyum dan mulai memejamkan mataku, mencoba untuk tertidur. Suaranya begitu lembut hingga membuatku mengantuk, dan entah kapan, aku pun masuk ke dalam alam mimpi.
Mimpi buruk.
Aku mengalami mimpi buruk.
Mimpi yang sangat buruk.
"Kee." Panggilku sedikit keras, ku lihat layar ponsel dan sambungan telepon kami masih terhubung.
"Keenan Akadara."
"Loh sayang belum tidur? Untungnya aku tunggu dulu, tadinya aku mau tidur juga waktu kamu udah tidur, tapi aku takut kamu kebangun jadi kutunggu dulu, dan ternyata bener kamu kebangun." Jelasnya panjang lebar.
Aku menghela nafas lega, dan tanpa sadar air mataku mengalir begitu saja tanpa bisa ku tahan.
Dan disana, Keenan menydarinya, dia dengan panik bertanya. "Kenapa? Kamu nangis? Lagi datang bulan? Mimpi buruk?"
"Kee."
"Iya sayang, kenapa?"
"Aku mimpi kamu mati, Kee."
Ku dengar ia menghela nafas. "Aku disini. Belum mati. Itu cuma mimpi sayang."
Tapi tetap saja, rasanya begitu nyata, di dalam mimpiku Keenan meninggalkanku sendiri. Saat sudah terbiasa dengan keberadaannya dan aku sudah bergantung kepadanya, aku tidak mau ditinggal sendirian.
"Keenan."
"Hmm?"
"Tolong tetap sehat, dan sama aku terus ya."
Pip!
Sambungan telpon kamu terputus begitu saja, aku heran dan coba mengirim pesan ke Keenan, tetapi pacarku itu sekarang tidak aktif.
Aku khawatir.
Apa dia habis kuota? Atau ponselnya mati kehabisan baterai?
Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi dan sudah setengah jam berlalu, Keenan masih belum bisa dihubungi juga. Huft, mungkin benar jika kuotanya habis.
Aku mencoba untuk kembali tidur. Namun beberapa menit kemudian aku mendengar suara dari jendela kamarku.
Takut, apa itu hantu? Aku turun dari tempat tidur untuk memastikan, walaupun rasa takut kurasakan, tetapi rasa penasaranku lebih besar. Firasatku menyuruhku untuk mengeceknya.
Kedua mataku melebar ketika melihat pacarku ada dibawah, melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar, dia memegang balon gas berwarna biru.
Aku dengan cepat membuka jendela.
"Keenan?"
"Iya ini aku!"
"Ngapain?"
"Mau ngasih ini." Katanya sambil menunjuk balon yang ia pegang, "tangkap ya!"
Aku mengangguk, dia pun mulai melepaskan pegangannya dan balon gas itu terbang menuju ke arahku, aku menangkapnya dan kulihat ada sepucuk surat disana. Ku lepaskan tali pada suratnya.
Sebelum ku buka, ku lihat Keenan terlebih dahulu. Dia mengangguk dan menyuruhku untuk membaca isi dari surat yang ia buat.
Untuk pacarku yang paling cantik, aku disini. Jangan sedih. Kita kan mau berusaha buat terus bareng-bareng. Bobo lagi ya, yang nyenyak.
-Keenan Akadara
Keenan sungguh, aku sungguh menyayanginya. Aku tersenyum lebar, "Keenan." Panggilku.