bab 15: Hoonjin (2)

1.3K 71 7
                                    

Setelah semuanya selesai, Heeseung dan gengnya meninggalkan Hoonjin sendirian di sudut gudang. Hoonjin terpuruk, merasa hancur dan kacau. Tubuhnya terasa lemas, dan dia hanya bisa menangis dalam diam, tidak tahu harus berbuat apa. Rasa malu dan sakit hati bercampur menjadi satu, membuatnya merasa terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung.

Hoonjin duduk terdiam sejenak, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya. Dia merasa dingin dan terasing, seolah-olah seluruh dunia telah berpaling darinya. Dengan tangan gemetar, dia meraih pakaiannya yang berserakan di lantai, berusaha menutupi tubuhnya yang rentan.

Air mata mengalir tanpa henti di wajahnya saat dia mencoba merangkak untuk berdiri. Setiap gerakan terasa menyakitkan, baik secara fisik maupun emosional. Hoonjin berpegangan pada dinding untuk menstabilkan dirinya, berusaha bangkit dari posisi terendahnya.

Akhirnya, dengan langkah tertatih-tatih, Hoonjin meninggalkan gudang dan berjalan keluar sekolah. Dia ingin pulang, berharap bisa menemukan tempat di mana dia bisa merasa aman dan terlindungi, meskipun hanya untuk sementara. Namun, setiap langkah yang diambilnya terasa berat, seperti membawa beban dunia di pundaknya.

Hoonjin berjalan melewati koridor yang sepi, berusaha menghindari tatapan atau interaksi dengan siapa pun. Dia hanya ingin menghilang, berharap bisa menghapus semua yang baru saja terjadi.

☆☆☆☆☆

Hoonjin pulang kerumah dalam keadaan hancur. Pakaiannya berantakan, dan air mata mengalir deras di pipinya. Begitu membuka pintu. Ia terhuyung masuk, hampir tak mampu menahan rasa sakit emosional yang mengguncangnya.

"Bu...." panggil Hoonjin jatuh terduduk

Ibunya langsung berlari mendekatinya, kaget dan cemas melihat kondisi Hoonjin yang sangat menyedihkan.

"Hoonjin!! Ya ampun, sayang ada apa denganmu? Siapa yang melakukan ini padamu?" Tanya ibunya dengan panik

Hoonjin menggenggam erat lengan ibunya sambil menangis tersedu-sedih. Di antara isak berhasil keluar dari mulutnya,

"Bu... Heeseung... Jay... mereka hiks hiks mereka bu." Ucapan itu terputus oleh sesegukan yang makin menjadi-jadi

"Maaf jinnie gak bisa jaga diri bu.. maaf .. hiks hiks." Lanjutnya

Sungjin, saudara kembar Hoonjin, datang dengan tergesa, wajahnha berubah pusat dan marah saat mendengar nama nama yang disebut Hoonjin. "Apa yang mereka lakukan, Jin? Katakan padaku! Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja!" Sungjin mengertakkan gigi, amarahnya memuncak melihat kondisi kembarannya yang lemah tak berdaya.

Hoonjin hanya bisa menggeleng. Terisak lebih keras dalam pelukan ibunya. Trauma, rasa malu, dan kecewa menghalangi kemampuannya untuk menjelaskan lebih lanjut.

Setelah kejadian itu, Hoonjin sering terbangun di tengah malam, menjerit dalam kegelapan. Sungjin dan kedua orang tuanya sering terjaga mendengar tangisan Hoonjin yang memilukan. Setiap kali Sungjin mencoba mendekati saudaranya, Hoonjin meringkuk ketakutan, berbisik di antara isaknya. "Jagan... jangan sentuh aku. Aku bukan pria hina. Aku tidak mau memiliki rahim ini. Ini bukan keputusanku untuk meliki kandungan."

Kalimat itu menghancurkan hati Sungjin dan kedua orang tuanya setiap mendengarnya. Ibunya sering kali datang merangkul Hoonjin, berusaha menenangkannya. "Ini bukan hinaan, sayang. Kamu diberi keistimewaan, kelebihan yang orang lain tidak punya. Kamu tetap berharga dan kami mencintaimu," bisik ibunya lembut, meski hatinya ikut sakit menyaksikan penderitaan anaknya.

Deadly Dare | Enhypen ft TXT ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang