Jangan lupa VOMENT, FOLLOW, & SHARE cerita ini. Thankyou!
•••
Dua moge itu melaju beriringan membelah jalanan di malam hari. Membiarkan udara dingin mencoba masuk menembus jaket kulit hitam yang dikenakan dua pengendara cantiknya.
Liona dan Jilliana kemudian menepi di salah satu warung sate yang bersebelahan dengan kedai nasi goreng langganan keduanya di lapak kaki lima. Tempat yang jarang dikunjungi oleh orang-orang sekelas mereka. Tapi tentunya beda dengan kedua orang itu.
Selagi makanannya lezat dan pelayanannya baik, hantam saja!
"Ssst!" Jilliana menyapa seorang pedagang sate Padang yang sudah hafal dengan ciri khasnya.
"Masya Allah, Upik Ijil! Takajuik Uda*!" Ucap pedagang sate yang akrab disapa Uda Joni itu pada Jilliana yang menjadi langganannya sejak wanita itu masih duduk di bangku SMA dan memulai kariernya di dunia tarik suara.
Matanya juga mendapati Liona yang melambai disana sebelum duduk di salah satu meja.
"Oh, sama Lio?" Tanyanya yang diangguki Jilliana. Wanita itu mengenakan masker hitam dan topi dengan warna senada.
"Biasa ya, Da!" Ucapnya setengah berbisik kemudian berpindah ke kedai nasi goreng Mang Badar.
"Ondeh Mande, sate Iyo Pulo. Nan nasi goreng Iyo Pulo. Kok bisa porsi makan gadang tapi badannyo mode itu se?*" Gumam Uda Joni yang kemudian lanjut membuat pesanan dua porsi sate Padang.
"Mang Badar!" Bisik Jilliana yang membuat laki-laki paruh baya pedagang nasi goreng itu terkejut.
"Neng Ijil? Bikin Mamang kaget wae atuh Neng!" Ujarnya sambil mengusap dada.
"Ehh, si Mamang teh kagetan pisan urangna! Padahal Jill udah pelan-pelan loh biar gak ada yang sadar." Bisiknya sambil sesekali melirik beberapa pelanggan yang asik makan dan mengobrol di meja masing-masing. "Satu ya Mang, banyakin petenya. Anterin ke sebelah tempat Uda Joni." Ujarnya kemudian berlalu meninggalkan Mang Badar yang geleng-geleng kepala.
"Si Neng geulis apa gak takut itu mik-nya bau Pete?" Pikir Mang Badar.
Ijil, plesetan dari panggilannya, Jill. Merupakan sapaan akrab dari dua pedagang langganan Jilliana yang dulu pernah berjualan di depan SMA Einstein hingga pindah lapak dagangan ke pinggiran jalan kota, dekat dengan beberapa minimarket dan toko pakaian.
"Udah dipesan?" Tanya Liona yang sudah menyeruput es teh gula batu kemasan sachet buatan Uda Joni. Di sampingnya gelas minuman dengan isi yang sama juga disambar oleh Jilliana.
"Udah, bentar lagi juga jadi." Jawab Jilliana kemudian menyeruput es tehnya. "Ugh, nikmatnya! Ingat jaman sekolahan. Masih jadi dedek-dedek gemes." Kekehnya.
"Iya, sekarang udah punya cucu!" Cetus Liona membuat Jilliana yang sedang menunduk dengan separuh wajahnya tertutupi topi mendelik sebal. "Kapan Aunty cariin Aku Uncle? Nyaman banget jomblo melulu!"
"Siapa bilang jomblo, hm? Suamiku tuh sibuk di Korea." Jawab Jilliana dengan wajah angkuh membuat Liona mengernyitkan hidungnya jijik.
"Emang siapa? Ada orang Korea yang mau sama Aunty Barbar begini?" Sarkasnya.
"Owh, ya jelas ada dong! Siapa sih yang mampu menepis pesona keindahan dan kecantikan murni paripurna yang dimiliki Aunty-mu ini? Aa' Lee Min Hoo contohnya!"
Seketika Liona tersedak es teh yang hampir saja lancar masuk mengaliri kerongkongannya.
"Sejak kapan Lee Min Ho jadi orang Sunda?" Sinisnya yang dibalas kedikan bahu acuh dari Jilliana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERAKHIR TUK MAMA
Fantasía"Kenapa Om datang lagi di kehidupan Mama? Bukannya Om luka pertamanya Mama?" -Juan Vernaldi Alzikra -ON GOING-