Tak Dapat Menghindari

23 1 0
                                    

Jangan lupa VOMENT, FOLLOW, & SHARE cerita ini. Thankyou!

•••

"Om siapa?" Tanya Juan lagi. "Kenapa fotonya Om ada di ruang kerja Mama?" Batinnya.

"Dia sahabatnya Ayah dan Ibu, baru tiba dari luar kota. Ingin main kesini." Jawab Diego disertai senyum.

Juan menatap Liona yang tengah menggandeng Leticya. Entah mengapa mata wanita itu menyiratkan gurat kekhawatiran akan suatu hal yang Juan tak paham.

"Kalian punya anak angkat?" Tanya Rendra pada Diego dan Liona. Dia merasa asing dengan pengucapan 'Ayah dan Ibu' ketika Diego berbicara pada bocah laki-laki di hadapannya. Seingatnya mereka hanya memiliki seorang anak perempuan yaitu Leticya.

"Aku anaknya Mama Vernatha." Juan menjawab, membuat raut wajah Rendra berubah seketika. Dan Juan menyadari adanya raut kesedihan disana. "Om kenal Mamaku?" Juan bertanya lagi.

Dan kali ini Liona yang makin tampak was-was. Entah apa yang ada dalam pikiran para orang dewasa itu, yang jelas jujur saja sebagai anak yang menemukan foto laki-laki asing di ruang kerja Mamanya, Juan merasa sangat ingin tahu.

"Ke-kenal... Hanya teman satu sekolah dulu." Jawab Rendra tak bisa menyembunyikan kegugupan di suaranya.

"Juan sayang, ayo masuk ke mobil. Apa Juan tidak merasa panas sejak tadi?" Tanya Liona dengan wajah yang nampak memerah.

Namun Juan tahu itu bukan karena panas, karena sejujurnya tempat mereka berdiri ini cukup sejuk. Entah apa penyebab pasti memerahnya wajah Liona, yang jelas Juan hanya patuh saja. Mereka berlima masuk ke dalam mobil, dengan Juan berada di tengah antara Leticya dan laki-laki asing yang belum diketahuinya namanya. Mobil mewah itu melaju membelah jalanan kota menuju Kafe Natha's Story, tempat biasanya Juan akan diantarkan.

Sepanjang jalan mereka banyak diam, hanya sesekali Leticya membuka percakapan terkait kesehariannya di sekolah hari ini. Juan hanya menanggapi sesekali pertanyaan yang dilontarkan oleh Diego dan Liona padanya. Sementara laki-laki asing yang akhirnya Juan ketahui bernama Rendra itu hanya diam. Satu hal yang tak luput dari pandangan dan perasaan Juan, Liona tampak cemas akan suatu hal. Terbukti dengan Diego yang sesekali nampak mengelus-elus salah satu lengan istrinya.

"Hari ini makan siang di Kafe Mama Natha, kan Bu?" Tanya Leticya.

"Ehm, Le-Leti mau makan siang di Kafe lagi?" Tanya Liona gugup.

"Iya, kepengen menu ayam lada hitam." Jawab Leticya. "Om Rendra mau ikut, 'kan? Menu di Kafenya Mama Natha enak semua loh! Om pasti ketagihan!" Ucap Leticya antusias.

"Leti..." Tegur Liona pelan.

"Kenapa, Bu?" Tanya Leticya bingung.

"Oke, Om mau coba. Leti ada rekomendasi menu paling enak?" Tanya Rendra dengan senyum yang nampak dipaksakan.

"Ada! Tomyam seafood! Om harus cobain itu! Makanan favorit Leti!" Jawab Leticya antusias seperti biasanya.

"Kalau Juan sendiri? Ada yang mau direkomendasikan?" Tanya Rendra membuka obrolan dengan anak laki-laki yang sejak tadi curi-curi pandang diam-diam kepadanya.

"Semuanya enak, tidak tahu mau rekomendasikan yang mana." Jawab Juan datar.

Rendra hanya mengangguk kemudian kembali diam.

"Dia tidak ada mirip-miripnya dengan Vernatha. Apa dia mirip dengan ayahnya?" Rendra membatin.

Delapan tahun berlalu, sejak terakhir kali pertemuannya dengan Vernatha di salah satu restoran, tempat dimana dia mengeluarkan caci maki dan hinaan untuk perempuan cantik itu. Rendra tidak lagi berkomunikasi dengan Vernatha. Nomor ponsel, bahkan akun sosial media juga tak saling terhubung. Pertama kali dia melihat wanita itu lagi setelah sekian lama adalah saat dirinya tampil di acara televisi yang menampilkan sesi wawancara terkait peluncuran film layar lebar yang terinspirasi dari novel tulisannya.

CINTA TERAKHIR TUK MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang