bab 4: teror di malam yang gelap

1.6K 104 8
                                    

Malam semakin larut, dan ketegangan di mansion semakin meningkat. Setiap sudut ruangan terasa dingin dan menekan, seolah-olah ada sesuatu yang tak terlihat menunggu saat yang tepat untuk menerkam. Suara angin yang berdesir di luar jendela seakan menambah rasa mencekam yang menyelimuti mereka.

Hueningkai berusaha untuk tidur, namun matanya tidak bisa terpejam. Ia terus menerus terbangun oleh bisikan halus yang bergaung di telinganya, meski ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua itu hanyalah ilusi dari rasa takutnya. Kegelapan malam seolah menyerap semua cahaya dan membawa ketidakpastian yang menyelimutinya.

Ketika jam menunjukkan tengah malam, Hueningkai terjaga dengan napas tersengal. Ia merasa seolah ada yang mengawasinya, dan bisikan itu semakin jelas-seolah ada suara yang menuntunnya menuju kegelapan yang lebih dalam. Suara itu merasuk ke dalam pikirannya, meresap ke dalam jiwanya, dan membuatnya semakin gelisah.

"Hueningkai..." suara bisikan itu terdengar semakin dekat, semakin menekan. "Kau tidak bisa menghindar..."

Dengan detak jantung yang semakin cepat, Hueningkai duduk di tempat tidurnya dan berusaha menenangkan dirinya. Namun, bayangan samar di sudut ruangan membuatnya merinding. Ia melihat sebuah sosok gelap, hampir tak terlihat, berdiri di sana, memerhatikannya dengan tatapan yang dingin.

"Siapa itu?" Hueningkai berbisik, suaranya bergetar. Tak ada jawaban. Sosok itu hanya berdiri di sana, diam, seolah menunggu sesuatu.

Hueningkai melirik ke arah jam dinding. Jam itu berdetak dengan suara yang semakin keras, seolah menghitung waktu menuju saat yang mengerikan.

Ia mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya terasa kaku dan berat. Ketika ia berdiri, rasa dingin menyelimuti kulitnya, membuatnya merasa seolah seluruh tubuhnya terbungkus dalam es.Ia melangkah perlahan menuju jendela, berharap udara dingin malam dapat menenangkan pikirannya. Namun, saat ia membuka jendela, suara bisikan itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas dan lebih menakutkan.

"Hueningkai... kau akan membayar untuk penolakanmu. Tak ada tempat untuk lari..."

Kepala Hueningkai berputar, kepalanya terasa nyeri akibat suara yang semakin membingungkan. Ia menutup jendela dengan gemetar, mencoba mengabaikan bisikan yang semakin menekan. Namun, rasa takut yang menggelora dalam dirinya tak bisa dihindari. Ia tahu bahwa sesuatu yang mengerikan sedang mendekat.

Ia kembali ke tempat tidurnya, mencoba untuk menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam. Tapi saat ia berbalik, bayangan hitam itu tampak lebih dekat, lebih jelas. Sosok itu semakin mendekat, dan saat itu juga, Hueningkai merasa ada sesuatu yang menempel di lehernya. Rasa dingin yang menusuk membuatnya berteriak dalam hati.

Saat itulah dia merasakan sesuatu yang sangat dingin dan tajam menyentuh tenggorokannya. Ia mencoba untuk berteriak, tetapi hanya suara bisikan yang keluar dari mulutnya, suaranya tak lebih dari sebuah desahan penuh ketakutan. Sosok hitam itu bergerak cepat, dan dengan satu gerakan, Hueningkai merasakan sakit yang tajam sebelum semuanya menjadi gelap.

 Sosok hitam itu bergerak cepat, dan dengan satu gerakan, Hueningkai merasakan sakit yang tajam sebelum semuanya menjadi gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sang mentari mulai menampakkan diri dengan sinar lembut dan cerah di pagi hari. Meskipun cahaya menyebar melalui tirai yang sedikit terbuka, suasana di mansion tetap diliputi rasa dingin dan ketegangan yang misterius.

Seseorang terbangun dengan perasaan gelisah yang mengganggu tidurnya. Dengan langkah pelan, ia meninggalkan kamar, memutuskan untuk membangunkan teman-temannya. Ia menyusuri lorong yang sunyi, suaranya bergetar dalam keheningan mansion yang mencekam.

Ia tiba di depan pintu kamar Hueningkai dan mengetuk dengan lembut.






Tok... tok... tok...

Namun, hanya keheningan yang menyambutnya. Ia mengetuk lagi, kali ini dengan sedikit lebih keras.






















Tok... tok... tok...

Tak ada sahutan dari dalam kamar. Rasa cemas mulai merayapi dirinya. Ia memanggil dengan nada khawatir, mencoba membangunkan Hueningkai.

"Kai, bangun. Udah pagi,"panggilnya dengan nada yang bergetar, tapi tetap tidak ada jawaban.

"Kai, gue masuk ya,"ujarnya, memberikan izin sebelum membuka pintu dengan perlahan.



































































Ceklekk..














































Pintu kamar terbuka sedikit, dan ia melangkah masuk. Matanya segera membelalak saat melihat pemandangan yang mengerikan di depan mata.


















































































































































"AAAA KAIII~ !!!"


























Huaaa kaiiiii~~~

Makasih vote, comment, dan dukungannya. Lup lup sekebon deh.

Eh, kalian kepikiran ga sih, siapa dalang permainannya, terus kok bisa ada permainan kek gitu

Dan ya, Lin mau tanya, kalian itu tim jake dom atau uke. Kalau misal dom, ukenya siapa? Tapi kalau uke, dom nya siapa?.




































































Salam Hangat

-lin




Deadly Dare | Enhypen ft TXT ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang