Ultimatum Sejak Awal

21 1 0
                                    

Jangan lupa VOMENT, FOLLOW, & SHARE cerita ini. Thankyou!

•••

Rendra's POV

Pertama kali Aku kembali bertatapan mata dengan Vernatha setelah sekian lama. Entah apa yang merasuki jiwaku, hingga Aku baru menyadari bahwa dia sangat cantik. Jauh lebih cantik dari gadis yang kukenal dulu.

Kenal? Oh, kurasa Aku tak begitu mengenalnya. Jika Aku mengenalnya Aku tak mungkin mengatainya 'murahan' 'tidak tahu malu' bahkan 'tidak laku'. Buktinya sekarang, dia berhasil melahirkan anak laki-laki tampan dari rahimnya, dan jelas suaminya pasti bukan orang sembarangan.

Aku bisa berasumsi demikian karena keluargaku mengenal baik keluarga Juanda. Meski tak sebaik sebelum Aku menghina salah seorang gadis dari keluarga mereka.

Kusantap menu yang kupilih untuk menuntaskan laparku di jam makan siang ini. Sesekali melirik ke arah sepasang ibu dan anak yang tampak bahagia. Meski kuakui adanya gurat kesedihan yang berusaha ditutupi Vernatha dari putranya karena kehadiranku.

Aku memang luka baginya. Dan Aku sangat menyesali hal itu. Tapi apalah daya? Semua sudah terjadi. Sudah terlambat, bukan?

Ponsel dalam saku celanaku bergetar, ada beberapa pesan yang masuk, salah satunya dari sahabatku, Aksero. Seorang dokter di sebuah rumah sakit besar kota ini.

AKSERO

|Hasil tes sudah keluar, mau lihat langsung atau butuh jawaban sekarang?|

RENDRA

|Foto dan katakan hasilnya sekarang. Nanti Aku menyusul ke rumah sakit.|


Tak lama kemudian sebuah foto muncul disertai keterangan di bawahnya, 'Callista bukan anakmu'.

Sontak Aku menggeram marah, tanganku mengepal dan bergetar hebat. Pikiranku berkecamuk, perasaanku campur aduk. Antara kecewa, marah, sedih, berpadu menjadi satu. Bahkan Aku tak menyadari semua pandangan mata dengan berbagai ekspresi tertuju padaku.

"Ada masalah, Ren?" Tanya Diego.

Aku tersentak kaget, baru menyadari bahwa diriku menjadi pusat perhatian sedari tadi. Aku berusaha tersenyum kemudian menggeleng.

"Tidak apa-apa, hanya masalah kecil. Maaf." Ucapku.

Semua orang kembali sibuk dengan kegiatan makan siangnya. Termasuk Aku yang berusaha kembali memakan makanan yang kupesan, meski seleraku lari entah kemana.

Vernatha keluar tak lama kemudian setelah seorang pelayan memanggilnya. Entah ada urusan apa, namun rasanya Aku ingin menyusul sekedar agar bisa berbicara berdua dengannya. Setidaknya untuk meminta maaf atas apa yang dahulu pernah kulakukan.

Tapi itu tak bisa terealisasikan. Karena baru saja Aku hendak bergerak menyusul Vernatha, Liona yang mungkin memiliki indera keberapa langsung menatapku nyalang seolah mengatakan 'jangan dekati dia dulu!'. Dan entah ada angin apa, Aku mengikuti instruksinya.

Mengikuti perintah orang yang dulu menjadi rivalku di sekolah. Yang akhirnya malah menjabat sebagai istri tercinta dari sahabatku yang super bucin. Siapa lagi kalau bukan Tuan Muda Diego?

Aku meneruskan pesan dari Aksero ke nomor Diego yang langsung membacanya. Rasanya Aku juga tak tahan untuk bercerita, terlebih sejak tadi Diego menatapku seolah tahu apa yang membuat reaksiku berubah emosional.

CINTA TERAKHIR TUK MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang