Suara percikan air yang berasal dari kamar mandi itu berhenti, lalu tak lama Wasesa keluar dari sana hanya menggunakan handuk. Sedikitnya ia berhenti karena kakinya terasa bergoyang. Jalannya jadi perlahan dan tepat beberapa langkah setelahnya Wasesa terjatuh.
Brugh!
Memang tidak terlalu kencang, tetapi mampu membuat fikrian Wasesa keruh. Pria tua itu berusaha untuk bangun tetapi kedua kakinya tak kunjung memiliki tenaga. Biasanya memang dirinya sering begini, tetapi selang beberapa saat tenaga di kedua kakinya itu kembali dan dirinya bisa lagi berdiri walau tidak sekuat sebelumnya.
Dalam fikirannya Wasesa semakin bertanya tanya sebenarnya dirinya kenapa? Ada apa dengan tubuhnya? Kenapa dengan kesehatannya?
Seiring dengan usahanya dalam berdiri, kening Wasesa juga semakin mengerut pertanda dirinya semakin bingung “K-kenapa susah seka- li?” gumamnya masih berusaha untuk berdiri
Detik pun berlalu, membuat Wasesa akhirnya menyerah, pria tua itu pun merelakan dirinya untuk merangkak mendekat pada meja kerjanya sebagai alat bantu agar dirinya bisa berdiri.
Dengan perlahan namun pasti, Wasesa mencengkram ujung meja dengan kuat dan akhirnya dirinya pun berhasil berdiri walau kedua kakinya benar benar tidak terasa.
“Hhh- hh..” nafasnya pun jadi tidak teratur, perihal berdiri saja dirinya sudah susah begini
Lalu pandangan matanya tak sengaja menatap kepada cermin besar diujung sana yang kebetulan terletak di depannya, maka terpampanglah tubuhnya yang sebelum-sebelumnya tidak pernah ia perhatikan dengan detail sama sekali.
Deg.
Bahkan sekarang pun Wasesa membelakan kedua matanya karena terkejut, semua tubuhnya yang tidak tertutup dengan handuk itu berwarna hitam legam. Seperti babak belur dan bengkak, padahal dirinya tidak habis bergulat dengan siapapun.
“A-pa ini?!” jerit nya
Tak kuasa terkejut membuatnya otomatis menutup mulutnya yang mengaga terbuka lebar. Tubuhnya begitu kurus, lemah, banyak luka. Seperti mayat hidup? Sungguh begitu buruk.
Maka dengan perlahan dirinya bersanggah pada meja dan menggesernya pelan agar dirinya bisa terduduk di kursi kerja. Lalu tanpa berfikir panjang, ponsel genggam nya itu ia raih dan segera berbicara “Tolong temui saya sekarang juga, ada hal penting” seperti itu kepada dokter kepercayaannya
Ditunggu beberapa menit saja, dokter laki laki yang lebih muda darinya itu segera hadir dihadapannya, lalu tanpa banyak bicara sang dokter segera memeriksa bos nya itu dengan teliti.
Tak memerlukan waktu begitu lama, hasilnya pun bisa langsung disimpulkan dengan begini “Kenapa Tuan Besar terkejut akan hal ini? Seharusnya Tuan Besar sudah tau hal ini akan terjadi cepat atau lambat, bukan? Kerena itulah resikonya”
Pertanyaan lembut yang lebih menyindir Wasesa itu membuat Wasesa terbingung “Maksudnya bagaimana?”
Sang dokter pun menunjuk beberapa luka lebam pada tubuh Wasesa dengan menggunakan jari telunjuk kanannya dan berucap “Begini adalah contoh akibat dari mengkonsumsi narkoba terlalu banyak dan berlebihan. Sepertinya sudah lebih dari 1 tahun penggunaan”
Set!
Sontak pernyataan itu membuat Wasesa tersentak, ia langsung menarik tangan yang sempat di pegang oleh sang dokter dan mengelak “Apa apaan narkoba. Saya tidak pernah menyentuhnya. Rokok saja saya hindari apalagi itu!”
Sang dokter terdiam, ekspresi terkejut yang Wasesa berikan pun terlihat meyakinkan dan tidak bercanda. Lalu nada bicara sang dokter pun ia rubah sedikit menyelidik “Apa maksudnya ini? Tuan Besar tidak mengaku bahwa Tuan Besar menggunakan narkoba?”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐍𝐎𝐂𝐊 𝐎𝐔𝐓 : The Gotham Statue
FanfictionDunia licik untuk uang membuat para generasi penerus nya merasa bosan, untuk itu hadirlah sebuah permainan untuk mengusir rasa bosan mereka. Knock Out adalah permainan yang menghubungkan antara seorang Jihan, yang sudah sedari dulu dipuja dan ditur...