Mari Bercerita - Payung Teduh
Malam Minggu ku habiskan waktu dengan calon pacar. Aku masih memanggilnya calon pacar karena sampai sekarang status kami belum jelas juga.
Saling sayang, saling suka, saling tidak mau kehilangan, tetapi bukan siapa-siapa.
Jangan dek ya jangan.
Kak Keenan mengayunkan tangan kami yang bertaut, senyumnya sedari tadi belum hilang juga. Jadi, karena penasaran aku pun bertanya, "senyum terus daritadi."
"Iya nih, kangen soalnya udah lama engga berduaan sama kamu."
BISAAN BANGET DIA TUH! Aku memukul lengannya pelan, "sama."
"Sama apa?"
"Sama-sama."
Kak Keenan mencubit hidungku. Lalu langkahnya berhenti, "makan bubur yuk."
Ah iya, kami tadi sempat bingung mau makan apa, dan dia pun ngide untuk makan bubur. Aku tak keberatan, jadi ku anggukan kepalaku dengan cepat. "Ayok."
Tukang buburnya ramai, sepertinya memang rasanya enak. Kami harus menunggu dulu untuk memesan.
"Boleh kak, mau berapa?" Kata si mamang.
"Mau 2 porsi, mang. Yang satu campur aja, kalau satu lagi jangan dicuekin."
"Maksudnya, kak?"
"Jangan dikacangin."
Lalu Kak Keenan dan mamangnya tertawa, aku bingung. Apa yang lucu coba? Tapi yah, tidak aneh karena Kak Keenan memang jagonya jokes bapak-bapak.
Setelah memesan, kami berdua pun duduk berhadapan. Saat sedang duduk berhadapan seperti sekarang ini, Kak Keenan selalu menatapku, seperti hal lain tidak menarik baginya.
Aku malu, tapi aku suka.
"Gimana harinya, cantik?"
Aku senyum. "Happy, kak. Aku bisa jalan-jalan sama kamu, tadi juga seru banget di sekolah. Eh ada keselnya juga deng."
"Kenapa tuh?"
Kali ini aku diam, dan Kak Keenan seperti sedang menerka-nerka apa yang aku pikirkan.
"Gamau cerita ah kesel." Kataku.
Kak Keenan tertawa dan mengangguk, tidak memaksaku untuk bercerita.
"Kamu tau engga cuan?"
"Tau, uang kan?"
Kepala Kak Keenan menggeleng.
"Apa dong?"
"Cuanki."
"Hah?"
Kak Keenan tertawa terbahak-bahak, walaupun aku engga ngerti maksudnya apa, aku ikut tertawa karena tawanya menular.
Dia random, dan aku suka.
[]
"Lima menit lagi, kak." Kataku, menahannya untuk pulang.
Orang masih kangen, ngapain buru-buru pulang sih?!
Dan, kenapa waktu terasa begitu cepat disaat aku sedang berduaan dengannya?
"Udah malem, cantik. Waktunya buat bobo." Katanya dia.
Aku menggeleng. "Gamau, besok libur. Aku mau tidur larut."
Setelah aku memaksanya, calon pacarku ini akhirnya menyetujui untuk tetap tinggal lima menit lagi di depan rumahku.
Tersenyum senang, aku pun mengambil tangan kirinya dan menggenggamnya. Entahlah, rasanya aman dan nyaman saja jika aku memegang tangannya.
Kira-kira mantra apa yang dia gunakan sampai bisa membuatku bucin seperti ini ya?
Kak Keenan kembali menatap, kedua matanya terlihat berbinar seperti sedang mengagumi sesuatu.
Dan yang dia kagumi adalah aku.
"Apa sih kak, liatin mulu." Kataku.
"Tau ga kenapa?"
"Kenapa memang?"
"I fall in love with you everytime i see you."
Manis banget. Kak Keenan itu lebih manis daripada gula. Aku tertawa, merasakan kedua pipiku hangat. "Engga bisa bahasa inggris, kak."
"Intinya, aku jatuh cinta sama kamu."
Modyar.
Intinya, kapan jadiannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Notebook
Romance→_→ Ku tuliskan semua tentangnya dan tentang bagaimana kita bisa bersama. Grey, 2024