bab 5: Tuduhan

1.4K 92 3
                                    

Pintu kamar Hueningkai terbuka sedikit, dan pemuda itu melangkah masuk. Matanya segera membelalak saat melihat pemandangan yang mengerikan di depan mata.


"AAAA KAIII~ !!!"


Pagi hari yang seharusnya membawa ketenangan kini berubah menjadi mimpi buruk bagi mereka. Cahaya lembut yang menyusup melalui jendela mansion seakan enggan menyentuh kengerian yang terpampang di depan mata. Di lantai kamar, tubuh Hueningkai tergeletak kaku, dikelilingi oleh genangan darah yang hampir kering. Sayatan dalam menghiasi lehernya, memutus urat nadi dengan kejam.

Ke-11 pemuda itu berkumpul memutari jazad Hueningkai, dengan ekspresi kaget dan horor. Beberapa dari mereka terdiam membisu, sementara yang lain menahan mual akibat bau anyir yang memenuhi ruangan. Salah satu dari mereka berjongkok untuk memeriksa lebih dekat, matanya tertuju pada luka sayatan membentuk pola angka 6 di dada Hueningkai.

"Heii, perhatikan angka ini! Apa maksudnya? Angka apa ini?" ucap salah satu teman mereka, menunjuk angka 6 dengan tangan gemetar.

Jay menatap angka tersebut dengan tajam, mencoba memahami maknanya. "Apa maksud dari angka 6 ini? Apa hubungannya dengan pelaku yang membunuh Kai?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Tunggu, apa mungkin ada hubungannya dengan juga permainan ini?" kata Jake, mengingat kembali aturan permainan. "Ingat kata-kata Mr. X? Kalau ada yang gak melaksanakan tantangan, nyawa mereka jadi taruhannya," katanya, menegaskan dugaan yang semakin mengerikan.

Sunoo mengangguk, wajahnya semakin pucat. "Jadi, ini konsekuensinya karena Kai gak melaksanakan tantangan itu?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Jadi, pelaku pembunuhan Kai adalah orang yang menciptakan permainan ini?" Heeseung mencoba menyusun potongan-potongan teka-teki. "Kalau ini benar-benar ulah dalang permainan, berarti kita semua dalam bahaya. Tapi apa motifnya?" tanyanya.

Suasana semakin memanas ketika Taehyun menatap Ni-ki dengan tajam. "Gara gara lo ngajak main, Kai jadi mati. Lo kan dalang soal permainan ini. IYA KAN?" Tuduhnya tajam, Taehyun mencengkram baju Ni-ki.

Ni-ki tertegun, wajahnya pucat saat berusaha membela diri. "Gak!! Gue hanya mau kita bersenang-senang. Gue nggak tahu kalau konsekuensi permainan ini nyata. Gu-gu-gue kira itu hanya ancaman supaya kita ikut permainan. Dan satu hal lagi, gue gak ada hubungannya dengan kematian Kai!" serunya dengan suara nyaring, namun keraguan sudah menyebar di antara teman-temannya.

Jake menatap Ni-ki dengan mata menyipit. "Benarkah? Lo yang punya saran tentang liburan kita, dan lo juga yang paling antusias tentang permainan ini," tuduhnya dengan nada keras, sementara keraguan mulai menguasai pikiran mereka.

Ni-ki memandang teman-temannya dengan putus asa. "Gue benar-benar gak tahu. Gue hanya pengen liburan kita meriah! Tolong percaya sama gue. Gue gak tau apa apa, gue bahkan gak tau kalau bakal kayak gini," ucapnya, memohon agar mereka mempercayainya.

Jay memandang teman-temannya satu per satu, suaranya serak. "Tapi jika ini benar ulah Mr. X, berarti kita masih dalam permainan. Kita nggak tahu tujuan dan niatnya apa, jadi kita harus berhati-hati," katanya, menekankan bahaya yang mengintai.

Jake menggeleng, berusaha mencari solusi di tengah kekacauan. "Kita harus cari tahu siapa Mr. X. Itu satu-satunya cara kita bisa tahu apa maunya dia dan bagaimana kita bisa keluar dari sini," ujarnya, berusaha menemukan solusi.

Heeseung menghela napas, merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. "Kita harus tetap bersama dan waspada. Jangan biarkan permainan ini menghancurkan kita," katanya, mencoba memberikan semangat kepada teman-temannya.

Namun, kecurigaan dan ketakutan tetap merayapi mereka semua. Ni-ki, meskipun merasa terpojok, bertekad untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Mereka tahu bahwa mereka harus bekerja sama untuk mengungkap siapa dalang sebenarnya sebelum permainan ini mengambil korban berikutnya.

"Apa mungkin, di sini bukan cuma kita, maksud gue ada orang lain di pulau ini," gumam Ni-ki, wajahnya masih tegang.

"Tapi itu nggak mungkin. Pulau ini milik keluarga Jake. Kita terlalu jauh dari pulau-pulau lainnya. Pulau ini dijaga ketat oleh bokap Jake. Jadi, nggak mungkin ada orang lain yang bisa masuk tanpa izin," tambahnya, berharap argumennya bisa meredakan ketegangan.

Jake mengangguk dengan frustrasi. "Itu benar. Tapi kita tetap harus mencari tahu siapa yang sebenarnya di balik semua ini," katanya, mencoba untuk tetap tenang.

Dengan suasana yang semakin mencekam dan tegang, mereka semua merasa terjebak dalam permainan mematikan yang belum sepenuhnya mereka pahami. Kecurigaan yang meningkat dan kekacauan yang terjadi membuat mereka semakin putus asa dalam mencari solusi dan mencari tahu siapa yang benar-benar bertanggung jawab atas semua ini.















Sesulit itu ya nulis ternyata.....
Lin setiap buat bab nya mikir terus, ini nyambung gak sih sama bab sebelumnya. Padahal ya sebelum buat, Lin pastiin baca ulang bab sebelumnya.

Apalagi waktu udah selesai buat bab baru, terus udah ada alur nih di kepala Lin untuk next babnya, eh waktu mau buat, Lin lupa. Mau gak mau mikir lagi alurnya, cry :(





































Salam hangat
-lin

Deadly Dare | Enhypen ft TXT ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang