PROLOG

107 4 1
                                    

Hallo... Sodara sebangsa dan setanah air!

Author kembali membawa cerita baru buat kalian terdiri dari beberapa pemeran yang masih sama dengan cerita sebelah (Liona Or Aluna) yang belum tamat.

Tapi Author pasti bakalan namatin cerita sebelah kok, tenang!

Semoga suka sama cerita ini, happy reading bestieee!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.











Langkah kaki itu berjalan diiringi nafas memburu di sepanjang koridor rumah sakit. Jas yang semula terpasang rapi menggambarkan wibawa kini sudah tak berbentuk lagi. Keringat bercucuran dan wajah tampan yang diliputi rasa panik bercampur takut adalah pemandangan yang tampak jika orang-orang melihatnya.

“Ruangan pasien atas nama Callista Almahera Sanjaya!” Ucapnya ketika sampai di meja resepsionis rumah sakit besar di kota itu.

“Baik Tuan-“

“Cepat cari saja tidak usah banyak basa-basi!” Bentak pria yang tak lain adalah Narendra Giovano Sanjaya.

Resepsionis itu terkejut kemudian segera mencari ruangan dari pasien yang disebutkan barusan.

“Pasien ada di ruangan IGD di lantai dua, Tuan…” Resepsionis wanita itu tak jadi melanjutkan kalimatnya ketika melihat lawan bicaranya yang sudah berlari menuju tempat yang dia sebutkan.

Dia hanya bisa geleng-geleng kepala dan menggerutu dalam hati.

“Rendra!”

“Mas!”

Perhatian Rendra teralihkan pada dua suara yang sangat dikenalinya berada di depan pintu ruangan VVIP yang tertutup rapat. Dapat dilihatnya dua orang wanita berbeda usia bersama seorang pria paruh baya yang tak lain adalah ayah dari Rendra sedang menampilkan ekspresi masing-masing yang tak lepas dari rasa kalut dan kepanikan.

“Gimana keadaan Callista?” Tanyanya usai memeluk sang istri, Clarissa Almahera.

“Dokter belum keluar sejak tadi.” Jawab Nadini Sanjaya, ibunya.

“Kenapa bisa begini Risa?” Tanya Rendra yang tak bisa menutupi rasa paniknya.

“Maaf, mas. Ta-tadi Aku ajak Callista ke taman, tapi Aku malah asik main ponsel. Aku gak tahu kalau-“

Penjelasan Clarissa terputus kala pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang dokter pria berkaca mata yang keluar dari ruangan itu.

“Bagaimana keadaan cucu saya, dokter?” Tanya pria paruh baya bernama Nathan Sanjaya, ayah Rendra.

“Begini Tuan dan Nyonya Sanjaya… benturan yang terjadi di bagian kepala menyebabkan pasien kehilangan banyak darah sehingga butuh transfusi darah golongan AB. Masalahnya saat ini stok darah golongan AB yang disediakan rumah sakit kami sedang kosong.” Jelas sang dokter.

“Tu-tunggu dulu! Golongan AB? Bagaimana bisa anak saya memiliki golongan darah AB, dokter? Golongan darah saya O dan istri saya A.” Jawab Rendra yang jadi bingung luar biasa.

Kebingungan itu menular pada dokter dan suster yang kini saling tatap.

“Coba dicek ulang, dokter. Saya yakin kalian salah saat melakukan cek golongan darah pada cucu saya.” Ucap Nadini yang sama bingungnya.

“Mohon maaf Nyonya, tapi kami tidak mungkin salah melakukan pengecekan. Golongan darah pasien atas nama Callista Almahera Sanjaya memang AB.” Jawab sang dokter dengan penuh keyakinan. Diangguki dua orang suster di sebelahnya.

“Baik kalau begitu saya akan segera mencari pendonor untuk anak saya.” Sahut Rendra tanpa menatap ke arah tiga tenaga medis di hadapannya hingga ketiganya berlalu.

Rendra menatap tajam sang istri yang sejak tadi sudah melepaskan pelukannya. Ada rasa takut yang tampak di wajah Clarissa saat Rendra menatapnya.

“Kenapa kamu takut? Ada yang kamu sembunyikan dariku?” Tanya Rendra dengan nada suara penuh tekanan.

CINTA TERAKHIR TUK MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang