Jihan terdiam semenjak menghadapi Hartono dan William, dirinya kehilangan mood. Rasa kesalnya masih tetap ada, namun kejadian di babak kedua kemarin yang sudah Jihan anggap sebagai pelecehan itu terputar kembali di otaknya, membuat emosinya terus menerus naik entah sampai kapan surutnya.
Selaras dengan rasa kesalnya pada William, Jihan juga sedang kesal terhadap dirinya yang bisa menjadi lunak jika berhadapan dengan Abby?
"Tinggal makan doang loh, gue suapin deh kalo lo males nyuap sendiri-" sedaritadi, persisnya semenjak Abby berhasil membantu Jihan dari bawah hingga sampai di kamarnya, Abby tak hentinya mengoceh berupaya untuk membujuk Jihan agar mau makan
Ocehannya itu datang dan terdengar terus menerus di kedua telinga Jihan, walaupun diucapkan dengan nada yang lembut, tetapi tetap saja bagi Jihan yang sedang kesal. Ocehan Abby begitu menyebalkan.
"Bisa diem ga!" sentak Jihan, sembari menatap Abby dengan tajam
Abby pun terkejut, ia lalu mengangguk ringan dan bergumam "Iya iya, etdah salah mulu gue.." dengan lirih
Hembusan nafas kasar pun Jihan keluarkan, dirinya memejamkan kedua matanya dengan erat, masih dengan kesal, ia berfikir bagaimana bisa ia merasakan hal ini.
Jatuh suka? Atau jatuh cinta? Atau?
"Hhh!" helaan nafas kasar itu Jihan keluarkan lagi
Sedangkan Abby yang sedari tadi duduk di pinggiran kasur milik Jihan pun menjadi memperhatikan Jihan dengan bingung, rupanya Jihan benar benar terlihat sedang kesal di mata Abby saat ini.
Perasaan berdebar itu tidaklah awam bagi Jihan, dirinya pernah merasakan jatuh cinta semasa sekolah dulu, saat umurnya masih belasan tahun, saat dunia disekitarnya masih berputar dengan lingkungan yang baik dan nyaman. Saat semuanya masih baik baik saja.
Jadilah Jihan langsung menyadari perasaan berbeda itu ketika ada kaitannya dengan Abby, dan Jihan kesal dengan fakta baru ini.
Ketika kedua matanya terbuka, Jihan melirik kearah Abby, dimana anak itu sedang asik menghitung obat miliknya seperti anak anak TK yang sedang menghitung makanan miliknya saat hendak dimakan.
"Lagi ngapain sih?!" Jihan menyentak Abby lagi
Abby pun berhasil terkejut karena itu, diirnya pun menunduk dan berbicara dengan lirih "Ya ampun ampun tuan putri, perasaan gue ga ngapa-ngapain dah.."
"Hhh!" lagi, Jihan mendengus kesal
Dirinya pun memukul bantal yang berada di sampingnya sembari menggeram "Ngeselin tau ga sih!"
Abby terkejut lagi, dirinya memegang area dada dan mengusapnya dengan pelan sembari berbicara "Lo kenapa deh? Diliat liat kesel mulu daritadi?"
"Ya emang gue lagi kesel! Bego!"
Raut wajah Abby menjadi masam, ia pun mendengus kesal juga "Kesel kenapa coba? Harusnya lo seneng dong karena si babon udah minta maaf ke lo sampe sujud sujud nyembah lo kaya lo tuhan. Udah gitu lo tampar dia juga, berapa kali ya? Ada 4 atau 5 kali, tau dah gue ga ngitung"
"Ish! Ya gara gara itu, gue ga mood liat mukanya! Berani beraninya dia nyentuh gue! Paksa gue! Sakitin gue! Nih liat pake mata lo itu, tangan gue, leher gue sampe merah gini. Najis kaya abis dilecehin!" Jihan menjawab dengan menggebu gebu
Abby berhasil memancingnya untuk mengungkapkan seluruh rasa kesalnya, sempurna dengan satu kali tarikan nafas, Jihan berteriak dengan kesal.
Barulah, saat Jihan bilang bahwa tangan dan lehernya memerah, detik itu juga Abby baru sadar. Dan dirinya pun segera beringsut mendekat pada Jihan dan meraih tangan Jihan dengan lembut sambil meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐍𝐎𝐂𝐊 𝐎𝐔𝐓 : The Gotham Statue
FanficDunia licik untuk uang membuat para generasi penerus nya merasa bosan, untuk itu hadirlah sebuah permainan untuk mengusir rasa bosan mereka. Knock Out adalah permainan yang menghubungkan antara seorang Jihan, yang sudah sedari dulu dipuja dan ditur...